Senin, 29 April 2013

5 hal terindah

saya termasuk orang yang amat mudah mengagumi keindahan alam, ya bisa jadi bawaan lahir, karena saya terlahir di kaki gunung :P. nah berikut 5 hal yang paling saya kagumi, yang seringkali bisa kita temukan sehari-hari, plus hal yang mestinya lebih indah dari apapun.. 

5. Senja
ini mungkin gara-gara masa kecil saya, dulu sudah kebiasaan setiap jam 3 sore saya main ke luar rumah, entah itu lapangan, jalanan, kebun, atau hutan.. dan pulang menjelang maghrib. kebiasaan ini membekas, jika menlihat senja tiba, kenangan-kenangan indah langsung menyeruak beriringan dengan sinaran yang meredup hangat.




4. Pagi
ini foto yang saya ambil diloteng rumah, hmmm paham kan kenapa saya menyebut pagi atau saat terbit matahari sebagai salah satu hal yang indah. dulu nih, waktu masih ababil, setiap habis shubuh berjamaah saya nongkrong di loteng sambil nunggu terbit matahari, nah disana ide, cita-cita, strategi kehidupan semua numplek, dan pas matahari sudah hangat.. wuiihh semangat tenan..!! :D


3. Hujan
Hujan di daerah puncak itu "sesuatu".. hehe.. pokoknya setiap kali hujan speechless deh.. Subhanallah.. adem, sejuk, dan gemericiknya yang khas, belum lagi wangi tanah yang menyeruak. Hujan selalu menjadi inspirasi tersendiri untuk saya.






2. Purnama
nah ini, hal yang indah karena ke-jarang-an nya, bukan jarang juga sih, tapi karena faktor hadirnya yang kadang harus sesuai dengan waktu yang tepat, harus cerah dan tak berawan. tapi jika berhasil mendapatkan momen tepat, luar biasa, malam yang gelap gulita pun akan terasa terang dan begitu menghangatkan.



1. Nabi Muhammad SAW
nah, sengaja yang terakhir ini tidak berhubungan dengan 4 poin diatas, hanya saya menempatkan sebagai no. 1 sebab ada hadits yang berbunyi.. Tatkala Jabir Samurah menatap wajah Rasulullah di malam terang bulan, ia berkata: “Aku memandang wajah Nabi, lalu melihat ke arah bulan, maka bagiku beliau jauh lebih indah dari bulan yang sedang memancarkan cahaya itu.” (Hadis riwayat At­Turmidzy)






Wallahu a'lam

Minggu, 28 April 2013

pria SMA bukan jodoh perempuan S1..

pria SMA bukan jodoh perempuan S1..


Beberapa waktu seorang Teman membuat status di fb yang bernada pertanyaan, 

“kenapa perempuan s1 terkesan enggan berpasangan dengan pria lulusan SMA..??”
Dengan nada bercanda saya membuat komentar.. “emang ya..?? :D”
Baiklah itu karena bagaimana pun juga kotak komentar memang terbatas, jadi tidak tepat juga kalau komentar panjang-panjang.. hehe.. tapi di kesempatakan kali ini, di artikel ini saya akan coba menjawab pertanyaan tersebut.


Sepengetahuan saya, perempuan tidak melihat dari status pendidikan calon pasangannya, tapi dari masa depan. Kita tidak bisa menutup mata, kalau lulusan S1 lebih terjamin masa depannya dari pada lulusan SMA, setidaknya begitulah anggapan banyak orang. Meski kalau bicara peluang, semua manusia sama saja, bahkan yang tidak mengenyam pendidikan pun masih bisa sukses (tengok kisah ayahnya bakrie dan andrie wongso).

Lulusan S1, kemungkinannya besar sekali selepas lulus bekerja di perusahan ternama, instansi pemerintah, gaji yang besar pula. Perempuan mana pun saya kira akan tertarik dengan hal ini, berbeda jauh dengan lulusan SMA, kemungkinan bekerja mungkin hanya sekelas OB atau pelayan-pelayan, artinya benar-benar dari bawah, atau berwirausaha dengan segala perihnya perjuangan.. :P secara logika, jarang ada perempuan yang bersedia menanggung beban yang sulit seperti ini jika tidak ada masa depan yang dijaminkan.

Kok terkesan matre ya..?? kata Mario Teguh, perempuan itu memang harus matre.. harus..!! karena salah satu motivasi para pria bekerja keras adalah untuk membahagiakan perempuannya, kalau perempuannya nggak matre, bahaya..!! si pria bisa jadi berevolusi jadi makhluk pemalas. Hehe

Factor pendidikan yang menunjang masa depan, pun bukan terkait masalah pendapatan saja. Ada jaminan nama baik, bagaimana pun juga bersanding dengan seseorang yang bergelar itu ya “Sesuatu..” hehe. Wajar jika seorang perempuan merasa bangga jika dipanggil, istri dari DR. Dr. bla-bla. MPd, MA, MMSc dan sebagainya. Harga diri seorang intelektual itu bisa jadi sebanding dengan harga ijazah yang diperoleh lho.. hehe (nggak.. nggak.. becanda.. becanda..). Intinya, perempuan itu kan memilih imam, semakin bagus kalau imamnya kompeten secara akademik dan intelektual. Betul..??

