Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 November 2022

Cristiano Ronaldo, dan ilusi senioritas

 "Saya tidak menghormati manajer (Erik Ten Hag) karena dia tidak menghormati saya", 

Kira-kira itu potongan wawancara yang menjadi pemicu viralnya pemberitaan tentang Cristiano Ronaldo akhir-akhir ini. Meskipun, ketika saya melihat transkrip utuh dari wawancara ini, saya menilai niat Ronaldo ini sebetulnya baik. Hanya saja sebuah kebaikan seringkali disalah artikan jika tidak menggunakan metode yang tepat untuk menyampaikannya.

Lantas apa sebenarnya yang terjadi dengan Ronaldo ? dan bagaimana ini bisa terjadi ? Serta perlu kita sadari apa yang terjadi pada Ronaldo, bisa saja dan atau mungkin pernah terjadi juga pada kita. Lantas bagaimana menyikapi dan mengantisipasinya ? Berikut ulasannya.

Catatan Kisah Sang Legendaris




Apa yang terjadi pada Ronaldo, tidak terlepas dari kisah perjalanan karirnya yang luar biasa. Berawal sejak tahun 2002 dari klub Portugal Sporting Lisbon, beranjak ke klub yang mengantarkan karir Ronaldo ke puncaknya, yaitu Manchester United. 

Kondisi di puncak ini tidak cepat menurun, apalagi di padu padankan dengan rangkaian perjalanan lain seperti ketika di Real Madrid yang fenomenal. Peralihan karir ke Juventus, mungkin adalah titik balik yang merubah perjalanan Ronaldo menjadi agak menurun.

Manchester United menjadi pelabuhan terkini dari sang legendaris, yang apa lagi, di klub ini Ronaldo di elu-elukan bak pahlawan, superhero yang kembali pulang. Kehadiran Ronaldo seperti menjadi sebuah harapan dan cahaya baru yang ditunggu-tunggu oleh para penggemar The Red Devils. Tapi, tanpa disadari kondisi ini memicu "penyakit" yang lebih lanjut akan menjadi momentum kemerosotan karir dari seorang Ronaldo.

Saya tidak akan berbicara tentang hal teknis sepakbola, bagaimana manajemen berjalan, kondisi di lapangan, strategi permainan, atau hal-hal taktis lainnya. Saya akan berbicara dengan sudut pandang lain, dengan menyadari bahwa setiap dari kita berpotensi sama seperti Ronaldo, berpotensi menjadi seorang senior yang legendaris, dan tanpa sikap yang bijak, kita seperti sedang memupuk proses kejatuhan yang menyakitkan.

How It's Work ?

Di tempat lain, di tempat teman saya bekerja, saya mendengar cerita bahwa ada salah seorang karyawan senior di sana telah resign, atau saya menduga "di paksa resign". Saya pernah bertemu dengan sosok karyawan senior ini, sejujurnya dia adalah orang baik, orang yang seringkali bekerja dengan totalitas, dan saya sering terlibat dengan diskusi bagaimana idealisme-nya di tempat kerja. 

Tapi bagaimana sosok karyawan, yang terlihat begitu profesional ini, tiba-tiba memutuskan resign ? Sekali lagi ini dugaan, bagaimana seringkali karyawan ini bergumul dengan perasaannya sendiri tatkala menghadapi kebijakan perusahaan yang tidak sesuai dengan isi pikirannya. Lamanya pengalaman kerja, menjadikan karyawan ini merasa bahwa pandangannya adalah yang paling benar, setidaknya berdasarkan catatan di masa lalu dan perbandingan dengan perusahaan lain yang telah ia kenal. Belum lagi, jika pemegang kuasa atas kebijakan ini berusia lebih muda, baik secara harfiah, ataupun memang secara pengalaman yang masih kurang.

Belum lagi, status yang disandang oleh karyawan ini sebagai karyawan senior yang pernah mendapat predikat karyawan terbaik di tahun-tahun sebelumnya, menjadikan kondisi lebih rumit lagi. Para karyawan baru yang berada di posisi lebih muda, menaruh rasa hormat, kagum dan segan terhadap karyawan ini, yang pada akhirnya membuat beliau terasa nyaman. Namun kenyamanan ini tidak ia dapatkan pada sikap atasan yang seakan-akan mengabaikan kondisinya, mengabaikan pandangan-pandangannya dan bahkan seperti tidak menganggapnya ada. 

