Tampilkan postingan dengan label point of view. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label point of view. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Mei 2013

Tuuuu Gaasss

Tuuuu Gaasss

apa yang kamu rasakan saat mendengar kata "tugas.."..?? mungkin ada yang bete, kesel, sebal, tapi mestinya kita harus bahagia dan bersyukur. iya.. iya... idealis..

saya pernah menjadi mahasiswa, dan jangan dikira mahasiswa itu kayak di sinetron yah.. yang tiap adegan cuma datang ke kampus, gaya-gayaan, makan-makan, pacaran, pulang, atau kayak di pemberitaan televisi, mahasiswa itu demooo terus, debaaatt terus, padahal aslinya mahasiswa itu sodaraan erat sama yang namanya tugas. Nah, selama itu pula ada sebagian orang yang ikhlas dengan tugasnya (mengerjakan, laporin ke dosen, dan dapat nilai A), dan ada juga yang gak ikhlas (nggak dikerjakan, diumpetin, bohong, dapat nilai E- dari dosen), pilihannya antara dua ikhlas dan nggak ikhlas, pertanyaannya kalo nggak ikhlas, ngapain kuliah mahal-mahal cuma buat numpukin tugas..???

atau, saya pun pernah menjadi karyawan, dan tepatnya lagi bagian marketing. Kamu pasti tahu kan, yang namanya marketing itu tugasnya bagaimana..?? udah makanan sehari-hari berantem dengan yang namanya target. keoptimalan kinerja kita dinilai dari sejauh mana kita memenuhi, atau setidaknya mendekati target, lagi-lagi kita ketemu hal ini, ada yang ikhlas (dikerjakan sungguh-sungguh, penuhi target, dapat promosi jabatan, plus bonus gaji) dan ada juga yang nggak ikhlas (malas, banyak alesan, gak sampai target, dimaki atasan, dipecat).

hari ini, saya memproklamirkan diri sebagai seorang entrepreneur (gayanya, padahal aslinya pedagang.. :P) dengan maksud meminimalisir tugas itu tadi, eeeehh ternyata di bidang ini pun tetap saja ada tugas. Tugas seorang entrepreneur itu memang nggak ada yang menilai langsung, tapi tetap saja pelanggan, konsumen, dan relasi menuntut keprofesionalan kita sebagai pengusaha, belum lagi strategi marketing, pembukuan, pengeluaran.

The Real of Task, name is Life.

Ya, ilustrasi diatas hanya terjadi dalam sebuah sistem yang sengaja didesain oleh manusia, dunia pendidikan, pekerjaan, dan perdagangan, memang memiliki karakteristik sistem yang menghadirkan serangkaian tugas demi tugas untuk diselesaikan, akhirnya ada punishment dan ada reward, ini hukum baku yang saya yakin disemua sistem ada, tak terkecuali dalam sistem kehidupan.

Semenjak kita terlahir kedunia, kita sudah disuguhi tugas-tugas yang tidak bisa dihindari, baru lahir kita diminta untuk membuka mata, di ajak ngobrol, berdiri, berjalan, berlari, memegang, dan sebagainya, hasilnya..?? ada yang jadi atlet, tentara, pemain bola, penari, dari modal hanya latihan berjalan saat bayi. Bayangkan jika ada orang tua yang bilang," Ya udah nak gak apa-apa, tidur saja gak usah jalan.. susah.." mungkin anak yang sedari bayinya seperti itu, ia akan cacat disaat dewasa kelak.

terus menerus terjadi perkembangan, seiring penambahan usia, pola fikir, dan ilmu, setiap tugas akan bergerak meningkat dinamis. Tugas SD tidak mungkin sama dengan tugas di SMA, tugas seorang guru tidak akan pernah sama dengan tugas tentara, tugas OB tidak akan sama dengan tugas direktur, semua ada porsinya, semua ada tingkatannya, begitu pun dengan "bonus" dan "hukuman" nya, ada bagian-bagiannya tersendiri.

maka bersyukur buat kamu yang hari ini sedang dihajar terus-menerus oleh berbagai tugas, dari mana pun itu, karena itu berarti kamu sedang diuji, di upayakan kebaikannya oleh Allah untuk bersegera menjadi pribadi yang baik hatinya.

