Pernah mendengar legenda “sentuhan Midas..??” konon, legenda itu
mengatakan, apa pun yang disentuh oleh midas akan berubah menjadi emas,
mungkin Abdurrahman bin Auf memiliki konsep yang serupa, dalam
kehidupannya ia seperti “susah miskin..”.
catatan ini hanya perpanjangan tulisan dari buku yang berjudul “how to master your Habits” karya ust. Felix Siauw ( saran saya segera like grup fb nya, atau follow dia di @Felixsiauw )
Tentu kita pasti ingat dengan sosok seorang Abdurrahman bin Auf, jika lupa silahkan cek di catatan saya sebelumnya http://www.facebook.com/notes/kang-hadad/abdurrahman-bin-auf/10150813148971023 . sebelum masuk Islam, ia adalah seorang saudagar kaya-raya, pebisnis sukses di tanah arab. Begitu pun setelah beberapa saat masuk Islam, sebelum adanya perintah berhijrah ke tanah Yatsrib, Madinah.
Hijrahnya Abdurrahman bin Auf benar-benar tidak membawa apa-apa, ia meninggalkan semua kekayaannya, bahkan termasuk istrinya. Setibanya di Madinah, Rasulullah kemudian mempersaudarakannya dengan Saad bin Rabi’ Al-Anshary, seorang saudagar paling kaya di Madinah. Saad berkata, “Wahai saudaraku! Aku adalah penduduk madinah yang paling banyak harta, pilihlah separuh hartaku dan ambillah. Aku juga mempunyai dua orang istri, lhatlah salah satunya yang mana menarik hatimu sehingga aku bisa mentalaknya untukmu.”
Bagaimana jawaban kita jika diberi penawaran seperti itu..?? hmmm, sudah cukup mengkhayalnya. Hehe.. inilah jawaban Abdurrahman bin Auf, “Semoga Allah memberkahi keluarga dan hartamu, tidaklah aku memerlukan semua itu. Akan tetapi, tolong tunjukan saja dimana pasar padaku, agar aku dapat berdagang disana”
Kemudian Saad mengantarnya ke pasar, Abdrrahman memulai usahanya dengan membeli beberapa barang dan menjualnya kembali, terus begitu sampai ia memperoleh keuntungan, bahkan ia mendatangkan minyak samin dan keju, sebagai diferensiasi bisnisnya.
Beberapa saat kemudian, Rasulullah bertanya tentang kabar Abdurrahman bin Auf, ternyata ia telah menikah dengan mas kawin emas sebesar biji-bijian. Subhanallah.
Kisah ini, seakan-akan memberi pesan bahwa bukan kondisi awal yang penting, namun kebiasaanlah yang telah kita bentuk sebelumnya yang akan mengantarkan kesuksesan. Lihatlah Abdurrahman bin Auf, ia mengetahui seluk beluk tata cara perdagangan, sikap, mental, mengetahui strategi supplier, potensi pasar, diferensiasi, networking, dan semua itu telah biasa ia terapkan, sehingga mampu merubah keadaan from zero to hero.
Jauh sebelum ke Madinah, Abdurrahman telah terbiasa dan membiasakan dengan semua kondisi perdagangan, sehingga saat ia menemukan peluang bisnis, tinggal menunggu waktu mengubahnya menjadi keajaiban, Abdurrahman pernah berkata, “setiap kali memungut sebuah batu, maka aku berharap bisa menemukan emas dan perak”.
Nah inti dari catatan ini adalah “kebiasaan” (sesuai dengan judul bukunya “habits” ). Bagaimana kebiasaan seseorang itu bisa menjadi tolak ukur kesuksesannya, terbiasa bermental kaya, terbiasa memberi, terbiasa disiplin, biasa sholat tepat waktu, biasa sedekah besar, maka seburuk apapun kondisinya nanti, kebiasaannya itu akan menyelamatkannya, terbalik dengan orang yang terbiasa malas-malasan, biasa ngaret, biasa bohong, biasa untuk meninggalkan sholat, maka sebagus apapun kondisinya, kebiasaanya itu akan menghancurkannya.
Akhir dari catatan ini, ada sebuah kutipan menarik di buku habits tersebut,
“Orang yang sudah terlanjur “kaya”, susah menjadi miskin, orang yang sudah terlanjur “miskin”, susah untuk jadi kaya”
Abdurrahman bin ‘Auf telah membuktikannya.
