Tampilkan postingan dengan label tafakur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tafakur. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Oktober 2022

Belajar Branding dari Korea Selatan

Bagaimana pendapatmu tentang negara Korea Selatan ? Apakah kamu membayangkan sebuah lingkungan sempurna, dengan penduduknya yang tampan rupawan serta cantik jelita ? Lingkungan asri yang indah dan kisah hidupnya yang berwarna seperti film-film drama korea (atau mungkin penuh zombie seperti di film Train To Busan ?). Oke, itu adalah gambaran negara Korea Selatan yang mungkin di desain dengan sengaja agar melahirkan persepsi tersebut. 

Inilah Branding.

Branding adalah..

Secara sederhana, branding mungkin bisa diartikan sebagai merek. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merek adalah tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen, dan sebagainya) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal; cap (tanda) yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama dan sebagainya. 

Ya, secara teknis, pengertian branding itu sederhana. Akan tetapi kalau kita renungkah lebih jauh lagi, maka kita akan menemukan betapa dampak branding ini jauh sangat besar.

Di artikel yang lain, saya pernah mengilustrasikan bahwa, sederhananya branding itu adalah bagaimana orang membayangkan tentang diri kita. Apa yang orang bayangkan saat nama kita disebut, atau bagaimana perasaan seseorang saat mendengar sebuah informasi yang berasal dari kita.

Inilah yang sedang di bangun oleh Korea Selatan, atau mungkin yang sedang dirasakan oleh Korea Selatan. How Branding it's Work ! (Maap)

Mari kita ke Korea Selatan

Kita harus mengakui bahwa program yang sedang dijalankan oleh Korea Selatan ini begitu sukses dalam membangun Branding di mata internasional. Bagaimana Korea Selatan, kini menjadi simbol kemajuan sebuah negara.

Akan tetapi apakah memang seperti itu ?

Kalian bisa lihat di artikel di bawah ini,


Tapi, menariknya ketika saya searching tentang Korea Selatan dengan keyword "Fakta kondisi negara Korea Selatan" ini, maka hasilnya 90% benar-benar menggambarkan kondisi ideal di Korea Selatan. 

Sekali lagi ini menunjukan keberhasilan program Branding yang berjalan disana.

Hikmahnya..

Di Era digital seperti saat ini, sebenarnya setiap orang bisa seperti Korea Selatan. Kita bisa menampilkan "wajah" yang terlihat senantiasa baik, menutup berbagai kekurangan dan ketidak sempurnaan yang kita miliki.

Aktifitas di media sosial, interaksi digital, bagaimana orang berkarya bisa menjadi sarana dalam membangun branding yang di inginkan. 

Apakah itu diperbolehkan ? Saya pikir sah-sah saja, terutama selama kita tidak memiliki niatan untuk menipu dan merugikan orang lain. 


Khususnya bagi kita sebagai seorang muslim yang memang memiliki anjuran untuk menampilkan jati diri kita sebagai representasi Islam. Kita memiliki kewajiban untuk menampilkan dan bersikap akhlak terbaik, dalam rangka menegakan ajaran Islam dan agar orang lain tertarik serta terinspirasi untuk memeluk agama islam. 

Jadi, Branding bagi seorang muslim saya kira bisa menjadi kewajiban apabila diniatkan dalam misi dakwah.

Lagian, Allah tuh sudah menutup banyak banget aib kita, eh masa sih malah kita umbar-umbar gak jelas. Untung nggak, rugi iya. 

Kamis, 29 April 2021

Menjadi Insan yang Bermanfaat



Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama. Sebuah peribahasa yang baiknya pada artikel kali ini kita renungkan bersama. Nama seperti apa yang kelak akan abadi meskipun kita sudah meninggal dunia ? 

Manusia tidak abadi, Tetapi bisa hidup abadi


Manusia sejatinya hanya hidup dalam kurun waktu tertentu saja. Itulah usia biologis, dimana setiap sel dalam tubuh kita secara sistematis akan mengalami kematian. Secara ilmiah, tidak ada yang abadi. Akan tetapi manusia memiliki potensi untuk hidup abadi selamanya. Keabadian ini bukan secara fisik tentunya, tetapi secara makna dan jasa.

Keabadian ini berupa nama yang dikenang, terkenal karena berbagai kebaikan dan jasa. Tentu saja nama yang demikian tidak serta merta diperoleh oleh manusia. Kualitas nama yang demikian adalah akibat dari kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan selama hidupnya.

Kebaikan yang berlapis


Tidak, bukan hanya sekedar berbuat baik saja, akan tetapi berbuat kebaikan yang paling utama. Dan Rasulullah SAW telah mengisyaratkan tentang kebaikan jens ini.

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Artinya: "Dari Jabir, ia berkata,”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Manusia siapapun bisa berbuat baik, akan tetapi Rasulullah SAW menegaskan yang terbaik dari jajaran manusia baik itu adalah yang paling bermanfaat. Berbuat baik yang terbaik adalah dengan menebar kebaikan sekaligus menebar manfaat yang akan membantu banyak orang.

Nilai manfaat ini bisa berupa solusi, informasi, tenaga, jasa dan apapun potensi yang kita miliki. Akan
tetapi sejatinya, nilai manfaat ini adalah ketika berinteraksi dan saling membantu dalam mencegah keburukan dan mendorong dalam kebaikan.

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Sebagian di antara mereka ada orang-orang yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. – (Q.S Ali Imran: 110)

Manusia terbaik dalam umat terbaik adalah manusia yang beriman yang menebar manfaat seluas-luasnya agar saudara-saudaranya selamat. Bayangkan betapa mulia derajat manusia yang satu ini.

Hidupnya fokus untuk berdakwah dan dalam upaya memberi manfaat sebesar-besarnya. Ia akan risih dan tak nyaman tatkala melihat keluarga, saudara, teman atau bahkan orang asing sekalipun hidup dalam kesusahan. Ia akan berupaya dengan segenap potensinya untuk memberi manfaat agar kesusahan itu sirna.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Potensi Kebaikan Yang Spesifik


Setiap manusia memiliki potensinya masing-masing yang kebanyakan berbeda setiap individunya. Mulailah berhenti sejenak dan membaca setiap karunia yang telah Allah berikan pada kita. Karunia dan potensi yang telah Allah titipkan pada kita itu adalah sebuah kesempatan emas untuk berbuat kebaikan yang terbaik demi mewujudkan umat terbaik.

Terakhir, keabadian bukan hanya sekedar nama yang dikenang, akan tetapi bisa berupa nilai pahala yang tak pernah terputus dan mengalir meski kita sudah tiada. Keabadian pahala ini adalah investasi yang berharga yang tentunya akan menyelamatkan kita di akhirat kelak.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Jumat, 12 September 2014

"numpang hidup"

Suatu Saat Pada Sesi
Tanya Jawab Kajian Ilmiah
Penanya :
Wahai Syeikh, ibuku tinggal menumpang bersamaku dirumahku. Dan terjadi masalah antara beliau dengan istriku.
Syeikh :
Ulangi pertanyaanmu !

