Minggu, 17 Maret 2013

Damage Control Personal ala Nabi


Dalam sebuah perusahaan, atau organisasi mestinya kita mengenal dengan istilah yang satu ini, Damage Control. Ini adalah sebuah system yang berjalan jika keadaan darurat terjadi, entah karena rugi, system crash, atau human error. Jika dalam skala luas dan besar seperti di perusahaan tadi, maka Damage Control adalah sebuah urutan aturan yang yang bersifat darurat dan solutif.

Namun ternyata, Damage Control ini tidak hanya berlaku bagi organisasi saja, ini jauh lebih dibutuhkan untuk setiap personal perorangan. Kenapa..?? karena, bagaimana pun juga sebuah organisasi mewakili sekumpulan individu-individu yang saling mempengaruhi, terlebih seorang pemimpin. Ia harus memiliki Damage Control terbaik dari anggota yang lainnya.

Persoalannya, setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ia memiliki kekhasan, keunikan, dan sifat yang mengharuskan menyelesaikan masalahnya dengan kemampuannya sendiri. Karkateristik psikologis yang berbeda inilah yang melahirkan berbagai reaksi yang berbeda pula di setiap individu, ada yang marah, murung, galau, putus asa, depresi, atau bahkan sampai sakit secara fisik.

Karena itu pulalah, sebelum kita menerapkan satu metode Damage Control didalam diri kita, ada baiknya kita mengenal dulu siapa diri kita. Jika kita tidak mampu memeriksakan diri ke psikolog, ya cukuplah dengan sekedar mengetahui kebiasaan dan respon diri saat situasi terburuk terjadi pada diri kita.

Metode Nabi

Nah salah satu respon yang seringkali ada saat situasi buruk terjadi adalah marah, menurut saya metode ini pun bisa saja berlaku untuk keadaan selain marah, seperti stress, depresi, putus asa, dan galau mungkin. Langsung saja, ada 3 cara yang dianjurkan Nabi,

“Jika salah seorang dari kalian marah saat berdiri, hendaknya ia duduk, kalau belum pergi amarahnya, hendaknya ia berbaring.” [HR. Ahmad]

1.  Duduk
Sebelum mengambil sikap duduk, biasakan untuk diam barang 30 detik atau lebih dari itu. Diam saja, jangan berbicara, dan kosongkan pikiran. Atur nafas, lembutkan pandangan, lenturkan semua syaraf-syaraf yang menegang. Setelah itu barulah duduk, masih sambil mengatur nafas, dan mulailah mencari solusi terbaik selain dari marah-marah.

2.  Berbaring
Ini bermaksud agar tubuh bisa lebih rileks lagi, jika kemarahannya memang lebih besar. Pada dasarnya hampir sama dengan metode atas, tapi berbaring ini memiliki kelebihan lain. Tidak ada satu pun syaraf yang menegang secara fisik. Jika berdiri, maka kaki menopang keseluruhan badan, yang berakibat, menekan tulang punggung, leher, dan berujung ke otak. Begitu pun saat duduk, meski beban tidak sebesar saat berdiri, tapi tetap saja tulang punggung masih menopang beban, yang berpengaruh pula pada tekanan di otak. Nah berbaring, hampir tidak ada beban sama sekali di tulang punggung, maupun di otak.

3.  Berwudhu
Jika, duduk dan berbaring masih belum bisa meredakan kemarahan, maka segeralah berwudhu, dan shalat dua rakaat. Jika tubuh dan lahiriyah sudah tidak sanggup lagi menopang beban amarah, segeralah beralih ke control batiniyah, segeralah mengadu, dan seimbangkan kembali kondisi psikologi agar segera menemukan solusi yang lebih baik.

ada artikel yang lebih baik di Republika

Artikel Terkait

Damage Control Personal ala Nabi
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email