Maka kita bisa menebak yang terjadi pada adegan-adegan berikutnya, mulai menurunnya profesionalitas, hilangnya kepercayaan pada atasan, hingga tuntutan memperoleh sikap hormat dari atasan dan perusahaan, yang semakin berjalannya waktu, tentu saja itu tidak mungkin terjadi. Di sisi lain, atasan atau manajemen mulai memberikan peringatan, ancaman, atau bahkan tekanan-tekanan yang membuat karyawan ini semakin tidak nyaman. 

Pada akhirnya, saya mendengar informasi bahwa karyawan ini telah resign setelah menghadapi berbagai kondisi ketidaknyamanan yang terus bertambah besar. Kenapa ini bisa terjadi ? Dugaan saya berikutnya adalah karyawan ini berspekulatif kalau di perusahaan ini sudah tidak mungkin lagi memperoleh kenyamanan kerja, atau memang karena disebabkan karakternya yang tidak baik maka perusahaan pun membuat keibjakan yang secara halus "menyingkirkan" karyawan ini.

Ilusi Senioritas

Yang menjadi kesamaan dalam kisah Ronaldo dan karyawan di atas adalah, keduanya terjebak dalam ilusi senioritas. Yaitu ilusi bahwa semakin berumur kita, semakin banyak pengalaman, ilmu dan prestasi yang kita torehkan, maka kita semakin layak untuk di hormati.

Padahal, sebagai manusia kita harus menyadari, bahwa hidup tidak berjalan seperti itu. Seringkali kita berada di posisi di atas, dengan segala prestasi, pujian, capaian dan predikat lainnya, tapi yang harus kita sadari adalah bahwa itu tidak permanen. Suatu hari nanti, kita akan bergerak turun kebawah, sehingga orang-orang lupa dengan berbagai capaian itu, tidak peduli dengan isi pikiran dan berbagai pengalaman kita, dan kita akan di abaikan. Maka kunci keberhasilannya adalah satu : Konsisten dalam kebenaran dan kebaikan.

Kembali berbicara tentang Ronaldo, saya rasa sebuah kebetulan yang sangat tepat apabila kita bercerita pula tentang Lionel Messi. Messi adalah seorang pemain yang lebih tepat disebutkan sebagai seorang legenda sejati, bayangkan saja, jika Ronaldo dalam 20 tahun telah berganti 4 klub, Messi sejak awal karirnya hingga puncak kesuksesannya bertahan di satu klub saja, yaitu Barcelona. Bayangkan betapa seniornya posisi Messi di Barcelona pada saat itu. 

Akan tetapi, pada akhirnya karir Messi di Barcelona harus berakhir, dan ia melanjutkan karir di Paris Saint Germain (PSG). Alih-alih bersikap layaknya legenda dan pemain senior, saya melihat di PSG, Messi menjelma menjadi orang yang berbeda. Tidak banyak aksi di dalam atau di luar lapangan, ia berperan seperti "pelayan" bagi pemain-pemain lain seperti Mbappe dan Neymar. Singkatnya, ia tidak bersikap layaknya senior yang ingin di hormati, meskipun ya, dunia mengakui bahwa ia adalah Greatest Of All Time (GOAT) seorang pemain sepak bola.

Jumat, 11 November 2022

Menjadi Guru, Sebuah Pilihan ?

Hari ini secara profesi saya memang dikenal sebagai seorang guru, tapi apakah ini adalah sebuah pilihan ? Atau apakah ini adalah satu-satunya pilihan ? atau kenapa harus muncul pertanyaan-pertanyaan seperti ini ? Ini adalah seutas refleksi saya sebagai seorang guru 6 tahun lamanya.

Guru bukan pilihan

Alih-alih menjadikan guru sebagai profesi, saya ingin kita menyadari bahwa guru adalah bagian yang melekat pada diri. Perhatikan bahwa kita pada dasarnya adalah pendidik, manusia memiliki fitrah untuk saling mendidik dan saling mengajarkan. Sebagaimana fitrah kita untuk berinteraksi satu sama lain sebagai makhluk sosial.