Penanya :
Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku...
Syeikh :
Ulangi pertanyaanmu !
Penanya :
Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku...
Syeikh :
Ulangi lagi pertanyaanmu !
Penanya :
Ibuku tinggal menumpang bersamaku...
Syeikh :
Ulangi lagi pertanyaanmu !!!
Penanya :
Wahai Syeikh, tolong biarkan aku menyelesaikan dulu pertanyaanku jangan anda potong...
Syeikh :
Pertanyaanmu salah, yang benar engkaulah yang hidup menumpang pada ibumu, meski rumah itu milikmu, atas namamu.
Penanya :
Iya Syeikh, kalau demikian selesai sudah permasalahannya.
Syeikh :
Jangan durhaka wahai anak, jangan durhaka wahai menantu ! Kamu dengan seluruh hartamu adalah milik ibumu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Engkau dan semua hartamu adalah milik Ayah Ibumu".
[HR. Ibnu Majah, no. 2291]


grup ODOJ

Kamis, 11 September 2014

BUAT PARA LELAKI SEJATI

BUAT PARA LELAKI SEJATI


( copas ustadz Rahmat Idris )
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
sebab banyak orang kaya raya tidak sanggup mengerjakannya.
jangankan sehari lima waktu,
bahkan banyak pula yang seminggu sekali pun terlupa.
tidak jarang pula seumur hidup tidak pernah singgah kesana.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
karena orang pintar dan pandai pun sering tidak mampu menemukannya.
walaupun mereka mampu mencari ilmu hingga ke universitas Eropa
juga Amerika....
dapat melangkahkan kaki ke Jepang, Australia dan Korea dengan semangat yang membara.
namun ke mesjid tetap saja perjalanan yang tidak mampu mereka tempuh walau telah bertitel S3.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
karena para pemuda kuat dan bertubuh sehat yang mampu menaklukkan puncak gunung Bromo dan Merapi pun sering mengeluh ketika diajak ke mesjid.
alasan mereka pun beragam, ada yang berkata sebentar lagi, ada yang berucap tidak nyaman dicap alim.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
maka berbahagialah dirimu hai anakku....
bila dari kecil engkau telah terbiasa melangkahkan kaki di mesjid.
karena bagi kami, sejauh manapun engkau melangkahkan kaki,
tidak ada perjalanan yang paling kami banggakan
selain perjalananmu ke mesjid.
Biar kuberi tahu rahasia kepadamu,
sejatinya perjalananmu ke mesjid adalah perjalanan untuk menjumpai Rabbmu.
dan itulah perjalanan yang diajarkan oleh Nabi, serta perjalanan yang akan membedakanmu dengan orang-orang yang lupa akan Rabbnya.
Perjalanan terjauh dan terberat itu adalah perjalanan ke mesjid.
maka lakukanlah walau engkau harus merangkak dalam gelap shubuh demi mengenal Rabbmu....
------------------------------------------
tambahan bukan dari ustadz Rahmat "Impian seorang muslimah adalah mendambakan seorang lelaki yang akan mengajak anak lelakinya sholat berjamaah subuh di msjid. Semoga bermanfaat


copas dari grup ODOJ
agar jangan sampai dikatakan

agar jangan sampai dikatakan

Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Dsekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.

Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata, "Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!" "Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini!".

Umar segera bangkit dan berkata, "Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?" Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, "Benar, wahai Amirul Mukminin." "Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu memulai ceritanya, "Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku, kuikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia.

Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera kucabut pedangku dan kubunuh ia. Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."

"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.

Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh. "Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat', ujarnya.

"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat atas kematian ayahmu", lanjut Umar.

"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, "kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".

Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur dan bertanggung jawab.

Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata,"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah" ujarnya dengan tegas, "Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".

"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda.

"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?" tanya Umar.

"Sayangnya tidak ada Amirul Mukminin, bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?" pemuda lusuh balik bertanya.

"Baik, aku akan meberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.

"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.

Tiba-tiba dari belakang hadirin terdengar suara lantang, "Jadikan aku penjaminnya wahai Amirul Mukminin".Ternyata Salman al Farisi yang berkata..

"Salman?" hardik Umar marah, "Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".

"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.

Akhirnya dengan berat hati Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.

Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.

Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman. Salah satu sahabat Rasulullah saw yang paling
utama. Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh.

Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.

Akhirnya tiba waktunya penqishashan, Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.

"Itu dia!" teriak Umar, "Dia datang menepati janjinya!".

Dengan tubuh bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.

"Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku.." ujarnya dengan susah payah, "Tak kukira.. urusan kaumku.. menyita..banyak.. waktu..".

"Kupacu.. tungganganku.. tanpa henti, hingga.. ia sekarat di gurun.. terpaksa.. kutinggalkan.. lalu aku berlari dari sana.."

"Demi Allah", ujar Umar menenanginya dan memberinya minum, "Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?"

"Agar.. jangan sampai ada yang mengatakan.. di kalangan Muslimin.. tak ada lagi ksatria.. tepat janji.." jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.

Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya, "Lalu kau Salman, mengapa mau-maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya", Salman menjawab dengan mantap.

Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.

"Allahu Akbar!" tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak,

"Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu". Semua orang tersentak kaget.

"Kalian.." ujar Umar, "Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?" Umar semakin haru.

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya" ujar kedua pemuda membahana.

"Allahu Akbar!" teriak hadirin.

Pecahlah tangis bahagia, haru dan bangga oleh semua orang.

Begitupun kita disini, di saat ini.. sambil menyisipkan sebersit rasa iri karena tak bisa merasakannya langsung bersama saudara-saudara kita pada saat itu..

"Allahu Akbar..."


copas dari grup ODOJ

Minggu, 27 Oktober 2013

Ilmu dan Iman

Ilmu dan Iman

sebelum subuh tadi, saya menyempatkan lihat-lihat thread kaskus, maklum udah agak lama gak maen kesana, meskipun sekedar jadi silent reader hehe (maap.. maap..). Kaskus ini memang unik, banyak hal bisa kita temui disana, nah pada saat itu pun saya menemukan sebuah thread yang lumayan bagus.

singkatnya begini, di thread itu dibahas soal kenapa bumi ini berrotasi pada porosnya. setelah pemaparan panjang ala kaskuser, tiba di kesimpulan bahwa perputaran bumi terpengaruh akibat "perputaran" Umat Islam saat mengelilingi ka'bah, yang dijelaskan lebih lanjut bahwa rotasi bumi ini akibat konduktor yang bernama Hajar Aswad, dan demikian seterusnya.

apa yang ingin saya ceritakan disini, bukan terkait hal ini sebenarnya (tapi sengaja saya angkat wacana di atas, agar menjadi bahan diskusi bagi teman-teman muslim yang lebih berkompeten, dan semoga dikemudian hari kita mampu menggali jauh lebih dalam terkait hal ini). apa yang ingin saya ceritakan adalah berbagai macam respon yang komentar yang ada di bawahnya.

"terus, bagaimana di zaman Nabi Adam, kan itu baru satu orang, terus apa itu berpengaruh pada rotasi juga..??"

"apa bukti TS (si pembuat thread) jika rotasi bumi terpengaruhi Umat Islam..?? sebutkan karya ilmiahnya dong.."

dan komentar lainnya..

