Kamis, 04 Oktober 2012

loncat atau diam...???


Saatnya telah tiba, bagi burung kecil itu untuk pergi meninggalkan sarangnya yang hangat dan nyaman, ia harus segera terbang untuk mulai hidup sebagai burung, bukan lagi sebagai makhluk setengah burung yang hanya bisa merangkak, dan meminta belas kasihan kepada orang tuanya untuk disuapi.

Namun hal itu bukanlah persoalan yang mudah, bagi burung kecil itu, terbang sangatlah menakutkan, tidak jarang ia melihat burung-burung lain yang baru belajar terbang jatuh ke dasar jurang, ada yang terluka, lumpuh, bahkan sampai tewas seketika. Berbagai pemandangan itu sempat mengeclkan hatinya untuk bisa terbang.

Disisi lain, ia melihat saudara-saudaranya yang lain tengah asyik menari-nari menghiasi angkasa, sambil sesekali hinggap untuk mencari makan, tanpa harus susah payah kelaparan menunggu induknya untuk datang. Ia sangat tertarik dan ingin untuk bisa terbang seperti itu, akan tetapi ketakutannya terlampau besar untuk terbang.

Namun hari ini, tidak ada pilihan lain bagi burung itu kecuali ia harus bisa terbang dan mencari makan sendiri. Sudah beberapa hari ini induknya tidak datang mengantarkan makanan. Hal itu semakin memaksanya untuk bisa terbang.

Perlahan ia berdiri di tepi jurang, sungguh ini adalah pengalaman pertama bagi burung itu merasakan ketinggian yang amat dalam, semula ia menggigil ketakutan mengingat pemandangan mengerikan yang pernah ia lihat dahulu. Namun, dalam keadaan yang begitu memilukan itu tiba-tiba terdengar suara lembut yang begitu kenal, dan begitu sangat ia rindukan, induknya.
“ayo nak, kamu bisa, loncat dan kepakanlah sayapmu….” Sayu-sayu suara induknya menyemangati.

Burung kecil itu hanya menunduk, persaannya sudah tidak karuan lagi, ia tidak mampu berkata apa-apa, perlahan air matanya menetes, nafasnya sudah begitu sesak, sayap dan kakinya begitu lemas.
Kemudian ia menarik nafas, merentangkan sayapnya selebar mungkin, mengangkat dadanya, membuka mata, tatapannya begitu tajam namun penuih harapan…dengan satu hentakan ia meloncat….dan berteriak….

“ aku akan membelah angkasa……..!!!!!!!!”

Seperti itulah sahabat, hidup ini pasti akan dihadapkan pada pilihan yang begitu menyulitkan, pilihan yang terkadang menyebabkan kita sakit, lemah, atau menangis. Namun tanpa kita sadari, justru itu adalah batu loncatan untuk kita supaya menjadi lebih matang dan dewasa. Seperti hari ini, mungkin kita telah hidup nyaman, banyak teman, saudara, tempat yang kita cintai, namun kita dihadapkan pada pilihan sulit, yaitu kita harus meninggalkan semuanya. Tapi itulah satu-satunya pilihan, agar kita menjadi dewasa dan menjadi lebih kuat….

Sekarang….MELONCAT ATAU DIAM…????? ITU PILHAN KITA KAWAN…

Keluarga Sempurna



Rasulullah lahir bukan dari keluarga bahagia, beliau yatim sebelum lahir, kemudian piatu di usia 6 tahun, dan kemudian ditinggalkan berturut-turut oleh kakek dan pamannya. Hal ini menunjukan bahwa beliau tidak lahir dari keluarga bahagia, akan tetapi lahir dari sebuah keluarga sempurna.

Orientasi sebuah keluarga sempurna bukan hanya mencari kebahagiaan saja, akan tetapi lebih kepada sebuah pendidikan pendewasaan dan pematangan psikologis terhadap para anggota nya. Sehingga tidak jarang, orang-orang yang sukses dan berhasil di masa depannya berasal dari keluarga sempurna, bukan dari keluarga bahagia.

Setidaknya, efek dari keluarga sempurna adalah kemandirian, kedewasaan, kestabilan pola pikir dan jiwa, serta kestabilan spiritual.