Sahabat saya yang baik hatinya, izinkan saya untuk berkata dan mengajak mari kita bersyukur, mensyukuri segala tugas yang ada dihadapan, ikhlaskan diri, dan pantas diri atas reward yang telah disiapkan Tuhan.

Supeerr sekali.. :P

Wallahu A'lam

Minggu, 28 April 2013

Mukjizat Part 2

Mukjizat Part 2


Dulu sekali, di sebuah stasiun radio swasta, saya sering mendengar kisah inspirasi Islam, sebuah kisah yang dibacakan oleh seorang ustadz.. kurang lebih ceritanya seperti ini,

“ Ustadz, saya punya seorang teman, beliau itu seorang yang rajin tahajud, Qiyamulail, shaum sunnah, pokoknya amalannya luar biasa, bahkan setiap kali shalat malam ia mendapati sekelilingnya, hening, syahdu, seakan-akan alam ikut bersujud, pohon-pohon ruku’, dan angin pun terdengar bertasbih. Saya sendiri pun mencoba beribadah seperti itu, tapi tidak dengan saya, saya tidak mendapati keheningan alam, saya tidak mendapati pohon-pohon ruku’, saya juga tidak mendapati bisikan-bisikan tasbih dari angina, apa yang salah ustadz, apakah Allah tidak menerima amalan saya..

Subhanallah, seringkali kita beribadah dengan berharap karomah-karomah, keajaiban-keajaiban yang diluar nalar kita, berharap ada sebuah mukjizat dihadapan kita. Padahal, kita seringkali mengabaikan mukjizat yang sebenarnya. Saya ingin Tanya, apakah tangan anda lengkap..?? apakah anda sehat..?? istri, anak anda sehat..?? lalu kurang apa lagi..?? kita berharap bisa terbang, bisa kebal, bisa melihat hal-hal ghaib, tapi kita tidak mensyukuri setiap tarikan nafas, setiap perputaran dan pergantian oksigen yang terjadi didalam paru-paru kita, bukankah itu pun mukjizat..?? sekarang saya Tanya sekali lagi, apakah anda masih bisa berjalan..?? sementara saudara-saudara memiliki keterbatasan, tak memiliki kaki, ingin sekali merasakan berjalan normal.. lantas kita berharap bisa terbang, tanpa mensyukuri kemampuan berjalan. Apakah anda bisa melihat..?? sementara saudara-saudara kita ada yang di ambil oleh Allah penglihatannya, anda malah mengharap lebih dengan mampu melihat hal-hal ghaib. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan..??

Sudahlah, perbanyak bersyukur, perbanyak amalan dengan ikhlas, urusan diterima atau tidaknya itu adalah hak Allah, yang penting kita sudah berupaya maksimal dan optimal. Apakah karomah-karomah, keajaiban-keajaiban irrasional datang atau tidak, itu tidak penting. “

Memang, terkadang untuk sekedar beriman saja kita masih menantang Allah, menantang mukjizat, menantang datangnya karomah, lalu apa bedanya kita dengan Bani Israil..?? kadang kita baru sadar, kalau sudah ada lafaz Allah di langit, kita baru iman kalau ada buah yang bertulis lafaz arab, kita baru bertaubat, kalau ada penampakan-penampakan irrasional dihadapan kita.

“nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan…??”

Padahal mukjizat-mukjizat Allah tersebar luas, berserakan di alam raya, bagaimana bintang bercahaya, bumi berputar, tanah menyubur, hujan, angin, air, semua adalah keajaiban yang mestinya cukup untuk menyadarkan.

Wallahu a’lam

Kamis, 25 April 2013

Hawa Nafsu

Hawa Nafsu


Nafs berarti jiwa, diri, nafsu berarti hasrat diri, dan hawa nafsu..?? hasrat yg menggebu-gebu.. haha.. jangan ikuti terminology yang sesat ini yah.. hehe. Tapi begini, yang ingin saya sampaikan adalah ada kaitan antara hawa nafsu dan nafs.. artinya antara keinginan sebagai fitrah diri sebagai manusia. Lalu jika hawa nafsu ini fitrah, kenapa sering dikambing hitamkan..???