Ilmu dan Iman

sebuah pertanyaan menggelitik saya, "sebenarnya bagaimana hubungan ilmu dan iman ini..?? apakah mereka benar-benar saling menjelaskan atau bagaimana..??"

pertanyaan ini muncul seketika disaat ada beberapa kejadian iman yang sulit dicerna oleh ilmu. Beberapa kejadian ilmu yang belum terbaca iman. tapi disaat mengingat Allah, saat semua ilmu bersumber dari Allah, mestinya tidak ada kerancuan akan hal ini, yang berakibat pada keraguan dan penjungkalan hujjah atas iman kita.

baik, sederhananya begini, ini semua tergantung dimana kita menempatkan ilmu dan iman sesuai dengan prioritasnya. saat melihat bunga, awan, hewan, kucing, dan semua hal yang ada disekitar kita, sebagai mukmin yang pertama terfikir mestinya iman, seperti
"subhanallah, cantik sekali bunga ini." atau "kucing aja bisa hidup dengan rizkiNya, masa kita nggak.."
berbeda saat prioritas ilmu dan logika yang terdepan, mungkin refleks lisan akan berucap seperti ini,
"bunga ini indah sekali, gimana fotosintesis-nya ya..??"

ilmu yang kita miliki amat sangat terbatas, pada saatnya kita akan terbentur dengan pertanyaan kenapa, kenapa, dan kenapa, tanpa bisa menjawab lebih lanjut akan pertanyaan itu. sementara dengan iman..?? apa pun bisa kita jawab, apa pun bisa kita raih.

jika seperti ini kenyataannya, iman sejatinya lebih luas, dan lebih bertenaga dari pada ilmu, maka pantas jika kita merefleksikan pada sejarah, Islam terutama, melihat para ilmuwan muslim mengedepankan penguatan Islam terlebih dahulu, seperti hafiz di umur relatif muda. karena di masa yang akan datang mereka akan menghadapi banyak kajian ilmu yang banyak ber-konfrontasi dengan iman.

Sami'na Wa atho'na..

namun ilmu tetap penting, untuk mengiplementasikan iman, diperlukan ilmu yang sepadan. jika seperti itu, mestinya ilmu dan iman itu akan saling melengkapi, tapi tetap saat mendapati cacat di satu bidang ilmu, lupakanlah, dan penuhi bagian itu dengan iman.

kembali ke masalah hajar aswad dan rotasi bumi, apa pendapat saya..?? Wallahu a'lam.. saya tidak tahu, yang pasti rotasi bumi telah termaktub dalam Al-Qur'an, apa yang mesti kita lakukan adalah pelajari seperlunya, sisanya cukup beriman dan mengambil hikmah sebesar-besarnya akan kejadian ini.

saat dihantui banyak pertanyaan kenapa berhentilah, dan beristighfarlah..

Wallahu a'lam

Minggu, 20 Oktober 2013

Kontemplasi

Kontemplasi

sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad SAW sering melakukan uzlah di gua Hira. Beliau mengasingkan diri, menyendiri, dan merenungi keadaan umat Quraisy Mekkah yang pada waktu itu sedang berada dalam keadaan jahiliyyah, pada saat itulah, wahyu pertama turun.

Kontemplasi atau merenungi sebuah keadaan dengan perhatian yang khusus dan terfokus, adalah salah satu alternatif dalam menyelesaikan masalah. diam, menarik nafas, kemudian berfikir tentang solusi-solusi yang ada.

Kontemplasi biasanya adalah keniscayaan bagi laki-laki. Para laki-laki, umumnya, senang dengan cara ini, menyendiri untuk memecahkan masalah. Jarang laki-laki men-curhat-kan kegalauannya, atau menangis tersedu-sedu di depan seseorang hanya demi meratapi permasalahannya (mungkin, kalau sama istri ya beda, tapi gak tahu juga sih... maklum.. jomblo... *jebret..!!)

Berbicara mengenai kontemplasi, ada dua hal penting yang saya catat dan perlu diperhatikan jika memilih cara kontemplasi sebagai pemecahan masalah. pertama, kontemplasi mesti terus menerus dilatih agar fokus pada pencarian solusi. ini penting, karena mungkin pada awalnya, berdiam disaat menghadapi masalah, yang terjadi adalah penumpukan alasan, atau meratapi keadaan. ini berbahaya, meratapi masalah, menumpuk alasan, tanpa berusaha menyelesaikannya, bisa saja menjadi depresi, stress, atau bahkan bunuh diri.

maka melatih kontemplasi dengan cara melatih berfikir solusi amatlah penting, pada akhirnya, kontemplasi kita akan bermanfaat untuk diri sendiri, juga untuk orang lain. kita bisa menjadi sumber solusi, dan saya yakin Mario Teguh pun melakukan hal yang sama untuk memecahkan masalah para audien nya :p . oh iya, ngomong-ngomong soal Mario Teguh dan kontemplasi, perhatikan, orang yang sudah expert dan ahli, memecahkan masalah bisa saja dalam hitungan detik, yang awam mungkin butuh berhari-hari.

kedua, bagi muslim, kontemplasi pada akhirnya bukan menjadi egosentris. bukan melatih diri menjadi orang egois, bukan. Justru, kontemplasi (atau bagi muslim lebih tepat disebut uzlah) adalah cara mendekatkan diri dengan Allah. puncaknya, dalam kesendirian inilah, kita meminta pertolongan Allah, meminta bimbinganNya, dalam keadaan berduaan dengan Allah inilah, hijab antara kita dengan Dia (khalwat) mesti dikikis dengan cara khusyuk dan menghadirkan hati total untukNya.

Wallahu a'lam

Minggu, 28 April 2013

Mukjizat

Mukjizat

Sempat ramai kemarin di hari kematian Ustdaz Jefri, ada hoax tentang bahkan awan pun berdoa. Ya, ini hanya satu dari sekian banyak berita-berita yang sebelumnya pun sempat ramai, bukan kenapa-kenapa, karena masyarakat kita memang menyenangi hal ini.

Keajaiban-keajaiban mistis seringkali dikaitkan dengan keyakinan spiritual, bagi muslim, kita lebih mengenalnya dengan mukjizat, karomah, dan sebagainya. Namun, yakinlah bahwa umat tidak dibangun atas hal-hal seperti itu.

Masyarakat Indonesia mungkin hampir sama dengan umat Bani Israil zaman Nabi Musa dulu, ya sama-sama menyenangi hal-hal yang berbau “ajaib”. Lihatlah Bani Israil, mereka adalah ahli sihir, ahli nujum, tabir mimpi, dan mereka kalah oleh, Nabi Yusuf seorang ahli mimpi terhebat, Nabi Musa seorang yang mengalahkan ahli sihir dan pemilik Mukjizat terhebat, dan Nabi Sulaiman seorang yang pemimpin yang memiliki prajurit-prajurit yang sakti, bahkan Nabi Isa seorang yang mampu menghidupkan kembali yang telah mati, (semua dengan izin Allah). Kesimpulannya, mukjizat sebenarnya adalah sebuah bahasa tertentu yang dikaruniakan Allah untuk umat.