Baik, jika menurut struktur bahasa, dasar hukum, atau dalam berbagai referensi pendidikan, penggunaan kata 'pendidik' dalam penjelasan di atas mungkin kurang tepat. Manusia sekali lagi, secara fitrah selalu dan selalu ingin memberitahu informasi pada orang lain, sementara di sisi lain, manusia selalu merasa penasaran dengan apa yang terjadi disekitarnya.


Dua titik ini kemudian bertemu, dan terciptalah sebuah kondisi yang dinamakan pembelajaran. 

Maka, dengan berdasarkan kondisi ini, kita semua memiliki potensi yang sama untuk menjadi seorang guru. Di sisi lain, kita pun sama-sama memiliki potensi sebagai murid-murid yang selalu penasaran dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita. Maka di sinilah kita akan mulai menyadari bahwa, kita semua adalah guru.

Sebuah bingkai bernama kebenaran dan kebaikan

Peradaban terus berkembang, dan dalam mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan, sebuah peradaban membutuhkan para pejuang. Ya, para guru yang konsisten dengan memberikan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan adalah para pejuang yang sedang mempertahankan eksistensi peradaban.

Sebagai pejuang, guru tidak hanya 'bertugas' untuk memberikan informasi dan wawasan seluas-luasnya. Mesti ada nilai-nilai yang turut di pindahkan, di bagi dan menginspirasi para penerus peradaban. Sebuah anjuran pada kebaikan dan teguran yang mencegah terjadinya kejahatan, akan menambah usia peradaban menjadi lebih kekal dan abadi.

Perhatikan bahwa sejarah telah mencatat, bahwa orang-orang hebat dalam peradaban umat manusia, lahir dari didikan guru-guru yang hadir di kehidupannya. Guru-guru ini sebagian diantaranya mungkin bukan ilmuwan, bukan para ahli, bukan profesor atau yang lainnya, terkadang guru-guru ini hadir dalam wujud musuh, anak kecil, rakyat jelata, dan bahkan binatang atau tumbuhan. 

Inilah sosok-sosok yang berhasil menjadi guru di mata manusia yang haus akan ilmu. Menjadi guru yang berkesan dan memberikan inspirasi serta dorongan untuk merubah peradaban menjadi lebih baik. 

Guru bukan sekedar profesi

Maka, bagian akhir dari catatan ini adalah bahwa guru bukan hanya sekedar profesi. Terlalu rendah pemahaman kita jika menganggap guru hanya sekedar pilihan pekerjaan, yang di gaji setiap bulan, dan menanti-nanti masa pensiun dengan segera. 

Guru adalah sebuah amanah dalam diri manusia, yang akan terus hidup dalam hati kita. Hati yang senantiasa berharap bahwa peradaban terus menjadi lebih baik, lebih berkualitas dalam kehidupan kemerdekaan secara nyata. Guru adalah jalan pejuang yang tidak pernah berhenti berjuang sampai tetes darah terakhir kita yang menyentuh tanah, mampu menyubur hijaukannya. 

Ini adalah sebuah misi mulia, yang tidak ada batasan tempat, waktu dan usia. Selama kita hidup, selama kita mampu menarik nafas, selama kita mengharapkan sebuah kehidupan yang lebih baik, maka kita adalah guru yang sedang dinantikan kehadirannya oleh peradaban.

Selamat hari guru, 25 November 2022

Kamis, 29 April 2021

Menjadi Insan yang Bermanfaat



Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama. Sebuah peribahasa yang baiknya pada artikel kali ini kita renungkan bersama. Nama seperti apa yang kelak akan abadi meskipun kita sudah meninggal dunia ? 

Manusia tidak abadi, Tetapi bisa hidup abadi


Manusia sejatinya hanya hidup dalam kurun waktu tertentu saja. Itulah usia biologis, dimana setiap sel dalam tubuh kita secara sistematis akan mengalami kematian. Secara ilmiah, tidak ada yang abadi. Akan tetapi manusia memiliki potensi untuk hidup abadi selamanya. Keabadian ini bukan secara fisik tentunya, tetapi secara makna dan jasa.

Keabadian ini berupa nama yang dikenang, terkenal karena berbagai kebaikan dan jasa. Tentu saja nama yang demikian tidak serta merta diperoleh oleh manusia. Kualitas nama yang demikian adalah akibat dari kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan selama hidupnya.

