Kamis, 25 April 2013

Hawa Nafsu


Nafs berarti jiwa, diri, nafsu berarti hasrat diri, dan hawa nafsu..?? hasrat yg menggebu-gebu.. haha.. jangan ikuti terminology yang sesat ini yah.. hehe. Tapi begini, yang ingin saya sampaikan adalah ada kaitan antara hawa nafsu dan nafs.. artinya antara keinginan sebagai fitrah diri sebagai manusia. Lalu jika hawa nafsu ini fitrah, kenapa sering dikambing hitamkan..???

Dalam ihya ulumiddin sendiri ada dua pengertian, 1) nafsu yang pertama digambarkan sebagai wadah sifat-sifat tercela, biasanya pemahaman ini digunakan dikalangan tashawuf sebagai bentuk penekanan atas harusnya melawan keinginan hawa nafsu yang notabene tercela. 2) Pengertian kedua, lebih ringan lagi menyatakan kalau hawa nafsu itu ya diri manusia dan dzatnya, dan disifati berdasarkan keadaan yang menyertainya.

Dilihat dari dua pengertian diatas, bisa dipahami kalau hawa nafsu sebenarnya adalah bagian dari diri yang tidak bisa dipisahkan. Maka Allah mengajarkan kita untuk memenej hawa nafsu agar terkendali. Maka fitrah ini menjadi bagian penyempurna dalam bentuk diri manusia, tentu jika dapat dikendalikan, Allah sendiri menyiapkan Syurga untuk manusia (Al-Fajr :27-30)

Jika Nafsu itu adalah fitrah, maka disetiap diri manusia yang sempurna mestinya punya nafsu. Kita dalami di pengertian no.2, maka setiap manusia memiliki hawa nafsu. Hawa nafsu tidak bisa dijadikan tolak ukur tentang derajat seseorang, yang menjadi nilai adalah bagaimana cara dia memperlakukan dan menyikapi hawa nafsu yang ada didalam dirinya. Kita tidak bisa menyalahkan orang yang ingin seks misalkan, karena itu fitrah, maka pilihannya, jika menikah akan melahirkan kebaikan, jika Zina akan melahirkan keburukan.

Lapar, Seks, kekayaan, bentuk fisik, dan yang lain sebagainya, belum bisa dikatakan sebagai hawa nafsu yang menyimpang, jika belum ada sikap yang menyertainya.

Hawa Nafsu
Sikap
Tercela
Terpuji
Seks
Zina
Nikah
Lapar
Makan berlebih
Makan sekadarnya
Kekayaan
Tamak
Dermawan
Bentuk Fisik
Takabur
Qona’ah

Nah, karena itu pula manajemen hawa nafsu pun termaktub dalam syariah, pengekangan sekaligus pemeliharaan atas hawa nafsu ini sendiri pun menjadi bagian dalam upaya syiar dakwah. Kenapa..?? Islam hadir sebagai solusi, jika manusia terlahir dengan fitrah nafsu yang bersifat “hewani”, maka Islam mengatur sedemikian rupa dengan syariahnya, agar manusia terjaga dalam kemuliaannya.

Wallahu a’lam

Artikel Terkait

Hawa Nafsu
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email