Dalam ihya ulumiddin sendiri ada dua pengertian, 1) nafsu yang pertama digambarkan sebagai wadah sifat-sifat tercela, biasanya pemahaman ini digunakan dikalangan tashawuf sebagai bentuk penekanan atas harusnya melawan keinginan hawa nafsu yang notabene tercela. 2) Pengertian kedua, lebih ringan lagi menyatakan kalau hawa nafsu itu ya diri manusia dan dzatnya, dan disifati berdasarkan keadaan yang menyertainya.

Dilihat dari dua pengertian diatas, bisa dipahami kalau hawa nafsu sebenarnya adalah bagian dari diri yang tidak bisa dipisahkan. Maka Allah mengajarkan kita untuk memenej hawa nafsu agar terkendali. Maka fitrah ini menjadi bagian penyempurna dalam bentuk diri manusia, tentu jika dapat dikendalikan, Allah sendiri menyiapkan Syurga untuk manusia (Al-Fajr :27-30)

Jika Nafsu itu adalah fitrah, maka disetiap diri manusia yang sempurna mestinya punya nafsu. Kita dalami di pengertian no.2, maka setiap manusia memiliki hawa nafsu. Hawa nafsu tidak bisa dijadikan tolak ukur tentang derajat seseorang, yang menjadi nilai adalah bagaimana cara dia memperlakukan dan menyikapi hawa nafsu yang ada didalam dirinya. Kita tidak bisa menyalahkan orang yang ingin seks misalkan, karena itu fitrah, maka pilihannya, jika menikah akan melahirkan kebaikan, jika Zina akan melahirkan keburukan.

Lapar, Seks, kekayaan, bentuk fisik, dan yang lain sebagainya, belum bisa dikatakan sebagai hawa nafsu yang menyimpang, jika belum ada sikap yang menyertainya.

Hawa Nafsu
Sikap
Tercela
Terpuji
Seks
Zina
Nikah
Lapar
Makan berlebih
Makan sekadarnya
Kekayaan
Tamak
Dermawan
Bentuk Fisik
Takabur
Qona’ah

Nah, karena itu pula manajemen hawa nafsu pun termaktub dalam syariah, pengekangan sekaligus pemeliharaan atas hawa nafsu ini sendiri pun menjadi bagian dalam upaya syiar dakwah. Kenapa..?? Islam hadir sebagai solusi, jika manusia terlahir dengan fitrah nafsu yang bersifat “hewani”, maka Islam mengatur sedemikian rupa dengan syariahnya, agar manusia terjaga dalam kemuliaannya.

Wallahu a’lam
Galau..

Galau..


“eh.. jangan pilih partai anu, ngakunya bersih, padahal wahabi, korupsi lagi..”
“apaan ibadah di banyakin tapi bid’ah semua..”
“ngakunya memperjuangkan khilafah kok pro demokrasi..???”
“terus saja kampanye khilafah… mana aksinyaaa..?????”
“tuh lihat.. hati-hati sama dia, dia anggota Islam Radikal… bakal di bom lo..”
“hei, apa madzhab lu..?? apa manhaj lu..???”

Rasanya kalau sudah memikirkan hal ini pengen teriak-teriak…. (saat ngetik pun ini sedang teriak-teriak dengan nada sriyosa… hehehe). Waahh openingnya kenapa berantakan begini, karena saya akan menulis artikel paling miris dan paling menyedihkan, sebuah artikel yang membuat saya sendiri… ah entahlah (speechless….).

Sebenarnya artikel ini hendak saya beri judul, kebenaran.. tapi ah apakah diri yang hina, dan bodoh ini cukup untuk melegitimasi sebuah kebenaran..?? hakikatnya hanya Allah yang tahu apa arti kebenaran di zaman yang kacau seperti ini. Maka sebagai makhluk bodoh, hina, ini mencoba menumpahkan unek-uneknya di blog yang juga sederhana ini.

Catatan ini dimulai dari berbagai situs pemberitaan yang berasas islam, yang banyak menerbitkan berita-berita seputar dunia Islam, parahnya mereka semua saling menyerang. Ada yang mengkafirkan anu, mencap sesat anu, memfitnah anu.. dan yang lain semacamnya. Ada yang memfitnah wahabi ke satu partai, (berikut catatan saya tentang hal ini..antara PKS - Wahabi ) ada pula yang menuduh ahli bid’ah ke satu ormas, ada juga yang menuduh pro thoghut ke anggota parlemen, dan ada pula yang menuduh khawarij ke lain pihak.