Kebaikan yang berlapis


Tidak, bukan hanya sekedar berbuat baik saja, akan tetapi berbuat kebaikan yang paling utama. Dan Rasulullah SAW telah mengisyaratkan tentang kebaikan jens ini.

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Artinya: "Dari Jabir, ia berkata,”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Manusia siapapun bisa berbuat baik, akan tetapi Rasulullah SAW menegaskan yang terbaik dari jajaran manusia baik itu adalah yang paling bermanfaat. Berbuat baik yang terbaik adalah dengan menebar kebaikan sekaligus menebar manfaat yang akan membantu banyak orang.

Nilai manfaat ini bisa berupa solusi, informasi, tenaga, jasa dan apapun potensi yang kita miliki. Akan
tetapi sejatinya, nilai manfaat ini adalah ketika berinteraksi dan saling membantu dalam mencegah keburukan dan mendorong dalam kebaikan.

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Sebagian di antara mereka ada orang-orang yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. – (Q.S Ali Imran: 110)

Manusia terbaik dalam umat terbaik adalah manusia yang beriman yang menebar manfaat seluas-luasnya agar saudara-saudaranya selamat. Bayangkan betapa mulia derajat manusia yang satu ini.

Hidupnya fokus untuk berdakwah dan dalam upaya memberi manfaat sebesar-besarnya. Ia akan risih dan tak nyaman tatkala melihat keluarga, saudara, teman atau bahkan orang asing sekalipun hidup dalam kesusahan. Ia akan berupaya dengan segenap potensinya untuk memberi manfaat agar kesusahan itu sirna.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Potensi Kebaikan Yang Spesifik


Setiap manusia memiliki potensinya masing-masing yang kebanyakan berbeda setiap individunya. Mulailah berhenti sejenak dan membaca setiap karunia yang telah Allah berikan pada kita. Karunia dan potensi yang telah Allah titipkan pada kita itu adalah sebuah kesempatan emas untuk berbuat kebaikan yang terbaik demi mewujudkan umat terbaik.

Terakhir, keabadian bukan hanya sekedar nama yang dikenang, akan tetapi bisa berupa nilai pahala yang tak pernah terputus dan mengalir meski kita sudah tiada. Keabadian pahala ini adalah investasi yang berharga yang tentunya akan menyelamatkan kita di akhirat kelak.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Rabu, 27 Maret 2013

"Sesuatu" dari Spirit GKN

"Sesuatu" dari Spirit GKN


Tanggal 18 maret lalu saya berkesempatan menghadiri acara di Gelora Bung Karno. Saya adalah salah satu peserta yang lolos tahap seleksi proposal dan interview Gerakan Kewirausahaan Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi. Oke, hasilnya memang tidak menang tapi ada sesuatu yang lebih berharga dari sekedar arti kemenangan.

Sembari menikmati rangkaian acara, dan hiburan dari berbagai artis seperti NOAH, Nidji, Judika, mata saya tertuju pada beberapa orang yang berlalu lalang di sekitaran GBK. Sebenarnya dari awal memasuki kompleks GBK ini pun sudah tidak asing dengan sosok ini, pedagang..!! di gerbang utama saya dan beberapa teman disambut jajaran pedagang yang tengah menjajakan barang dagangannya, ada yang unik, adalah dimana pakaian mereka seragam semua, ya sama, sama dengan pedagang lain, sama dengan peserta, sama dengan panitia, dan pastinya sama dengan saya.

Kaos putih bertuliskan “Indonesia Gigih Sejak Dulu..!!” terpampang jelas di setiap dada mereka. Tapi selama acara berlangsung saya merenungkan, diantara ribuan orang yang memakai kaos itu, mereka lah pemenang sebenarnya. Para pedagang itulah pejuang sebenarnya.

Mereka berhasil memanfaatkan peluang yang ada. Bahkan tanpa modal..!! justru sebaliknya ribuan orang yang serupa dengan saya, mereka justru “mengemis” mengharap bantuan modal dari pemerintah. Sejatinya pengusaha itu berarti orang yang berusaha, bukan orang yang bermodal. Memang dibeberapa segi kita butuh modal, tapi sekali lagi, menjadi pengusaha itu bukan hanya soal modal, disana ada juga soal kerja keras, marketing, disiplin, passion, dan masih banyak lagi.

