Kujatuhkan pandangan kulihat jurang dalam
Penuh dengan onak duri yang amat mengerikan
Ku dongakan kepala kulihat langit tinggi
Terbentang luas tiada bertepi
(Hijjaz – Damai Nan Indah)
Eits tunggu dulu, ini bukan artikel review nasyid ya, dan
lagi pula nggak ada kaitannya sama sekali dengan makna nasyid diatas.. hehe..
saya hanya suka saja dengan ilustrasi yang disampaikan Hijjaz dalam salah satu
nasyidnya ini.
Perumpamaannya memang tidak jauh berbeda, idealism itu
seperti menatap langit, sementara realistis itu menatap bumi. Manusia dengan
segala dinamika nya pun tidak bisa total memilih satu bagian, meski dominan
realistis atau idealis selalu ada bagian dirinya yang memiliki sifat
berlawanan.
Mungkin tidak salah juga jika saya mengatakan bahwa ini
termasuk kedalam fitrah pasangan, seperti siang-malam, gelap-terang,
baik-buruk, maka idealis-realistis adalah sebuah keniscayaan akan kesempurnaan.
Jika ini adalah, katakanlah, fitrah yang ada di setiap individu, persoalannya
lebih baik mana yang harus didominankan..??
Erat kaitannya kecerdasan emosional, pengendalian diri
termasuk waktu yang tepat saat kita berfikir idealis dan realistis menjadi
penting untuk dikuasai. Namun, karakter setiap individu pun turut serta
berpengaruh dalam menentukan hal ini. Contoh, sifat obsesif, agresif, dan yang
lain sebagainya.
Kembali ke ilustrasi di atas, contoh penggunaan
idealis-realistis. Saat kamu mendaki gunung, okelah jika kita senang melihat
puncak, sesekali sebagai pemicu semangat ditengah gempuran lelah, sah-sah saja
sebagai bentuk idealis kita meraih puncak, tapi jangan lupa, lihat pula jalur
pendakian, tebing dan jurang yang menghadang, saat mendaki mendongak memang
asyik, tapi menunduk saya kira lebih penting.
Persoalannya selanjutnya adalah dimana seharusnya
idealis-realistis adalah pasangan sejati, ini malah menjadi pasangan yang
saling membantai. Kembali ke ilustrasi pendakian tadi, idealnya adalah sampai
puncak, tapi bagaimana saat jurang menghadang..??? pulang, loncati, atau cari
jalan baru..??
Idealnya saat kita punya visi, cita-cita, dan sebuah
keinginan, adalah mewujudkannya, tapi terkadang kita lupa realistis, kita lupa
antisipasi akan kenyataan yang akan kita hadapi. Ingat..!! realistis bukan
pesimis, justru ia adalah sebuah dorongan untuk mencari alternative lain untuk
mewujudkan idealism nya. Idealism tanpa realistis sama saja bunuh diri, ia akan
meloncati jurang yang ada demi sampai puncak. Realistis tanpa idealis sama
riskan, susah rasanya mencapai puncak, yang ada pulang saja. Pasangan
idealis-realistis, ia akan mencari jalan baru untuk menggapai puncak.
sumber gambar
Idealis vs realistis
4/
5
Oleh
hadad
3 komentar
(y) Good.. :)
Replythanks ya... :)
ReplyYou're welcome.. :D
Reply