Kemudian, factor kedewasaan pun cukup berpengaruh, katanya (atau perasaan..) yang sarjana itu lebih dewasa dari yang lulusan SMA. Kenapa..?? karena seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk (kok kayaknya nggak nyambung yah..???), maksudnya semakin berilmu seseorang akan semakin dewasalah ia, mestinya sih begitu.

Ya, itu hanya opini saja dengan dasar “kayaknya sih begitu..” :P (bahasa gaulnya, In My Humble Opinion… ) maklum saya kan laki-laki.. nggak tahu juga, hehe. Kesimpulannya, jodoh itu memang rahasia Allah, kita nggak tahu siapa, dimana, dan kapan dipertemukan. Kita boleh saja menentukan kriteria se ideal mungkin, tapi tetap saja Allah yang menentukan kan..?? yang penting tetap ikhtiar, tawakkal, dan berdo’a, dan menjemput dengan cara yang terbaik. Lalu bagaimana dengan kita yang lulusan SMA..??? jangan berkecil hati, tetap semangat, maksimalkan ikhtiar, belajar, belajar, belajar, dan teruss belajar.

Eh, ngomong-ngomong sebenarnya banyak juga pria lulusan SMA yang berjodoh dengan perempuan sarjana, saudara saya juga begitu. Jadi, nggak masalah juga sih, asal kita nya aja pantas.. :P

Wallahu a’lam
Mukjizat Part 2

Mukjizat Part 2


Dulu sekali, di sebuah stasiun radio swasta, saya sering mendengar kisah inspirasi Islam, sebuah kisah yang dibacakan oleh seorang ustadz.. kurang lebih ceritanya seperti ini,

“ Ustadz, saya punya seorang teman, beliau itu seorang yang rajin tahajud, Qiyamulail, shaum sunnah, pokoknya amalannya luar biasa, bahkan setiap kali shalat malam ia mendapati sekelilingnya, hening, syahdu, seakan-akan alam ikut bersujud, pohon-pohon ruku’, dan angin pun terdengar bertasbih. Saya sendiri pun mencoba beribadah seperti itu, tapi tidak dengan saya, saya tidak mendapati keheningan alam, saya tidak mendapati pohon-pohon ruku’, saya juga tidak mendapati bisikan-bisikan tasbih dari angina, apa yang salah ustadz, apakah Allah tidak menerima amalan saya..

Subhanallah, seringkali kita beribadah dengan berharap karomah-karomah, keajaiban-keajaiban yang diluar nalar kita, berharap ada sebuah mukjizat dihadapan kita. Padahal, kita seringkali mengabaikan mukjizat yang sebenarnya. Saya ingin Tanya, apakah tangan anda lengkap..?? apakah anda sehat..?? istri, anak anda sehat..?? lalu kurang apa lagi..?? kita berharap bisa terbang, bisa kebal, bisa melihat hal-hal ghaib, tapi kita tidak mensyukuri setiap tarikan nafas, setiap perputaran dan pergantian oksigen yang terjadi didalam paru-paru kita, bukankah itu pun mukjizat..?? sekarang saya Tanya sekali lagi, apakah anda masih bisa berjalan..?? sementara saudara-saudara memiliki keterbatasan, tak memiliki kaki, ingin sekali merasakan berjalan normal.. lantas kita berharap bisa terbang, tanpa mensyukuri kemampuan berjalan. Apakah anda bisa melihat..?? sementara saudara-saudara kita ada yang di ambil oleh Allah penglihatannya, anda malah mengharap lebih dengan mampu melihat hal-hal ghaib. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan..??

Sudahlah, perbanyak bersyukur, perbanyak amalan dengan ikhlas, urusan diterima atau tidaknya itu adalah hak Allah, yang penting kita sudah berupaya maksimal dan optimal. Apakah karomah-karomah, keajaiban-keajaiban irrasional datang atau tidak, itu tidak penting. “

Memang, terkadang untuk sekedar beriman saja kita masih menantang Allah, menantang mukjizat, menantang datangnya karomah, lalu apa bedanya kita dengan Bani Israil..?? kadang kita baru sadar, kalau sudah ada lafaz Allah di langit, kita baru iman kalau ada buah yang bertulis lafaz arab, kita baru bertaubat, kalau ada penampakan-penampakan irrasional dihadapan kita.

“nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan…??”