Kurang lebih 3ribu orang berkumpul di GBK, untuk disaring hampir setengahnya untuk memperebutkan modal 5-25 juta rupiah per-orang. Sementara penjual minuman keliling, hmmm.. spertinya sehari itu saja mereka dapat omzet mungkin 3-5 juta, tanpa proposal..!!

Seperti sebuah pukulan telak dan langsung KO, saya lemas, lelah, melangkah keluar area GBK. Bukan karena persoalan menang dan kalah, tapi soal harga diri yang terasa jatuh terbanting, dan terinjak. Sendiri menjelang malam, saya seperti ditantang dan dihadang belasan gedung pencakar langit ibu kota. Ah kerdil sekali, bahkan para pedagang itu jauh lebih besar dari gedung itu. Kenapa saya mengemis..??

Senyum terkembang, ada sebuah ledakan besar, apalah makna jatuh ke sebuah lubang jika ada emas didalamnya, alih-alih merintih kesakitan kita akan tertawa kegirangan. pengusaha..?? ini dia..!! 

Wallahu a'lam

Jumat, 08 Maret 2013

Penampakan..!!

Penampakan..!!


Maaf, bukan posting tentang penampakan hantu ya.. kalau terlanjur kecewa silahkan ditutup saja browsernya, mau baca juga gak apa-apa. hehehe

Secara teori semua manusia itu sama, gak ada bedanya. Punya tangan, kaki, kepala, dan perut, mungkin ada beberapa yang memiliki “kebutuhan khusus” tapi setidaknya, normalnya, semuanya sama. Tapi pernahkah kita berfikir, kenapa orang lain berbeda..??

- Bill gates, orang terkaya.
- Obama, orang terpengaruh.
- SBY, orang ter.. galau (becanda)
- Genghis khan, orang terobsesif.
- Hitler, orang ter-kontroversi
- Yang punya blog, orang yang paling tidak dikenal (puassss..???????)

Sekilas membaca deretan nama itu, pernah terbersit gak, kenapa mereka bisa ya..?? sedangkan kita..?? hmm.. padahal tadi kan secara teori sama, fisik sama, psikis sama, makanan sama, waktu hidupnya pun sama sehari 24 jam, lantas kenapa beda..?? oke, menurut penulis yang membedakan adalah kesempatan “menampakan diri”.

Kenapa saya pake judul “penampakan” dan “menampakan diri”..?? itu karena, kaum hantu sudah lebih dulu mengenal teori ini. Coba, kalau dihitung jenis hantu, kita Cuma kenal dengan pocong, tuyul, kuntilanak, genderuwo, dan yang lainnya, tapi padahal hantu itu banyak (yang penulis tahu, hantu itu jelmaan jin atau syetan, nah syetan ini kan abadi sampai kiamat, kebayang gak, dari syetan zaman Nabi Adam sampe sekarang numplek, gak keitung kan..??). kenapa kita hanya kenal syetan “itu”..?? karena mereka yang paling eksis dan paling rajin menampakan “diri”nya. Jadilah mereka itu hantu paling sukses disbanding hantu-hantu yang lainnya (lain kali saya akan buat acara seminar “tips Sukses” dengan pengisi acara pocong, kuntilanak, dan tuyul.. -_- )

Oke, kita tinggalkan dunia hantu, kenyataannya teori tadi memang berlaku pun bagi manusia. Kenapa kita mengenal bill gates sebagai orang terkaya, karena dia rajin berkoar-koar tentang harta kekayaanya, baik itu secara langsung atau pun tidak langsung. Kenapa kita mengenal Robert kiyosaki sebagai The Rich Father..?? karena dia rajin berkoar-koar tentang teori Rich Father-nya.

Perbedaanya ternyata hanya itu, mereka berani menampakan dirinya. Mereka berani berkata, ITS ME..!! tidak peduli salah atau benar, keliru atau tepat, yang penting eksis dulu, tampil dulu. Saya pribadi banyak mengenal orang-orang sukses melalui akun twitter, kenapa saya tahu kalau mereka sukses..?? karena mereka bilang, saya adalah orang sukses..!! kalau mereka tidak bilang, saya sukses, mana mungkin saya tahu kalau mereka sukses..???