Lalu apa saja yang menjadi faktor keberhasilan dalam keluarga sempurna.?? Yang paling penting adalah pendidikan awal kepada anak, dimana pendidikan ini bukan sekedar hal ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih kepada prinsip-prinsip kehidupan yang akan ditempuhnya di masa depan, seperti akhlak, ibadah, toleransi, mandiri, dan lain sebagainya, yang tentunya di sampaikan melalui komunikasi yang sesuai. Pendidikan ini memiliki peranan penting untuk memahami dan menjadi modal awal pendewasaan anak, sehingga suatu hari tidak akan tersesat dan salah arah. Namun kita harus memahami pula, bahwa yang unik dalam keluarga sempurna ini adalah sistem pendidikan yang diterapkan langsung oleh Allah dalam keluarga itu. Seperti halnya kisah rasulullah yang disebutkan diatas, yang ternyata Allah menghendaki supaya kepribadian beliau menjadi stabil, dewasa, jujur, dan sifat terpuji lainnya.

Lalu bagaimana cara memperoleh keluarga sempurna.?? Perlu saya tegaskan, bahwa semua keluarga yang ada didunia ini, memiliki potensi untuk menjadi keluarga sempurna, namun ada yang sadar dan tidak semua itu tergantung pandangan dan pemahaman keluarga itu sendiri.

Catatan ini bukan berarti kita harus meninggalkan atau "menghilangkan" keluarga bahagia kita. Bagi yang hari ini hidup dalam keluarga bahagia, maka bersyukurlah dan jadikan keluarga bahagia itu sebagai sarana untuk keberhasilan kita. Namun, bagi yang hari ini hidup dalam keluarga yang "kurang" bahagia sadarilah bahwa itu keluarga sempurna yang di berikan Allah kepada kita, dan sebagai sarana pendidikan dari Allah. Dan tentunya kondisi apapun itu adalah yang terbaik dari Allah.

Wallahu'alam..

pakaianku dan pakaianmu

pakaianku dan pakaianmu


Mata manusia hanya mampu melihat “luarnya” saja, mata manusia memiliki batasan yang kecil. Salah satu fungsi mata adalah bisa memandang, dan menyalurkan informasi ke otak sehingga melahirkan suatu penilaian spontan, bagus, jelek, cantik, gnteng, dan lain sebagainya. Sebuah nikmat yang luar biasa tidak ternilai pemberian dari Allah SWT.
Tidak ada yang salah dengan pendapat “terserah luarnya mau seperti apa, yang penting dalamnya”, hanya saja pendapat ini terlalu memaksakan, atau seperti seperti sebuah penghalalan sesuatu yang haram, kenapa ? karena pendapat ini lahir dari orang yang mengabaikan akan nilai – nilai kebaikan dan keindahan yang baginya tidak lebih hanya sebatas nilai – nilai sampah belaka. Bukankah Islam telah mengajarkan kebaikan melalui ajaran kebersihan, keindahan dan kesempurnaannya ? maka kita sebagai umat islam harus menjunjung tinggi ajaran Islam, minimal luarnya.
Untuk lebih jelas perhatikan perumpamaan berikut,
Ada dua orang perempuan, sebutlah A dan B. Perempuan A , seorang wanita yang memakai jilbab yang lebar, panjang, memakai pakaian yang lebar dan panjang, singkatnya pakaian perempuan A hampir menutupi seluruh tubuhnya, namun tetap ada unsure keindahan didalamnya. Perempuan B, memakai pakaian yang serba minim, rambut kelihatan, rok mini, hak tinggi, dan ( maaf ) beberapa bagian tubuh kelihatan. Manakah yang terpandang baik ?
Sebenarnya, pertanyaan ini adalah pertanyaan yang relative, karena pandangan masing – masing akan melahirkan pendapat yang berbeda, sesuai dengan karakter pemikirannya masing – masing, namun sebenarnya seorang manusia memiliki kecenderungan ( fitrah ) terhadap hal yang baik.
Terlepas dari jawaban diatas, ada pertanyaan baru, untuk perempuan A, seberapa besar kemungkinan ia adalah perempuan sholehah, yang baik, yang hidup dan tinggal dalam lingkungan yang baik pula, seorang aktivis social, dan seorang ibu yang baik pula ? begitu juga dengan perempuan B, seberapa besar kemungkinan ia adalah perempuan nakal, hidup dan tinggal di lingkungan yang buruk, yang masa depannya tidak jelas, dan kehidupannya yang muram ?
Kalau kedua pertanyaan tadi dijawab dengan nominal angka yang begitu besar, berarti memang benar kalau karaketer seseorang bisa dilihat dari pakaiannya, meskipun hal ini sangat jauh dari 100 %.
Memang banyak factor yang menyebabkan orang – orang mengabaikan pakaiannya, bisa karena lingkungan pergaulan, rumah, sekolah, pekerjaan, ataupun hal lainnya, namun apa bila melihat kenyataan ini, apakah tidak sebaiknya kalau kita memberikan kesan pertama yang baik bagi orang yang memandang kita, yaitu dengn cara memakai pakaian sebaik mungkin, seindah mungkin, dan sesyar’i mungkin.
Coba tanyakan kepada hati kita, karakter seperti apa yang ingin kita tampilkan melalui pakaian ?