Oh iya, ingin tahu juga kenapa imam syafii bisa menghafal Qur’an dalam usia 7 tahun, dan menghafal kitab Al-Muwatha di usia remaja..?? atau kenapa Muhammad Al-Fatih bisa menaklukan konstantinopel..?? atau kalian juga ingin menjadi seperti mereka..?? hmm.. saran saya segera beli bukunya.. ( iklan.. :D )
<photo id="1" />
catatan ini hanya perpanjangan tulisan dari buku yang berjudul “how to master your Habits” karya ust. Felix Siauw ( saran saya segera like grup fb nya, atau follow dia di @Felixsiauw )
Tentu kita pasti ingat dengan sosok seorang Abdurrahman bin Auf, jika lupa silahkan cek di catatan saya sebelumnya http://www.facebook.com/notes/kang-hadad/abdurrahman-bin-auf/10150813148971023 . sebelum masuk Islam, ia adalah seorang saudagar kaya-raya, pebisnis sukses di tanah arab. Begitu pun setelah beberapa saat masuk Islam, sebelum adanya perintah berhijrah ke tanah Yatsrib, Madinah.
Hijrahnya Abdurrahman bin Auf benar-benar tidak membawa apa-apa, ia meninggalkan semua kekayaannya, bahkan termasuk istrinya. Setibanya di Madinah, Rasulullah kemudian mempersaudarakannya dengan Saad bin Rabi’ Al-Anshary, seorang saudagar paling kaya di Madinah. Saad berkata, “Wahai saudaraku! Aku adalah penduduk madinah yang paling banyak harta, pilihlah separuh hartaku dan ambillah. Aku juga mempunyai dua orang istri, lhatlah salah satunya yang mana menarik hatimu sehingga aku bisa mentalaknya untukmu.”
Bagaimana jawaban kita jika diberi penawaran seperti itu..?? hmmm, sudah cukup mengkhayalnya. Hehe.. inilah jawaban Abdurrahman bin Auf, “Semoga Allah memberkahi keluarga dan hartamu, tidaklah aku memerlukan semua itu. Akan tetapi, tolong tunjukan saja dimana pasar padaku, agar aku dapat berdagang disana”
Kemudian Saad mengantarnya ke pasar, Abdrrahman memulai usahanya dengan membeli beberapa barang dan menjualnya kembali, terus begitu sampai ia memperoleh keuntungan, bahkan ia mendatangkan minyak samin dan keju, sebagai diferensiasi bisnisnya.
Beberapa saat kemudian, Rasulullah bertanya tentang kabar Abdurrahman bin Auf, ternyata ia telah menikah dengan mas kawin emas sebesar biji-bijian. Subhanallah.
Kisah ini, seakan-akan memberi pesan bahwa bukan kondisi awal yang penting, namun kebiasaanlah yang telah kita bentuk sebelumnya yang akan mengantarkan kesuksesan. Lihatlah Abdurrahman bin Auf, ia mengetahui seluk beluk tata cara perdagangan, sikap, mental, mengetahui strategi supplier, potensi pasar, diferensiasi, networking, dan semua itu telah biasa ia terapkan, sehingga mampu merubah keadaan from zero to hero.
Jauh sebelum ke Madinah, Abdurrahman telah terbiasa dan membiasakan dengan semua kondisi perdagangan, sehingga saat ia menemukan peluang bisnis, tinggal menunggu waktu mengubahnya menjadi keajaiban, Abdurrahman pernah berkata, “setiap kali memungut sebuah batu, maka aku berharap bisa menemukan emas dan perak”.
Nah inti dari catatan ini adalah “kebiasaan” (sesuai dengan judul bukunya “habits” ). Bagaimana kebiasaan seseorang itu bisa menjadi tolak ukur kesuksesannya, terbiasa bermental kaya, terbiasa memberi, terbiasa disiplin, biasa sholat tepat waktu, biasa sedekah besar, maka seburuk apapun kondisinya nanti, kebiasaannya itu akan menyelamatkannya, terbalik dengan orang yang terbiasa malas-malasan, biasa ngaret, biasa bohong, biasa untuk meninggalkan sholat, maka sebagus apapun kondisinya, kebiasaanya itu akan menghancurkannya.
Akhir dari catatan ini, ada sebuah kutipan menarik di buku habits tersebut,
“Orang yang sudah terlanjur “kaya”, susah menjadi miskin, orang yang sudah terlanjur “miskin”, susah untuk jadi kaya”
Abdurrahman bin ‘Auf telah membuktikannya.
Oh iya, ingin tahu juga kenapa imam syafii bisa menghafal Qur’an dalam usia 7 tahun, dan menghafal kitab Al-Muwatha di usia remaja..?? atau kenapa Muhammad Al-Fatih bisa menaklukan konstantinopel..?? atau kalian juga ingin menjadi seperti mereka..?? hmm.. saran saya segera beli bukunya.. ( iklan.. :D )
<photo id="1" />
Abdurrahman Bin Auf part 2
4/
5
Oleh
hadad