Saya sendiri sudah mengantongi pilihan terkait hal ini, entah kenapa hal ini bisa terjadi, tapi bayangkan musuh kita yang nyata melihat kondisi kita seperti ini. Saat ada saudara kita yang berjuang ke palestina dianggap kampanye politik, ada juga yang tengah berjuang membela izzah ummat eh malah dianggap takabur, ada yang kampanye sedekah dianggap riya’.

Tuh kan saya speechless lagi… intinya saya hanya ingin bilang.. “wahai umat bersatulah…”

Wallau a'lam

Kamis, 18 April 2013

Ujian Nasional

Ujian Nasional

hari ini ujian telah selesai dilaksanakan, sebelumnya saya mengucapkan selamat kepada siswa-siswi yang telah menempuhnya. InsyaAllah lulus..

setidaknya mungkin sudah 9 tahun sejak UN pertama di berlakukan, mengganti sistem ebtanas sebelumnya.. hmm.. maaf jika salah, saya sendiri tidak pernah mengalami ebtanas. kelas 6 SD, saya baru pertama merasakan sensasi Ujian Nasional, yaa bagi saya nggak terlalu menyulitan, tapi berbanding terbalik dengan kakak saya yang pada saat itu juga sedang melaksanakan UN pertama tingkat SMA.

saya masih ingat, bagaimana situasinya pada saat itu, saya melaksanakan Ujian dengan santainya (maklum.. SD.. :p ), sementara kakak saya sudah terlihat tegang beberapa hari menjelang ujian, padahal nilai kelulusan pada saat itu baru 4,01. Alhamdulillah, saya dan kakak lulus meski dengan nilai pas-pasan.. hehe.

SD, MTs, dan MA, kembali saya mengalami UN, terus menerus berulang. sebuah prosesi yang awal mulanya sempat ramai diperdebatkan. oke itu sejenak opening tentang artikel ini.

***

beberapa hari yang lalu, ditengah perdebatan yang kembali terulang persoalan UN, tiba-tiba publik dikejutkan dengan diundurnya UN di 11 provinsi, alhasil ini seperti menjadi blunder dan bulan-bulanan pers, dengan tagline, "Ujian Gagal Nasional". menarik benang jauh sebelum hal ini terjadi, wajar sebenarnya, jika ini adalah efek kekacauan sistem Ujian yang serempak ini.

dari catatan saya, setidaknya ini adalah kronologi ujian dari tahun ke tahun. tahun 2004, awal UN dilaksanakan, nilai kelulusan 4,01, bentuk soal sama semuanya. disini kecurangan sangat minim terjadi, mungkin kebocoran soal pun belum separah masa-masa selanjutnya, tapi di tahun ini pun tetap saja menjadi kontroversi disaat nilai kelulusan di patok menjaid 4,01.

terus berlanjut setiap tahun nilai kelulusan menanjak, dari 4,01, sampai 7,00, dari mulai bentuk soal sama, ganjil-genap, sampai 20 paket soal seperti sekarang. sya sendiri tidak faham, apakah ini bentuk idealisme pemerintah sambil menutup mata melihat kondisi nyata pendidikan sebenarnya..?? apakah sistem me-"nasional"-kan ujian masih pantas saat disebagian daerah infrastruktur masih jauh dari kesetaraan..??

makin lama, UN seperti sebuah bola salju, makin tinggi nilai kelulusan, makin besar kemungkinan kecurangan. sudah rahasia umum, selalu ada kebocoran jawaban, bantuan guru, dan kebocoran soal. ditambah akibat dari idealisme pemerintah, kini pelaksanaan UN amburadul, berantakan, 11 provinsi di tunda pelaksanaan UN nya karena masalah cetak soal. 20 paket soal disetiap kelas di jutaan sekolah, ini bukan masalah gampang.

mau sampai kapan kita bertahan dengan sistem ini..?? saya tidak menyalahkan pemerintah, pendidik, atau siswa, tapi mesti ada solusi yang jelas yang mampu menghancurkan bola salju yang kian membesar.