Wallahu ‘alam

hikmah dibalik ujian


Alkisah, ada sebuah kepompong menempel pada salah satu ranting, disebuah pohon yang besar. Kepompong itu tengah diperhatikan oleh seorang pemuda, setiap hari ia selalu memeriksa apa yang terjadi pada kepompong itu.
Suatu ketika, tiba saatnya kepompong itu untuk bermetamorfosis, seekor kupu – kupu yang indah akan keluar dari kepompong itu. Melihat kejadian tersebut, pemuda itu tampak tertarik untuk memperhatikan peristiwa tersebut.
Mula – mula dari pangkal kepompong itu, nampak keluar kepala kupu – kupu, setelah sekian lama berselang, baru setengah bagian dari tubuh kupu – kupu itu keluar dari kepompong, itupun dengan perjuangan yang sangat berat, melihat peristiwa itu, si pemuda nampak merasa kasihan dan berniat untuk membantu dengan memberikan sedikit lubang pada jalan keluar kupu – kupu itu, sehingga kupu – kupu itu pun dapat keluar dengan cepat. Setelah sekian lama keluar, ternyata kupu – kupu itu tidak mampu mengembangkan sayapnya, kupu – kupu itu hanya bergerak dengan kakinya dan beberapa saat kemudian kupu – kupu itu mati.

Inilah sebuah kisah yang banyak mengandung hikmah luar biasa, ini adalah sebuah sisi lain dari maksud akan adanya ujian Allah. Kalau kita membaca kisah ini dengan sebuah perenungan, maka akan timbul pertanyaan, kenapa Allah melakukan hal tersebut terhadap kupu – kupu itu ?
Dengan peristiwa ini, Allah menunjukan bahwa untuk mencapai suatu kebahagiaan, atau merasakan indahnya kebahagiaan, tentu akan ada ujian yang akan menghadang. Seperti halnya kupu – kupu tersebut, karena pada lapisan dalam kepompong, terdapat zat – zat kimia yang menyebabkan perkembangan sayap kupu – kupu itu berkembang dengan baik, sehingga lahirlah seekor kupu – kupu yang indah. Namun perlakuan pemuda tadi, yang tampaknya membantu dan mempermudah kupu – kupu itu, malah menjadikan sayap kupu – kupu tersebut tidak berkembang, dan mengakibatkan kupu – kupu tersebut mati.
Kalau kita ibaratkan, kupu – kupu itu adalah jiwa kita, yang tengah ditempa ujian dan rintangan yang begitu berat, dan pemuda itu adalah nafsu kita, dimana ia memiliki sifat keluh kesah, putus asa, dan tidak sabar. Dengan kesabaran menjalani ujian, maka jiwa kita akan lebih tenang, tenteram, dan merasakan keindahan, layaknya kupu – kupu yang mampu terbang menghiasi bunga, akan tetapi apa bila kita tidak sabar, berputus asa akan ujian tersebut, maka lama – kelamaan jiwa kita akan kesakitan, dan akhirnya mati.
Inilah sebuah hakikat ujian dari Allah. Ujian, masalah, ritangan, kesedihan itu adalah jalan menuju kebahagiaan yang sejati. Semakin berat ujian yang dihadapi, maka akan semakin indah kebahagiaan yang akan kita rasakan.
Firman Allah SWT,Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.( Q.S Al – Insyirah : 5 – 6 )

Wallahu ‘alam