Bagaimana dengan Nabi Muhammad..?? Hadis riwayat Anas ra.: Bahwa penduduk Mekah meminta kepada Rasulullah saw. untuk diperlihatkan kepada mereka satu mukjizat (tanda kenabian), maka Rasulullah saw. memperlihatkan kepada mereka mukjizat terbelahnya bulan sebanyak dua kali. (Shahih Muslim No.5013)

Namun apa yang terjadi..?? kamu musyrikin mekkah tetap saja kafir, mereka mengatakan itu adalah sihir yang menipu mata, intinya seberapa pun hebat mukjizat yang ditunjukan Rasulullah dengan Izin Allah, itu tidak akan berpengaruh banyak sebab tingkat peradaban mekkah saat itu yang sudah mulai lebih tinggi, dengan mulai mengutamakan hal-hal yang lebih rasional. Maka dakwah Nabi Muhammad pun lebih focus ke ranah rasional, seperti akhlak dan penegakan syariat, misalnya.
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)

Begitu pun halnya karomah, saat SD saya seringkali di beri tahu oleh guru tentang definisi karomah, mungkin berikut ilustrasinya..
“keajaiban yang ada pada diri Rasul..??? (anak-anak serentak menjawab) Mukjizat..!!”
“keajaiban yang ada pada wali Allah..?? Karomah..!!”
Apakah salah..?? tidak juga karena memang karomah itu kebanyakan (atau mungkin yang kita tahu) ya berbentuk keajaiban. Tapi hal ini pun mesti diluruskan, karomah yang berbentuk keajaiban bukan pra-syarat untuk memperoleh derajat ke-wali-an.

Sering saya pun mendengar komentar orang fanatic seperti ini,” kalau ngaku wali, mana karomahnya..???” hmmm, sulit juga kalau ketemu yang seperti ini, ini mungkin akibat terlalu sering mendengar cerita Wali songo, yang salahnya, malah mengkaji tentang keajaiban-keajaiban mereka, bukan metode dakwah, akhlak, dan ilmunya yang mestinya lebih bisa kita tiru, dibanding keajaiban-keajaiban semisal terbang atau kebal akan senjata.

Ya, Wali Songo adalah wali Allah, pengemban dakwah, tapi jangan salah juga kita percaya mereka wali kalau sudah dengar cerita ke karomahan nya, kurang tepat juga.

Yang perlu diluruskan adalah, adanya beberapa lembaga pendidikan (biasanya tradisional) yang membuka majlis Ilmu, tapi dengan hasil akhir keajaiban-keajaiban itu tadi. Setelah menghapal anu akan kebal senjata, setelah tamat kitab anu akan bisa melihat ghaib, setelah mengamalkan amalan anu akan mampu meringankan segala hal.

InsyaAllah akan berlanjut ke bagian 2, kesimpulannya, Mukjizat, Karomah adalah kebesaran Allah, hal tersebut adalah bahasa untuk kita agar lebih memahami tentang Islam. Mereka adalah metode bukan hasil akhir.

Wallahu a'lam

lanjut ke part 2
Belajar Rendah Hati

Belajar Rendah Hati

Sebenarnya sudah beberapa minggu ini kepikiran untuk menyusun artikel ini, tapi karena banyak pertimbangan, akhirnya terus molor.. bukan kenapa-kenapa ini termasuk isu yang sensitive. Tertarik untuk membahas hal ini adalah disaat mendengar kajian Ma’rifatullah yang setiap malam jumat (kamis malam) dilaksanakan di masjid DT, pimpinan Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym.

Nah, di suatu kesempatan, Aa Gym berkesempatan menerima tamu, Syeikh Rajab namanya. Ya namanya juga syeikh pasti seorang yang terpercaya ilmu dan kapasitas ucapannya. Tipikal Syeikh, dan tipikal orang-orang berilmu lainnya juga saya kira, beliau orang yang sangat thawadhu, sangat rendah hati.
Kali ini Aa memulai kajian dengan memanjatkan do’a serta pujian, belum apa-apa isak tangis sudah mulai terdengar, Subhanallah, Air mata yang bagi sebagian orang sangat mahal. Beruntung bagi Aa Gym yang amat mudah meneteskan air mata, dalam penyebutannya akan nama Allah, ini bukan sebuah air mata yang sia-sia Insya Allah.

Nah, disaat mulai kajian ma’rifatulloh tersebut terjadi dialog antara Aa dan Syeikh Rajab. Dialog antara syeikh dan Aa yang sangat terkesan dan memoriable, dalam bahasa arab tentu nya..
“Silahkan Syeikh,anda tausiyah..”
“jangan saya.. anda saja.. saya kesini sengaja untuk belajar dari anda..” mendengar kalimat ini saya, hati saya bergetar.. Ya Allah betapa rendah hatinya beliau.
“jangan begitu syeikh.. siapa saya.. nggak pantas saya tausiyah dihadapan anda..” Ucapan Aa mulai bergetar, saya turut merasakan getaran itu, siapa juga orang yang mampu berceramah dihadapan orang sekaliber syeikh, ini seperti disuruh presentasi kajian ilmiah dihadapan professor, hanya lebih berat.
“jangan.. jangan.. anda yang lebih berhak.. saya adalah murid anda kali ini..” lagi-lagi syeikh Rajab menggambarkan kerendah hatiannya yang luar biasa.

Aa terdiam, dan mulai tausiyah tapi hanya 10 menit, setelah itu Aa berhenti, dan tidak sanggup melanjutkan. Terjadi keadaan seperti itu, menyadari aa yang sudah mulai tak sanggup berkata-kata, Syeikh Rajab mengambil suara,

“Subhanallah, inilah yang saya kagumi dari Aa Gym, beliau amat rendah hati, kelembutan hatinya mencerminkan betapa dia amat mengenal Allah, amat menyadari bahwa diri ini tidak ada apa-apanya dihadapan Allah, maka pantas jika sebut beliau sebagai Wali Allah…” terdiam sejenak.
“banyak orang menyangka apa yang saya katakan ini hanya basa-basi, memuji tanpa arti, tidak..!! seumur hidup saya, saya tidak pernah memuji seseorang pun langsung dihadapannya.. seumur hidup saya baru kali ini saya memuji orang langsung dihadapannya.. Aa Gym memang pantas..”

Saya sendiri mendengar pernyataan ini terdiam sejenak, Subhanallah, sebuah pelajaran tentang kerendahan hati dari dua orang sosok besar.. dua orang yang telah berjasa dalam perjuangan penegakan Syiar dakwah di dunia. Membandingkan diri ini yang begtu hina, kerdil, dan lemah, ah bodoh sekali jika masih ada rasa sombong dalam hati.

Kajian tersebut selesai 15 menit lebih cepat dari biasanya, sampai akhir kajian Aa Masih terdengar speechless, terasa sekali thawadu-nya, semoga Allah memuliakan mereka berdua.

Wallahu a’lam

Selasa, 02 April 2013

Kethawaduan sang imam

Kethawaduan sang imam

“Kesederhanaan mengecap kekayaan..” lirik nasyid dari in team ini mungkin sangat tepat disandingkan dengan karakter Imam Syekh AlGhamidi. Saya pribadi hanya berkesempatan menatap beliau dua kali, tapi dari pancaran raut wajahnya, cara ia berbicara, Nampak jelas ke thawaduan beliau, belum lagi hal ini dikuatkan oleh pemberitaan dari media Republika, yang mengawal sejak dari kedatangan sang Imam.

