Disini saya akan beberkan beberapa pendapat, sebenarnya sih
bukan hal yang aneh, dan luar biasa juga, cuman sharing saja lah.
Oh iya, kenapa mesti jodoh..?? hehehe.. entah.. tapi yang
pasti setiap manusia itu memiliki jodoh kan..?? nah ini hanya fakta yang
mungkin bisa dijadikan guide dalam ikhtiar mencari dirinya itu. Oke, apa
sebenarnya itu, cekibrot..
1.
Jodoh kita itu sudah ada
Di lauh mahfuz sana, nama jodoh kita itu
sebenarnya sudah ada. Bukan hanya nama, karakter pasangan, waktu ditemukan, dan
tempat (entah itu bertemunya, dan hidup bersama kelak) sudah digariskan. Jadi
sebenarnya, gak usah risau saat kita belum tahu siapa jodoh kita yang penting
dia itu ada.
Pertanyaannya, kenapa kita tidak dikasih
tahu siapa jodoh kita.?? Ini lah hikmah yang sengaja disusun oleh Allah, saya
sering menyebutnya “Strategi Allah”. Karena, dibalik ketidak tahuan kita soal
isi lauh mahfuz, disana terdapat nilai ikhtiar yang luar biasa besar, ini
berarti, meski jodoh kita sudah ada, kita wajib berikhitiar, kalau aktivis
bilang, ikhtiar “menjemput Jodoh”. Kenapa menjemput..?? karena memang sudah
ada, jodoh itu dijemput, dia sedang menanti.. eee.. cieee..
2.
Umur yang tepat untuk menikah
Rasulullah sendiri menikah di umur 25, dan
kebetulan Peraturan di Negara ini pun mengatur umur ideal untuk menikah
(terutama laki-laki adalah umur 25). Namun izinkanlah saya mengutip tinjauan
dari Ust. Salim A Fillah, tentang pernikahan ini.
Kalau diperhatikan definisi dari baligh
adalah, kesiapan fisik untuk melakukan proses reproduksi secara seksual.
Artinya, ketika seseorang telah menginjak umur baligh, maka dia secara fisik
telah siap untuk menikah. Memang tinjauan ini hanya di tinjau dari segi fisik,
belum meninjau segi mental yang berpengaruh sangat besar dalam hubungan rumah
tangga.
Tapi, sebenarnya ini adalah sebuah tanda,
jika melihat pengalaman langsung dari ust. Salim A Fillah, maka umur baligh ini
adalah start point untuk memulai ikhtiar penjemputan jodohnya. Ya, seharusnya
bagi laki-laki, setelah menginjak umur 15 tahun, dan umur 9 tahun bagi
perempuan, ia sudah memikirkan, dan sudah berikhtiar soal jodohnya. Oh iya,
ikhtiar yang dimaksud bukan berkoar-koar nyari jodoh, tapi lebih kearah belajar
tentang rumah tangga, memumpuk mental kepemimpinan, tanggung jawab, dan tentu saja,
belajar menafkahi.
3.
Yang menjemput dan di jemput
Lumrah bagi kita, khususnya di Indonesia,
yang berikhtiar maksimal itu ya laki-laki, perempuan Cuma nunggu lamaran saja
dirumah. Padahal, ini tidak sepenuhnya benar, karena di pihak perempuan pun
sebenarnya ada ikhtiar yang mesti, atau bahkan wajib, dilakukan.
Ya, pihak, sekali lagi pihak perempuan,
yang diwakili oleh walinya lah sebenarnya yang wajib berikhtiar mencarikan
jodoh untuk anak perempuannya. Kenapa..?? logis saja, begini,
a.
Laki-laki yang mencintai seorang perempuan itu
belum tentu bisa menilai dirinya sendiri secara objektif. Ini dikarenakan
proses pernikahan itu adalah hal baru bagi dirinya. Dengan umur yang relatif muda, dan mental kedewasaan yang masih belum maksimal juga, maka disini sangat
penting peran wali untuk “menyeleksi” calon suami bagi anak perempuannya.
b.
Kewajiban seorang wali terputus di saat anak
perempuannya menikah. Ini artinya, sebelum dilangsungkannya akad pernikahan,
wali wajib menjaga dan memastikan bahwa calon suami bagi anak perempuannya itu
adalah calon yang tepat. Karena jika tidak, Allah akan tetap meminta
pertanggung jawaban atas keputusan yang ia ambil. Ingat, akad itu kan dengan
wali.
c.
Perempuan, maaf, biasanya memiliki penilaian
agak lemah. Mungkin, ini dikarenakan karena perempuan lebih mengedepankan
perasaannya atau bagaimana (saya kurang tahu.. :P), biasanya asal sudah cinta
ya, ayo nikah.. padahal, tidak semudah itu, inilah pentingnya keputusan
pernikahan itu sebaiknya dilakukan oleh antar lelaki saja.
Meskipun seperti itu, Islam tidak
menutup kemungkinan jika perempuan lah yang memilih jodohnya sendiri, kuncinya
komunikasi. Komunikasikan saja kriteria yang kamu (perempuan) inginkan, atau
siapa orang yang kamu inginkan, biar wali kamu yang mencarikan dan memilihkan
untuk dirimu.
berlanjut ke
part 2