Oke, tapi ini mungkin artikel kelanjutan dari artikel brand dan brand part 2. Jadi sebelum menampakan diri, pikirkan terlebih dahulu apa yang mau di perlihatkan. Jangan asal menampakan diri, salah-salah dianggap orang bodoh dan gila lagi. Hehe.

Sederhanya seperti itu, kalau kita ingin dikenal sebagai orang sukses, katakan dulu kalau “saya orang sukses”, kemudian berpenampilanlah layaknya orang sukses, dan berperilaku seperti orang sukses.

Wallahu a’lam

Selasa, 05 Februari 2013

Skenario Kehidupan


Skenario Kehidupan

Pernahkah kita bertanya kenapa kehidupan kita seperti ini..?? kenapa Allah menempatkan kita dikeluarga ini..?? atau mungkin kenapa orang yang-yang kita cintai meninggalkan kita terlebih dahulu..?? itu terjadi atas sekenario Allah, kita mungkin lebih mengenalnya takdir dan nasib, namun di artikel ini saya lebih tertarik mnyebutnya skenario, esensi nya sama, namun biasanya skenario lebih lengkap, terarah, dan memiliki maksud.

Di artikel sebelumnya, saya pernah menyinggung tentang ummi-nya Rasulullah. Keadaan dimana Rasulullah disebut sebagai buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis. Berikut dengan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan “Ummi” nya itu. Ternyata, dibalik ini pun terlahir akibat skenario yang telah Allah rencanakan. Perhatikan alur masa kecil Rasulullah.

Terlahir dalam keadaan yatim, di asuh oleh ibu susu Halimatussa’diyah, kemudian dididik oleh Aminah sampai 6 tahun, sampai menjadi yatim-piatu, sepeninggal ibundanya di Abwa. Hak asuh jatuh ke kakeknya Abdul Manaf sampai usia 10 tahun, dan kemudian hak asuh berpindah kembali ke pamannya Abu Thalib, sampai beliau mandiri dan menikah dengan Khodijah.

Sampai disana saja, ada pertanyaan yang menggelitik gak..?? kok Allah sampai segitunya sih..?? hehe.. pertanyaannya yang agak ngawur sebenarnya, tapi disini lah letak poin yang akan saya angkat, dimana ternyata, masa kecil Rasulullah pun sudah diatur sedemikian rupa agar beliau siap mengemban amanah besar dimasa depan kelak. Penjelasannya sederhananya seperti ini.

Terlahir dalam keadaan yatim, Muhammad kecil dididik mandiri. Begitu pun di usia 2 tahun ia terbiasa “di asuh” orang lain, Halimatussa’diyah. Dalam beberapa cerita, sering diceritakan teman sepermainan Muhammad, yaitu putra dari Halimah sendiri, disini lah terjalin interaksi social pertama Muhammad. Usia 6 tahun, Allah telah memanggil Aminah, di usia ini skenario Allah menilai Muhammad telah siap beranjak ke fase berikutnya. Abdul Manaf, sang kakek memberi tauladan yang luar biasa, yang besar kecilnya mempengaruhi Muhammad muda. Abdul Manaf adalah pimpinan Quraisy yang amat disegani, pemimpin yang bijak, dan dihormati di kaumnya, disinilah Muhammad kecil belajar tentang kepemimpinan, organisasi, kebijaksanaan, dan politik. Setelah di rasa cukup, kemudian Abdul Manaf meninggal, dan hak asuh beralih ke Abi Thalib, disinilah fase berikutnya berlanjut. Dalam asuhan Abu Thalib, Muhammad muda terbiasa dengan bisnis, perdagangan, entrepreneur, dan keterampilan lainnya, seperti menggembala, sampai di titik Muhammad menjadi entrepreneur sukses, dan siap diangkat menjadi Rasulullah.

Skenario Allah masih berlanjut jauh, namun sampai disini saja seharusnya kita sudah memahami bahwa skenario Allah memang memiliki kuasa atas kehidupan kita. Hmmm… bagaimana kalau kita lanjut ke ilustrasi ke dua, mungkin ini lebih logis.

Muhammad bin Idris, siapa yang kenal..??? mungkin agak jarang mendengar namanya, tapi kalau Imam Syafi’i..?? pasti langsung jawab pendiri Mazhab Syafi’i. Nah, jika ilustrasi Nabi Muhammad di atas lebih kearah kuasa Allah, karena Allah lebih bermaksud meng-“Ummi”-kan Rasulullah, dan menjaga ke maksumannya, berbeda dengan Imam Syafi’I, disini kita akan menemukan aspek ikhtiar.

