Kamis, 18 April 2013

Ujian Nasional

hari ini ujian telah selesai dilaksanakan, sebelumnya saya mengucapkan selamat kepada siswa-siswi yang telah menempuhnya. InsyaAllah lulus..

setidaknya mungkin sudah 9 tahun sejak UN pertama di berlakukan, mengganti sistem ebtanas sebelumnya.. hmm.. maaf jika salah, saya sendiri tidak pernah mengalami ebtanas. kelas 6 SD, saya baru pertama merasakan sensasi Ujian Nasional, yaa bagi saya nggak terlalu menyulitan, tapi berbanding terbalik dengan kakak saya yang pada saat itu juga sedang melaksanakan UN pertama tingkat SMA.

saya masih ingat, bagaimana situasinya pada saat itu, saya melaksanakan Ujian dengan santainya (maklum.. SD.. :p ), sementara kakak saya sudah terlihat tegang beberapa hari menjelang ujian, padahal nilai kelulusan pada saat itu baru 4,01. Alhamdulillah, saya dan kakak lulus meski dengan nilai pas-pasan.. hehe.

SD, MTs, dan MA, kembali saya mengalami UN, terus menerus berulang. sebuah prosesi yang awal mulanya sempat ramai diperdebatkan. oke itu sejenak opening tentang artikel ini.

***

beberapa hari yang lalu, ditengah perdebatan yang kembali terulang persoalan UN, tiba-tiba publik dikejutkan dengan diundurnya UN di 11 provinsi, alhasil ini seperti menjadi blunder dan bulan-bulanan pers, dengan tagline, "Ujian Gagal Nasional". menarik benang jauh sebelum hal ini terjadi, wajar sebenarnya, jika ini adalah efek kekacauan sistem Ujian yang serempak ini.

dari catatan saya, setidaknya ini adalah kronologi ujian dari tahun ke tahun. tahun 2004, awal UN dilaksanakan, nilai kelulusan 4,01, bentuk soal sama semuanya. disini kecurangan sangat minim terjadi, mungkin kebocoran soal pun belum separah masa-masa selanjutnya, tapi di tahun ini pun tetap saja menjadi kontroversi disaat nilai kelulusan di patok menjaid 4,01.

terus berlanjut setiap tahun nilai kelulusan menanjak, dari 4,01, sampai 7,00, dari mulai bentuk soal sama, ganjil-genap, sampai 20 paket soal seperti sekarang. sya sendiri tidak faham, apakah ini bentuk idealisme pemerintah sambil menutup mata melihat kondisi nyata pendidikan sebenarnya..?? apakah sistem me-"nasional"-kan ujian masih pantas saat disebagian daerah infrastruktur masih jauh dari kesetaraan..??

makin lama, UN seperti sebuah bola salju, makin tinggi nilai kelulusan, makin besar kemungkinan kecurangan. sudah rahasia umum, selalu ada kebocoran jawaban, bantuan guru, dan kebocoran soal. ditambah akibat dari idealisme pemerintah, kini pelaksanaan UN amburadul, berantakan, 11 provinsi di tunda pelaksanaan UN nya karena masalah cetak soal. 20 paket soal disetiap kelas di jutaan sekolah, ini bukan masalah gampang.

mau sampai kapan kita bertahan dengan sistem ini..?? saya tidak menyalahkan pemerintah, pendidik, atau siswa, tapi mesti ada solusi yang jelas yang mampu menghancurkan bola salju yang kian membesar.

***

andai saja,

sekolah-sekolah di Indonesia akhirnya melapaskan gengsinya, egonya, dan membiarkan para siswa-siswi melaksanakan Ujian Nasional tanpa kecurangan, meski resiko tidak lulus dan nama baik sekolah tercoreng (akibat tingkat kelulusan rendah) dan para siswa-siswi melaksanakan UN tanpa beban harus lulus, tanpa menghalalkan segala cara untuk lulus. seburuk apapun hasilnya, hasil Ujian Nasional akan menjadi evaluasi, bagi siswa-siswi dan sekolah, agar menjadi lebih baik.

apa pun hasilnya, seburuk apapun, pemerintah akan menyadari kekurangan-kekurangan apa saja yang mesti dibenahi, tanpa memaksakan idealis, tanpa memaksakan gengsi, dan melakukan perbaikan bertahap disemua lini dan disetiap saat.

Wallahu A'lam

Artikel Terkait

Ujian Nasional
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email