Pertama kali menatap beliau saat di Mesjid Attaqwa, cara beliau masuk masjid, cara beliau memberikan tausiyah, cara beliau berjalan meninggalkan kami, nampak sekali betapa tawadhu-nya beliau. Mengawali tausiyahnya ia menuntun kami membaca alfatihah, per ayat. Sekali lagi, bayangkan betapa luar biasanya perasaan saya dituntun bacaan Al-Qur’an oleh seorang Imam Besar Mesjidilharam dan Mesjid Nabawi. Singkatnya dalam tausiyah beliau mengingatkan kami tentang makna surat Al-‘Ashr.

“Bahkan Allah pun bersumpah atas nama waktu, ini menunjukan hal ini adalah serius.. perkara yang amat serius… perkara itu adalah.. Manusia dalam keadaan merugi. Kecuali, orang yang beriman, beramal sholeh, mengingatkan dalam kebenaran, dan saling mengingatkan dalam kesabaran..” demikian kutipan syekh dalam menyampaikan tausiyahnya.

Lalu seberapa tawadhu beliau..?? perhatikan beberapa artikel berikut..




Berkali-kali ustadz yusuf Mansur mengingatkan, saat syekh meninggalkan masjid, para jamaah diharap untuk tidak berdiri, mencium tangan, cukup memandang wajah beliau, dan cukup mendo’akan saja. Bukan kenapa-kenapa, tapi hal ini untuk menjaga ke tawadhuan beliau, dan tentu saja menjaga keamanan jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Lagi pula sebuah hadist menyebutkan,

HR. Al-Bukhari didalam Al-Adab Al-Mufrad ( 977 ),Al-Albani mengatakan : Shahih

Syeikh alghamidi mulai melangkah meninggalkan masjid, melalui area tengah hingga siapapun jamaah bisa memandangnya. Bersahutan shelawat, dan takbir mengiringi kepergian sang imam.

Terdengar jelas namun pelan, syeikh berkata..

“Shollu ‘ala Muhammad..”
setetes embun di terik panas..

setetes embun di terik panas..


inilah yang saya rasakan selepas mengikuti rangkaian kegiatan wisuda akbar ini. Ditengah pesimisnya keadaan negeri, ini seperti sebuah oase yang amat menyegarkan. Ribuan tahfidz telah diwisuda, jutaan lainnya siap dilahirkan. Gelora umat akhir zaman seperti yang dijanjikan Rasulullah, menjadi bagian dari negeri ini.

Ustadz Yusuf Mansur mengatakan,”InsyaAllah, kedepan kita akan mengalahkan Gaza, kita akan mengalahkan Gaza dalam hal melahirkan Tahfizh-tahfizh.. jika Gaza, negeri yang terjajah, saja mampu melahirkan ribuan tahfizh, maka kita seharusnya mampu melahirkan jutaan tahfizh..”

Sebuah visi yang luar biasa, memang kita memasuki fase dimana telah dijanjikan Rasulullah. Sebagai Fase kebangkitan islam di akhir zaman, saat Rasul sendiri menjanjikan Islam akan Berjaya dari ujung timur sampai ujung barat, maka kali ini wisuda akbar di GBK semoga menjadi saksi dan menjadi bukti akan terealisasinya visi ini.

Sejatinya ini bukan hanya isapan jempol semata, ratusan bahkan ribuan tahfizh yang hadir di acara ini adalah bukti jika visi ini bukan hanya sekedar mimpi disiang bolong saja. Sekaligus ini pun membuncahkan semangat, rasa optimis yang terpendam, dan rasa kemenangan atas semua fitnah akhir zaman.

Seperti yang Ustadz Yusuf Mansur katakana, “semoga negeri ini bukan negeri darurat korupsi, semoga negeri ini bukan pula negeri darurat zina, semoga negeri ini bukan negeri darurat narkoba, tapi semoga negeri ini menjadi negeri darurat AL-Qur’an..” negeri yang dengan sigap mencetak jutaan tahfizh dan mujahid yang siap menguasai dunia.

Ini bukan mimpi..

Kamis, 28 Maret 2013

Idealis vs realistis

Kujatuhkan pandangan kulihat jurang dalam
Penuh dengan onak duri yang amat mengerikan
Ku dongakan kepala kulihat langit tinggi
Terbentang luas tiada bertepi

(Hijjaz – Damai Nan Indah)

Eits tunggu dulu, ini bukan artikel review nasyid ya, dan lagi pula nggak ada kaitannya sama sekali dengan makna nasyid diatas.. hehe.. saya hanya suka saja dengan ilustrasi yang disampaikan Hijjaz dalam salah satu nasyidnya ini.

Perumpamaannya memang tidak jauh berbeda, idealism itu seperti menatap langit, sementara realistis itu menatap bumi. Manusia dengan segala dinamika nya pun tidak bisa total memilih satu bagian, meski dominan realistis atau idealis selalu ada bagian dirinya yang memiliki sifat berlawanan.

Mungkin tidak salah juga jika saya mengatakan bahwa ini termasuk kedalam fitrah pasangan, seperti siang-malam, gelap-terang, baik-buruk, maka idealis-realistis adalah sebuah keniscayaan akan kesempurnaan. Jika ini adalah, katakanlah, fitrah yang ada di setiap individu, persoalannya lebih baik mana yang harus didominankan..??

Erat kaitannya kecerdasan emosional, pengendalian diri termasuk waktu yang tepat saat kita berfikir idealis dan realistis menjadi penting untuk dikuasai. Namun, karakter setiap individu pun turut serta berpengaruh dalam menentukan hal ini. Contoh, sifat obsesif, agresif, dan yang lain sebagainya.

Kembali ke ilustrasi di atas, contoh penggunaan idealis-realistis. Saat kamu mendaki gunung, okelah jika kita senang melihat puncak, sesekali sebagai pemicu semangat ditengah gempuran lelah, sah-sah saja sebagai bentuk idealis kita meraih puncak, tapi jangan lupa, lihat pula jalur pendakian, tebing dan jurang yang menghadang, saat mendaki mendongak memang asyik, tapi menunduk saya kira lebih penting.

Persoalannya selanjutnya adalah dimana seharusnya idealis-realistis adalah pasangan sejati, ini malah menjadi pasangan yang saling membantai. Kembali ke ilustrasi pendakian tadi, idealnya adalah sampai puncak, tapi bagaimana saat jurang menghadang..??? pulang, loncati, atau cari jalan baru..??

Idealnya saat kita punya visi, cita-cita, dan sebuah keinginan, adalah mewujudkannya, tapi terkadang kita lupa realistis, kita lupa antisipasi akan kenyataan yang akan kita hadapi. Ingat..!! realistis bukan pesimis, justru ia adalah sebuah dorongan untuk mencari alternative lain untuk mewujudkan idealism nya. Idealism tanpa realistis sama saja bunuh diri, ia akan meloncati jurang yang ada demi sampai puncak. Realistis tanpa idealis sama riskan, susah rasanya mencapai puncak, yang ada pulang saja. Pasangan idealis-realistis, ia akan mencari jalan baru untuk menggapai puncak.

Wallahu a’lam\

sumber gambar

Rabu, 27 Maret 2013

RUU Santet, Zina, dan Ushul Fiqh..

RUU Santet, Zina, dan Ushul Fiqh..


