1.
Ta’aruf ≠ pacaran
Bukan dan tidak akan pernah sama..!! ya, ta’aruf
itu adalah proses perkenalan yang tanpa melanggar hukum syar’i. begini, biar
jelasnya lihat saja tabel perbedaan berikut,
Ta’aruf
|
Pacaran
|
Sesuai Syar’i
|
Melanggar Syar’i
|
Menjaga diri
|
Buka-bukaan
|
Melalui pihak
ke-3
|
Langsung,
face to face
|
Diketahui wali
|
Jarang
diketahui wali
|
Seminggu,
maksimal sebulan
|
2 tahun
|
95 % Nikah
|
95 % Putus
|
Ibadah
|
Dosa
|
Lagi pula, jangan pernah salah
memahami arti dari ta’aruf. Meskipun memiliki arti perkenalan, bukan berarti
proses perkenalan itu hanya cukup dalam waktu seminggu atau lebih, saya yakin
manusia dengan segala kompleksitas nya membutuhkan waktu yang sangat panjang
untuk mengenal lebih jauh. Makanya, proses ta’aruf yang sejatinya dilakukan
setelah pernikahan.
Prosesi ta’aruf itu hanya sekelumit
saja, seperti yang telah Rasulullah gambarkan, cukup hanya melihat 4 aspek,
1.
Agama
2.
Keluarga
3.
Harta
4.
Wajah
Dan dalam waktu untuk melihat 4 aspek itu saja saya kira cukup dalam
prosesi ta’aruf, gak usah pengen tahu sampai dalem-dalemnya, entar aja. K
2.
Pesan khusus dari Ust. Salim A Fillah
Nah, sebelumnya di artikel kultwit salim a fillah, ada pesan bagi yang tengah mencari
jodoh. Ada beberapa hal yang mesti dipersiapkan sebelum pernikahan tiba
a.
Kesiapan Ruhiyah
Memahami arti nikah sebagai salah satu prosesi ibadah, maka akan
menghasilkan konsekuensi dan tanggung jawab dirinya kepada Allah. Kewajiban paling
utama dalam rumah tangga adalah memastikan keselamatan semua anggota
keluarganya di akhirat kelak. Memang, kita tidak tahu apa-apa perihal nasib
disana, namun dengan menyadari hal ini maka kita diharuskan untuk melakukan
sedaya upaya untuk menyelamatkan pasangan dan anak-anak dari api neraka.
Tanggung jawab, kepemimpinan, kedewasaan, kebijaksanaan, dan pengendalian
diri, adalah beberapa hal yang mesti dilatih. Ingat, setelah menikah nanti,
hidup itu jadi berdua, makan berdua, tidur berdua, rumah berdua, kamar berdua,
tabungan pun berdua, hidup berdua seperti ini butuh kesiapan mental yang gak
main-main lho.
b.
Kesiapan ilmu
Belajar, belajar, dan belajar. Belajar ilmu rumah tangga, belajar
hukum-hukum mu’amalah, belajar kepemimpinan, pendidikan, psikologi, dan sssttt…
bagi laki-laki WAJIB belajar ilmu haidh dan nifas..!!
c.
Kesiapan fisik
Fisik adalam artian, kesiapan seksual untuk membuahi. Ya, bagaimana pun
juga salah satu tujuan pernikahan adalah memastikan regenerasi umat, makanya,
dianjurkan untuk menjaga kesuburan, dan ketahanan fisik. Selain itu, ya biar
jangan sakit saja.. :P
d.
Kesiapan finansial
Maaf, ini bukan berarti seseorang yang akan menikah itu harus kaya-raya,
harus mapan, atau harus punya harta banyak, yang dimaksud di sini adalah mental
kaya. Asal tahu saja, Ust. Salim A Fillah sendiri menikah dengan biaya hutang,
artinya boro-boro kaya, beliau mulai kehidupan rumah tangga pun dengan nilai –
(minus), tapi disini lah keimanan dan mental kaya bermain, meski begitu, Ust.
Salim sendiri sekarang adalah ustadz yang paling rajin woro-wiri ke luar negeri
untuk berdakwah, keren ya..?? kuncinya, iman sama Allah, dan tanggung jawab.
e.
Kesiapan Sosial
Ini sebenarnya jurus pamungkas, yang harus dikuasai mereka yang
memutuskan menikah. Setelah berumah tangga nanti, mereka akan mewakili
sekelompok individu yang hidup dalam organisasi yang bernama keluarga. Keluarga
ini adalah satu bagian dari sebuah sistem lingkungan, yang bernama masyarakat.
Nah, maka sebuah keluarga ini wajib mensosialisasikan dirinya ke tubuh
masyarakat, pro aktif dalam setiap aktvitas, dan berhubungan baik dengan para
tetangga. Ingat juga, setelah menikah nanti dunia itu bukan hanya milik kalian
berdua lho.. ada 7 milyar penduduk bumi yang harus tahu kalau kalian itu adalah
pasangan serasi, cinta sejati.. eee.. cieee.. lagiiii…
Terakhir, di penutup artikel ini, lagi-lagi mengutip dari Ust. Salim A Fillah,
umur seseorang disaat memutuskan menikah tidak terkait dengan tergesa-gesaan,
mungkin ada yang menikah di umur 20 tahun, tapi jika persiapannya sudah di
mulai dari umur 15 tahun, maka itu adalah umur yang sangat matang untuk
menikah, beda lagi jika menikah di umur 30 tahun, tapi persiapannya baru di
mulai di umur 29 tahun, meski tua, tapi umurnya belum siap untuk menikah..
Wallahu
a’lam
pendapat soal jodoh part 2
4/
5
Oleh
hadad