Padahal mukjizat-mukjizat Allah tersebar luas, berserakan di alam raya, bagaimana bintang bercahaya, bumi berputar, tanah menyubur, hujan, angin, air, semua adalah keajaiban yang mestinya cukup untuk menyadarkan.

Wallahu a’lam
Mukjizat

Mukjizat

Sempat ramai kemarin di hari kematian Ustdaz Jefri, ada hoax tentang bahkan awan pun berdoa. Ya, ini hanya satu dari sekian banyak berita-berita yang sebelumnya pun sempat ramai, bukan kenapa-kenapa, karena masyarakat kita memang menyenangi hal ini.

Keajaiban-keajaiban mistis seringkali dikaitkan dengan keyakinan spiritual, bagi muslim, kita lebih mengenalnya dengan mukjizat, karomah, dan sebagainya. Namun, yakinlah bahwa umat tidak dibangun atas hal-hal seperti itu.

Masyarakat Indonesia mungkin hampir sama dengan umat Bani Israil zaman Nabi Musa dulu, ya sama-sama menyenangi hal-hal yang berbau “ajaib”. Lihatlah Bani Israil, mereka adalah ahli sihir, ahli nujum, tabir mimpi, dan mereka kalah oleh, Nabi Yusuf seorang ahli mimpi terhebat, Nabi Musa seorang yang mengalahkan ahli sihir dan pemilik Mukjizat terhebat, dan Nabi Sulaiman seorang yang pemimpin yang memiliki prajurit-prajurit yang sakti, bahkan Nabi Isa seorang yang mampu menghidupkan kembali yang telah mati, (semua dengan izin Allah). Kesimpulannya, mukjizat sebenarnya adalah sebuah bahasa tertentu yang dikaruniakan Allah untuk umat.

Bagaimana dengan Nabi Muhammad..?? Hadis riwayat Anas ra.: Bahwa penduduk Mekah meminta kepada Rasulullah saw. untuk diperlihatkan kepada mereka satu mukjizat (tanda kenabian), maka Rasulullah saw. memperlihatkan kepada mereka mukjizat terbelahnya bulan sebanyak dua kali. (Shahih Muslim No.5013)

Namun apa yang terjadi..?? kamu musyrikin mekkah tetap saja kafir, mereka mengatakan itu adalah sihir yang menipu mata, intinya seberapa pun hebat mukjizat yang ditunjukan Rasulullah dengan Izin Allah, itu tidak akan berpengaruh banyak sebab tingkat peradaban mekkah saat itu yang sudah mulai lebih tinggi, dengan mulai mengutamakan hal-hal yang lebih rasional. Maka dakwah Nabi Muhammad pun lebih focus ke ranah rasional, seperti akhlak dan penegakan syariat, misalnya.
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)

Begitu pun halnya karomah, saat SD saya seringkali di beri tahu oleh guru tentang definisi karomah, mungkin berikut ilustrasinya..
“keajaiban yang ada pada diri Rasul..??? (anak-anak serentak menjawab) Mukjizat..!!”
“keajaiban yang ada pada wali Allah..?? Karomah..!!”
Apakah salah..?? tidak juga karena memang karomah itu kebanyakan (atau mungkin yang kita tahu) ya berbentuk keajaiban. Tapi hal ini pun mesti diluruskan, karomah yang berbentuk keajaiban bukan pra-syarat untuk memperoleh derajat ke-wali-an.

Sering saya pun mendengar komentar orang fanatic seperti ini,” kalau ngaku wali, mana karomahnya..???” hmmm, sulit juga kalau ketemu yang seperti ini, ini mungkin akibat terlalu sering mendengar cerita Wali songo, yang salahnya, malah mengkaji tentang keajaiban-keajaiban mereka, bukan metode dakwah, akhlak, dan ilmunya yang mestinya lebih bisa kita tiru, dibanding keajaiban-keajaiban semisal terbang atau kebal akan senjata.

Ya, Wali Songo adalah wali Allah, pengemban dakwah, tapi jangan salah juga kita percaya mereka wali kalau sudah dengar cerita ke karomahan nya, kurang tepat juga.

Yang perlu diluruskan adalah, adanya beberapa lembaga pendidikan (biasanya tradisional) yang membuka majlis Ilmu, tapi dengan hasil akhir keajaiban-keajaiban itu tadi. Setelah menghapal anu akan kebal senjata, setelah tamat kitab anu akan bisa melihat ghaib, setelah mengamalkan amalan anu akan mampu meringankan segala hal.

InsyaAllah akan berlanjut ke bagian 2, kesimpulannya, Mukjizat, Karomah adalah kebesaran Allah, hal tersebut adalah bahasa untuk kita agar lebih memahami tentang Islam. Mereka adalah metode bukan hasil akhir.

Wallahu a'lam

lanjut ke part 2