Artikel ini sebenarnya hanya kutipan dari yang disampaikan Ust. Mustafa Yakub di acara Indonesia Lawyer Club di TV *ne, dan artikel ini pun tidak juga mewakili pandangan penulis terhadap dua kasus seperti yang tersebut di judul di atas, yaitu Santet dan Zina, karena Islam sudah jelas mengatur akan hal ini. Namun, problemnya adalah saat perkembangan tekhnologi, budaya, dan peradaban terus kian berkembang sehingga membutuhkan sebuah metode baru dalam hal menegakkan syariat.

Belalah (tolonglah) kawanmu baik dia zalim maupun dizalimi. Apabila dia zalim, cegahlah dia dari perbuatannya dan bila dia dizalimi upayakanlah agar dia dimenangkan (dibela). (HR. Bukhari)

Inilah hadits yang disampaikan ust. Mustafa Ya’kub dalam pernyataannya di acara tersebut. Pengertian akan hadits ini merupakan sebuah dalil akan ushul fiqh yang menyatakan bahwa hukum itu semestinya mendorong untuk pencegahan, bukan hanya sekedar penghukuman. Dalam hal pengajuan RUU Zina dan Santet pun, ustadz berpendapat ini adalah sebuah bentuk pencegahan, karena ada sebuah ancaman atas tindakan zalim (Santet dan Zina) tersebut. Maka dalam penyusunan RUU KUHAP tentang dua kasus ini pun mestinya dipahami sebagai bentuk pencegahan.

Kaidah ushul fiqh mengatakan,
“Segala sesuatu itu halal, sebelum ada aturan (syariat) yang melarang”
Oleh karena ini juga, maka RUU ini sebagai bentuk aturan ketegasan dalam hal santet dan zina. Sederhananya, selama ini Santet dan Zina, setidaknya di aturan Negara, diperbolehkan sebab tidak ada satu pun undang-undang yang mengatur akan hal ini.

Bergerak ke tahap selanjutnya, problem yang lebih kompleks dari dua kasus ini adalah metode pembuktian. Jika fiqh mengatakan butuh setidaknya 4 orang saksi dalam kasus zina, maka di zaman serba modern ini setidaknya butuh tambahan 1 orang saksi ahli diantara 4 orang itu, bisa jadi untuk membuktikan secara biologis akan adanya kasus perzinahan. Namun, aturan ini pun tidak serta merta dapat berlaku ditengah degradasi moral, dan kebobrokan social politik yang saling menjatuhkan, aturan ini menjadi riskan untuk disalah gunakan, maka dibutuhkanlah sebuah system yang benar-benar efektif.

Persoalan serupa pun dengan santet, problem metode pembuktian dalam kasus santet belum ditentukan alternatifnya, sebab ini berbicara dalam ranah ghaib yang irrasional. Hukum perundang-undangan membutuhkan pembuktian yang rasional, apa jadinya jika pembuktian irrasional ini sampai di pengadilan..??


Minggu, 17 Maret 2013

Damage Control Personal ala Nabi

Damage Control Personal ala Nabi


Dalam sebuah perusahaan, atau organisasi mestinya kita mengenal dengan istilah yang satu ini, Damage Control. Ini adalah sebuah system yang berjalan jika keadaan darurat terjadi, entah karena rugi, system crash, atau human error. Jika dalam skala luas dan besar seperti di perusahaan tadi, maka Damage Control adalah sebuah urutan aturan yang yang bersifat darurat dan solutif.

Namun ternyata, Damage Control ini tidak hanya berlaku bagi organisasi saja, ini jauh lebih dibutuhkan untuk setiap personal perorangan. Kenapa..?? karena, bagaimana pun juga sebuah organisasi mewakili sekumpulan individu-individu yang saling mempengaruhi, terlebih seorang pemimpin. Ia harus memiliki Damage Control terbaik dari anggota yang lainnya.

Persoalannya, setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ia memiliki kekhasan, keunikan, dan sifat yang mengharuskan menyelesaikan masalahnya dengan kemampuannya sendiri. Karkateristik psikologis yang berbeda inilah yang melahirkan berbagai reaksi yang berbeda pula di setiap individu, ada yang marah, murung, galau, putus asa, depresi, atau bahkan sampai sakit secara fisik.

Karena itu pulalah, sebelum kita menerapkan satu metode Damage Control didalam diri kita, ada baiknya kita mengenal dulu siapa diri kita. Jika kita tidak mampu memeriksakan diri ke psikolog, ya cukuplah dengan sekedar mengetahui kebiasaan dan respon diri saat situasi terburuk terjadi pada diri kita.

Metode Nabi

Nah salah satu respon yang seringkali ada saat situasi buruk terjadi adalah marah, menurut saya metode ini pun bisa saja berlaku untuk keadaan selain marah, seperti stress, depresi, putus asa, dan galau mungkin. Langsung saja, ada 3 cara yang dianjurkan Nabi,

“Jika salah seorang dari kalian marah saat berdiri, hendaknya ia duduk, kalau belum pergi amarahnya, hendaknya ia berbaring.” [HR. Ahmad]

1.  Duduk
Sebelum mengambil sikap duduk, biasakan untuk diam barang 30 detik atau lebih dari itu. Diam saja, jangan berbicara, dan kosongkan pikiran. Atur nafas, lembutkan pandangan, lenturkan semua syaraf-syaraf yang menegang. Setelah itu barulah duduk, masih sambil mengatur nafas, dan mulailah mencari solusi terbaik selain dari marah-marah.

2.  Berbaring
Ini bermaksud agar tubuh bisa lebih rileks lagi, jika kemarahannya memang lebih besar. Pada dasarnya hampir sama dengan metode atas, tapi berbaring ini memiliki kelebihan lain. Tidak ada satu pun syaraf yang menegang secara fisik. Jika berdiri, maka kaki menopang keseluruhan badan, yang berakibat, menekan tulang punggung, leher, dan berujung ke otak. Begitu pun saat duduk, meski beban tidak sebesar saat berdiri, tapi tetap saja tulang punggung masih menopang beban, yang berpengaruh pula pada tekanan di otak. Nah berbaring, hampir tidak ada beban sama sekali di tulang punggung, maupun di otak.

3.  Berwudhu
Jika, duduk dan berbaring masih belum bisa meredakan kemarahan, maka segeralah berwudhu, dan shalat dua rakaat. Jika tubuh dan lahiriyah sudah tidak sanggup lagi menopang beban amarah, segeralah beralih ke control batiniyah, segeralah mengadu, dan seimbangkan kembali kondisi psikologi agar segera menemukan solusi yang lebih baik.

ada artikel yang lebih baik di Republika

Selasa, 12 Maret 2013

Galau…??? Ini petunjuknya…

Mestinya, seorang muslim itu sudah tahu apa petunjuk kehidupan yang utama, ya Al-Qur’an..!! nah lalu apa lagi…??? K haha… maaf.. maaf.. memang masalahnya kayak gini, orang-orang yang sedang galau itu selalu saja keras kepala, udah tahu obat hati itu tilawah, eh masih aja cari yang lain selain Qur’an. Lagi galau bukannya tilawah, malah play lagu melankolis, lagi galau bukannya kaji Al-Qur’an, malah duduk termenung ditengah malam bertabur bintang disudut sunyi gelap dalam kesendirian, lagi galau malah minum bayg*n… halaahh..