***

andai saja,

sekolah-sekolah di Indonesia akhirnya melapaskan gengsinya, egonya, dan membiarkan para siswa-siswi melaksanakan Ujian Nasional tanpa kecurangan, meski resiko tidak lulus dan nama baik sekolah tercoreng (akibat tingkat kelulusan rendah) dan para siswa-siswi melaksanakan UN tanpa beban harus lulus, tanpa menghalalkan segala cara untuk lulus. seburuk apapun hasilnya, hasil Ujian Nasional akan menjadi evaluasi, bagi siswa-siswi dan sekolah, agar menjadi lebih baik.

apa pun hasilnya, seburuk apapun, pemerintah akan menyadari kekurangan-kekurangan apa saja yang mesti dibenahi, tanpa memaksakan idealis, tanpa memaksakan gengsi, dan melakukan perbaikan bertahap disemua lini dan disetiap saat.

Wallahu A'lam

Rabu, 27 Maret 2013

Kumpul Kebo.. Boleh..??

Kumpul Kebo.. Boleh..??


Mendidih rasanya mendengar sebuah acara debat di sebuah stasiun televise swasta yang membahas RUU tentang Zina. Tapi apalah daya, saat sadar bahwa inilah Negara Demokrasi, dimana ”yang katanya” kedaulatan di tangan rakyat, maka ditangan “mereka” pulalah hukum bisa ditawar, dan disesuaikan dengan kepentingan.

Sederhana saja, jika berbicara moral, zina, kumpul kebo, dan prostitusi adalah perilaku tidak bermoral, tapi jika berbicara hukum pidana..?? tidak ada larangan bagi perbuatan zina. Ini yang diperdebatkan sebuah acara di stasiun televise swasta malam itu, RUU Zina yang akan di pidanakan.

Debat itu pun berbicara seputar zina dan berkembang ke kumpul kebo. Memang salah satu pihak tidak secara eksplisit membolehkan zina dan kumpul kebo, tetapi mereka berdalih perilaku itu adalah ranah personal, selagi tidak merugikan lain pihak diluar, sah-sah saja.

Singkatnya perdebatan itu berjalan alot. Tapi saya tidak ingin terjebak disana, apa yang ingin saya bagi adalah sebuah kemirisan bahwa ternyata hari ini zina dan seks bukanlah hal yang tabu.

Sepertinya kita pun masih ingat, seorang calon hakim agung yang menertawakan kasus pemerkosaan di gedung dewan, atau seorang artis merekam perilaku mesumnya, atau seorang ayah memperkosa anaknya sampai tewas, atau kasus-kasus zina di perkampungan yang berakhir dengan pernikahan.

Ini seperti sebuah fenomena gunung es, apa yang kita lihat hanya 20% nya saja mungkin, sementara yang tertutup ada 80% lagi kasus serupa. Pertanyaannya..?? dimana moral..??

Disisi lain, rasanya sudah tak asing dengan kampanye kondomisasi, terutama di bulan februari kemarin. Uniknya, ini seperti sebuah kampanye legal yang didukung oleh pemerintah. Entah konsep seperti apa yang tengah dibangun oleh para pejabat-pejabat yang terhormat disana, saat ada RUU Pidana Zina pun, kita masih diperdebatkan.

Maka, rasanya jangan salahkan jika saya sering “bawel” menggembor-gemborkan PACARAN ADALAH HARAM, karena ini adalah sebuah jaring-jaring jebakan laba-laba bernama degradasi moral.

Rabu, 13 Maret 2013

Inilah JIL... part 2

lanjutan dari...  Inilah JIL....


16. Mendukung Homoseksualitas














17. Mendukung kehadiran 'Nabi-nabi Baru'

















18. Mendukung penyakit moral masyarakat
















19. Menebar Tuduhan














20. menukar perjuangan dengan harga yg murah

21. Mesum












22. Mulut Kotor













23. Musuh Semua Agama



















24. Senang 'Mengoplos'















25. Sok bicara sains, tdk mau terima kenyataan bhw org2 sains tdk ikut JIL



26. ngakunya berani debat, padahal... (isi sendiri)
















27. Tidak 'doyan' Quran dan Hadits

















28. Pro-Zionis


















29. Pro-Kondomisasi minus Moralisasi


30. Provokasi














Wallahu A'lam..

sumber