Imam Syafi’I atau Muhammad bin Idris ini memang “be a man” akibat dari rangkaian ikhtiar yang beliau dan ibundanya perjuangkan. Kita tahu Imam Syafi’I ini hafal qur’an di usia 7 tahun, namun beliau tidak serta merta hafal begitu saja. Ibunda Syafi’I kecil adalah seorang hafidzoh, maka bayangkan jika dengan kewajiban sang bunda untuk memelihara hafalannya, misalkan dalam seminggu khatam Al-Qur’an dua kali, artinya di usia 7 tahun, Syafi’I telah mendengar bacaan Al-Qur’an sempurna sebanyak 1176 kali. Di samping memang syafii kecil telah memiliki program tahfidz semenjak kecil.

Logikanya untuk menjadi seorang ilmuwan, belajarlah ke ilmuwan lain. Begitu pun yang dilakukan Imam Syafi’I, agar menjadi seorang pakar fiqih sekaliber imam, beliau menggali ilmu dari seorang yang memiliki predikat sama, yaitu dari Imam Maliki. Tidak hanya sampai disana, ilmu fiqihnya tersebut ia wariskan ke penrus imam selanjutnya, yaitu Imam Hambali.

Nah, sekarang mungkin lebih jelas, ternyata skenario Allah pun bisa berbanding lurus dengan ikhtiar yang kita lakukan. Malah, doa dan ikhtiar pun sebenarnya bagian dari skenario yang telah Allah persiapkan untuk kita. Jadi bagaimana dengan skenario hidupmu..?? sudahkah kamu memahaminya..??

Wallahu a’lam

Minggu, 06 Januari 2013

sedekah 1 milyar..!!

sedekah 1 milyar..!!

jumat siang disebuah mesjid yang tengah melaksanakan renovasi, sayup-sayup terdengar pengeras suara mengumumkan, ada seseorang yang bersedekah 1 milyar, disebutkan namanya dengan sangat jelas.

sampai disini bagaimana menurut kamu..?? oke, sebagian orang memang ada yang mencibir, menuduh riya, sombong, takabur, atau bahkan menuduh uang itu berasal dari uang haram.. halah.. tapi sejujurnya saya tidak pernah menemui fenomena ini, (alhamdulillah..) dan semoga saja memang tidak ada. nah, tapi bagaimana kalau berandai-andai, seandainya kamu mau bersedakah 1 milyar, apa yang akan kamu lakukan..??

"Hai sekalian orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian yang baik-baik dari apa-apa yang engkau semua usahakan dan dari apa-apa yang Kami keluarkan dari bumi dan janganlah engkau semua sengaja memilihkan yang buruk-buruk diantara yang engkau semua nafkahkan itu." (al- Baqarah: 267)
“Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu*, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang faqir maka itu lebih baik bagimu; dan ALLOH akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. ALLOH Maha teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS2:271)

“Orang-orang yang menginfakan hartanya di waktu malam dan siang secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada ketakutan atas mereka dan tiada pula mereka berduka cita.” (QS2:274)

berarti kalau mendengar pengumuman di mesjid ada yang sedekah 1 milyar, semestinya kita gak boleh su'udzon ya..?? lagi pula riya atau nggak itu bukan urusan kita kan..??

beberapa ayat diatas menunjukan landasan bersedekah, dari harta yang terbaik, artinya kita gak boleh berburuk sangka bahwa hartanya berasal dari uang haram, tabayun harus, tapi fitnah jangan..

boleh terang-terangan.. yang penting nggak riya.. dan berniat memotivasi muslim yang lain. pengumuman juga bukan berarti riya, justru ini adalah bukti transparansi pengurus mesjid agar tidak dituduh korupsi. ingat, transparansi itu salah satu syarat organisasi profesional.. jadi "wajib" hukumnya sedekah itu diumumkan.

ini nih yang paling saya suka, kata Ust. Yusuf Mansur, boleh pamrih.. serius.. asal pamrihnya sama Allah. jadi kalau sedekah, terus minta balasan sama Allah gak apa-apa, toh Allah kan tempatnya meminta. :)