Berbicara soal petunjuk, jika kita buka Al-Qur’an rasanya semua petunjuk sudah ada disana, kurang apa lagi sih..?? makanya saat tilawah, saya sering kali menganjurkan baca juga terjemahannya, baca juga tafsirnya.. males..??? pantes galau..

Allah itu Maha Penyayang, ia menciptakan masalah pasti dengan solusi, tidak hanya satu, bahkan dengan banyak solusi. Lantas, orang yang galau itu sering mengaggap Allah itu apa..?? berdo’alah kepadaNya, bertawakalah, dan selesaikan masalahnya.. ingat.. selesaikan,,!!

Adalagi tips sederhana menghindari galau, tegas..!! katakan A untuk A.. B untuk B.. ambil setiap keputusan disetiap kesempatan dengan tegas, dan bertanggung jawablah. Contoh, kalau mau pacaran tegaslah, tegas pacaran, dan tanggung jawab entar masuk neraka, begitu juga sebaliknya, kalau mau masuk surga tegaslah untuk mengatakan putus pada pacar.

Ngomong-ngomong galau itu dari mana sih..??? syetan..!! nah, berarti orang yang sering galau itu..??? disekelilingnya banyak syetan… ayo segera hijrah..!!

Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazn…

Wallahu a’lam

sumber gambar

Selasa, 26 Februari 2013

Apalah Arti Sebuah Nama ?

Apalah Arti Sebuah Nama ?



What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.
(Apalah arti sebuah nama? Meskipun kita menyebut mawar dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.) Shakespeare

Kurang lebih seperti itu lah dialog yang ada dalam cerita Romeo dan Juliet, karya Shakespeare. Bukan berarti nama itu tidak penting, akan tetapi, apa pedulinya sebuah nama jika merugikan atau tidak memberi manfaat. Apa yang orang lain ketahui tentang dirimu adalah berasal dari dirimu, bukan dari namamu, begitu mungkin kira-kira.

Pernahkah berfikir, tentang nama kita..?? kenapa kita harus memakai “nama itu” ?? jika, selain dari pemberian orang tua, jawaban apa lagi yang akan kita katakan..?? ternyata, nama memiliki arti lebih dari yang kita fahami. Itulah mengapa, bahkan Rasulullah sendiri mengjurkan untuk menggunakan nama yang baik-baik
Semula nama Zainab adalah Barrah. Orang mengatakan, ia membersihkan dirinya. Lalu Rasulullah saw. memberinya nama Zainab. (Shahih Muslim)

Nama adalah salah satu ketentuan dari Allah. Kenyataannya, nama kita sudah diatur jauh-jauh hari sebelum kita dilahirkan, ia terletak di Lauh Mahfuz, bersamanya mengiringi rizki, jodoh, dan maut.
Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia (Q.S Maryam : 7)

Apalah kuasa orang tua memberi nama bagi anak-anaknya, ia hanya perantara atas khabar yang telah ditetapkan Allah. Maka disinilah mestinya kita sudah memahami arti tawakal, meski itu hanya sekedar dengan nama. Allah-lah yang menetapkan nama kita, Allah pula yang memeliharanya, dan bukankah di hari akhir juga Allah pun akan memanggil dengan nama kita. Apakah ini sebuah kebetulan..??

Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?" Nabi Saw menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)." (HR. Aththusi).

Sebuah nama, adalah identitas yang mesti di syukuri. Dalam sebuah teori, nama memiliki kekuatan tersendiri untuk mengukur kesuksesan, atau dalam bisnis lebih dikenal dengan “Brand”. Dengan nama atau brand inilah, kita memiliki kesempatan yang cukup besar untuk “memperkenalkan” kepada dunia siapa diri kita. Semakin baik nama kita, maka orang-orang pun akan mengenali dan menghormati layaknya orang baik. Kenal dengan nama baik..?

Adalah sunnah, jika ditanya “siapa ini..??” dijawab dengan jelas nama kita,
Dari Anas r.a. dalam hadisnya yang masyhur mengenai cerita isra', katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Kemudian Jibril naik dengan saya ke langit dunia, lalu ia meminta supaya dibukakan pintu. Ia lalu ditanya: "Siapakah ini?" Ia menjawab: "'Jibril." Ditanya: "Siapakah yang beserta Anda?" Ia menjawab: "Muhammad." Selanjutnya ia naik lagi ke langit yang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Ia ditanya pada tiap-tiap pintu langit: "Siapakah ini?" Ia menjawab: "Jibril." (Muttafaq 'alaih)

Sederhananya, hidup ini adalah sebuah usaha sampai sejauh mana orang-orang mengenal nama kita..?? sejauh mana orang-orang mengenang nama kita..?? apa reaksi mereka saat disebut nama kita dihari kematian kita kelak..?? dan yang lebih penting, bagaimana penilaian Allah, jika nama kita disebut dihadapanNya..??

Wallahu a’lam

Minggu, 20 Januari 2013

sombong

tahukah satu-satunya dosa Iblis yang sampai Allah mengusirnya dari Syurga, dan mengutuknya menjadi penghuni neraka..?? ya, Sombong. saat Iblis menolak perintah Allah untuk bersujud (menghormat) ke Adam, karena Iblis merasa ia lebih mulia dibanding Adam yang tercipta dari tanah, sementara Iblis dari Api. Allah menghukum Iblis pada saat menunjukan kesombongannya tepat di hadapan Allah Yang Maha Tinggi, tepat saat melawan perintah Allah karena kesombongannya.

tentunya definisi sombong disini bukanlah definisi yang hanya sekedar di fahami oleh manusia. Di hadapan Allah, sombong adalah saat merasa diri lebih baik, atau bahkan menganggap Allah lemah.

terkesan mengada-ngada saat menganggap Allah lemah, namun hal ini memang sering kali ada, bukan dalam bentuk pernyataan, atau pengakuan, tetapi tindakan. setidaknya ini adalah tingkatan sombong yang mungkin sering kali tidak terasa, sering kali kita anggap remeh, padahal, tetap saja sombong termasuk dosa yang berat.

sombong bisa jadi adalah pangkal atas semua dosa yang kita lakukan. saat melakukan maksiat, berapa kali kita merasa Allah tidak melihat, padahal bukankah Allah itu Maha Melihat..?? saat ghibah, berapa kali kita merasa Allah tidak mendengar setiap ghibah dan fitnah kita, padahal bukankah Allah itu Maha Mendengar..?? atau, sering kali pula sehabis Shalat, kita dengan serta merta meninggalkan sejadah, tanpa sedikit pun untaian doa, berapa kali kita merasa Allah tidak mengabulkan doa, padahal Allah telah berjanji akan mengabulkan permintaan setiap hambaNya yang meminta..??

sombong, tidak hanya nampak disaat kita kaya, disaat kita memiliki harta, bahkan ia bisa menjangkiti jiwa-jiwa yang bahkan miskin secara harta. berapa banyak orang miskin yang tidak shalat Dhuha, karena tidak sempat, dengan berdalih, "jika shalat dhuha maka waktu produktifku terbuang percuma.." atau berapa banyak orang miskin yang dengan pelitnya menahan sedekah, dengan anggapan "lah kita sendiri susah makan.." tidak kah percaya kalau Allah lah Maha Pemelihara..??

sudah lah, merendahkan diri di hadapan Allah adalah perbuatan yang mulia, berharap, meminta, dan mengadu kepadaNya, tidak akan menjadikan diri menjadi pribadi yang hina, justru saat kita mementingkan dunia, saat kita melanggar perintah demi harta, atau saat kita menentang perintah Allah, kita akan dihinakan, dihempaskan ke dasar neraka, seperti Iblis laknatullah.

hanya satu yang berhak sombong, hanya satu yang bisa berlaku sombong, Allah, karena segala kesempurnaan hanya milik Dia.

Astaghfirullah li walakum..

Jumat, 11 Januari 2013

kaki

kaki



coba perhatikan kaki kucing, kaki ayam, kaki simpanse, dan tentu saja kaki manusia. secara kasat mata, ketiga kaki ini memang jauh berbeda, kucing yang khas dengan bantalan jari nya, ayam dengan cakar nya, simpanse dan kera dengan jari-jarinya yang lebih panjang, tapi tahu gak, ternyata secara umum struktur tulangnya hampir sama semuanya.

saya bukan ahli anatomi, tapi secara umum bagian-bagian kaki itu terdiri dari, lutut, tulang kering, tumit, telapak, dan jari. secara umum, entah itu kucing, ayam, simpanse, dan manusia, memiliki struktur yang sama, yang membedakan hanya ukuran dan letaknya saja. nah sekarang kita lebih fokus ke letak tumit.

di kaki kucing dan ayam, tumit terletak lebih atas, tumit di tubuh mereka di tandai dengan jari tambahan (bantalan jari di kucing dan cakar di ayam, letaknya agak terpisah sedikit di atas telapak). alhasil, jika dalam keadaan berdiri, kaki yang menapak hanya bagian jari, dan sedikit telapak (agak menjinjit). tetapi bagi mereka ini bukanlah sebuah kekurangan, dalam keadaan ini mereka akan lebih cepat dalam berlari. bagi kucing, mereka memiliki bantalan disetiap jarinya, ini dimaksudkan agar mereka tidak menimbulkan suara di saat mengendap, dan menyergap, menyerang dengan sangat efisien dan tanpa suara. beda lagi dengan kaki ayam, mereka memiliki jari berukuran panjang dan luwes, fungsinya untuk mencakar dan menggali tanah mencari cacing.

sekarang kita beralih ke kaki simpanse dan manusia, dua kaki ini memang sedikit lebih mirip dibandingkan dengan kucing dan ayam. telapak kakinya secara full menyentuh pijakan, letak tumitnya pun hampir sama, tapi meski seperi itu, kaki simpanse masih tidak berfungsi sempurna, ini (kalau tidak salah) akibat struktur rangka tubuhnya, yang tidak sesuai untuk di pakai berjalan tegak. hasilnya, ketika bergerak, terkadang simpanse melibatkan tangan baik itu untuk keseimbangan atau sekedar menahan tubuh bagian atas (agak merangkak). tetapi kaki simpanse ini memiliki kelebihan, dengan struktur yang luwes, aktivitas kakinya tidak terbatas, dan bahkan hampir menyamai fungsi tangan.

nah, bagaimana dengan kaki manusia..?? dengan segala hormat, kaki manusia lebih lemah, dibandingkan dengan semua hewan yang diatas kita bahas. bentuk telapak, tumit, dan jari, memungkinkan manusia beraktivitas dengan sangat terbatas. struktur dan letak tumit tidak memungkinkan manusia berlari lebih cepat dibandingkan kucing atau ayam (setidaknya lebih gesit), secara teori, agar berlari lebih cepat, maka seorang pelari harus sedikit menjinjit kakinya, jika tidak, jika tumit dihentak terlalu keras, dan terlalu sering, tidak baik untuk tubuh bagian atas. belum lagi aktivitas yang lain, sangat terbatas, bahkan mungkin tidak memiliki fungsi lain. jangankan itu, kaki manusia ini terlalu lemah, sampai-sampai kemana-mana harus memakai sendal atau sepatu.

namun di saat berdiri, pernah nggak kita berfikir, kenapa luas penampang telapak kaki kita yang hanya belasan cm, bisa menopang tubuh setinggi 170 cm dan berat hampir 100 kg..?? cari tahu ya..

intinya, manusia memiliki karakter yang jauh berbeda. mereka lemah dalam fisik, kecepatan, ketahanan, dan penginderaan, tetapi mereka punya kepala dan hati yang akan menentukan semuanya. 

Minggu, 06 Januari 2013

mengunjungi yang terkena musibah

mengunjungi yang terkena musibah



Tadi sore, menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu lokasi bencana banjir bandang yang terjadi di Ciguntur, Cipendawa, Pacet, Cianjur. Nah dalam kesempatan ini ada yang menarik, disela-sela proses evakuasi dan bantuan dari badan yang mengurusi bencana alam, tiba-tiba muncul seorang deddy mizwar.

Semua orang pasti tahu kan deddy mizwar, seorang aktor ternama, senior, dengan segudang prestasi yang berhasil diraih, dan terakhir, sang aktor ini akan maju di pilgub jawa barat mendampingi ahmad heryawan. Semua orang pasti sudah hafal, dengan agenda kunjungan ini, apa lagi yang datang adalah calon kontestan gubernur, ya apalagi kalau mendulang suara sebanyak mungkin.

Namun, saya tidak akan membahas terkait hal ini, apa yang ingin saya sampaikan adalah esensi dari kunjungan ini. Ya, terlepas dari niatan para pejabat atau calon pejabat mengunjungi sebuah daerah bencana, para warga korban memiliki sebuah penilaian tersendiri, setidaknya ada sebuah gejala perubahan psikologis terkait dari kunjungan itu.

Para korban bencana yang tengah bersedih yang amat mendalam, setelah mengetahui kenyataan harta, atau jiwa orang-orang yang mereka sayangi telah tiada. Emosi menjadi tidak stabi, dan ditengah kegamangan itu, sebuah kunjungan akan meredakan situasi, dan emosional mereka. Inlah pentingnya kunjungan itu, dengan mengunjungi mereka yang tengah membutuhkan, mendengarkan segala keluh kesah, dan curahan hatinya, menunjukan rasa simpati dan empati, akan menghibur dan membuat mereka merasa bahagia.

Kita mengenal istilah takziyah saat ada yang meninggal, silaturahmi, atau menjenguk, namun esensi nya setiap kunjungan akan menghasilkan sebuah perasaan bahagia. Tidak penting besaran bantuan yang kita berikan, atau sebesar apa diri kita sehingga mereka berani berharap lebih, namun dengan mengunjungi mereka, kita akan turut membahagiakan perasaan mereka.

Maka, amatlah bijaksana, jika kunjungan-kunjungan ini diniati dengan baik, berniat membantu, dan turut membahagiakan. Jangan mengambil kesempatan yang malah akan menghancurkan hubungan, penghinaan, atau bahkan pemberontakan akibat terjadi pemanfaatan. Bagaimana pun juga perasaan mereka sedang labil, disamping mudah membahagiakannya, namun amat mudah juga menjadikan mereka marah dan tambah sedih.

Bahagiakan mereka yang mebutuhkan, kunjungilah.. :)