Tampilkan postingan dengan label nikah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nikah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 Januari 2013

KulTwit #Nikah Ust. Salim A Fillah part 2

KulTwit #Nikah Ust. Salim A Fillah part 2


48. Kita masuk persiapan Jasadiyah (Fisik) untuk #Nikah. Ini jua perkara penting sebab terkait dengan keamanan, kenyamanan, & ketenagaan.

49. Awal-awal, periksa & konsultasilah ke dokter atas termungkinnya sgl penyakit tubuh, lebih-lebih nan terkait kesehatan reproduksi #Nikah

50. Per #Nikah-an itu utuh di segala sisi diri, maka menjalani terapi & rawatan tertentu untuk membaikkan fisik adalah jua hal yang utama.

51. Fisik kita & pasangan bertanggungjawab lahirkan generasi penerus yang lebih baik. Maka perbaiki daya & staminanya sejak sekarang. #Nikah

52. Perbaiki pola asup, tata gizi seimbang. Allah akan mintai tg jawab jajan sembarangan jika ia jadi sebab jeleknya kualitas penerus #Nikah

53. Bangun kebiasaan olahraga ilmiah; tak asal gerak tapi membugarkan, menyehatkan, melatih ketahanan. Tugas fisik berlipat 3 setelah #Nikah

54. Jadi, target persiapan fisik #Nikah itu 3 tingkatan; PRIMER: sehat & aman penyakit, SEKUNDER: bugar & tangkas, TERSIER: beauty & charm;)

55. Selanjutnya, persiapan Maliyah (finansial), ini yang paling sering menghantui & membuat ragu sepertinya. Padahal ianya sederhana. #Nikah

56. Yang tepat bicara persiapan Maliyah ini sebenarnya Ust. @ahmadgozali, izinkan Salim lancang singgung sedikit dgn ilmu nan dangkal #Nikah

57. Konsep awal; tugas suami adalah menafkahi, BUKAN mencari nafkah. Nah, bekerja itu keutamaan & penegasan kepemimpinan suami. #Nikah

58. Ingat & catat: Persiapan finansial #Nikah sama sekali TIDAK bicara tentang berapa banyak uang, rumah, & kendaraan yang harus anda punya.

59. Persiapan finansial #Nikah bicara tentang kapabilitas hasilkan nafkah, wujudnya upaya untuk itu, & kemampuan kelola sejumlah apapun ia.

60. Maka memulai per #nikah-an, BUKAN soal apa anda sudah punya tabungan, rumah, & kendaraan. Ia soal kompetensi & kehendak baik menafkahi.

61. ‘Ali ibn Abi Thalib memulai #Nikah bukan dari nol, melainkan minus: rumah, perabot, dll dari sumbangan kawan dihitung hutang oleh Nabi.

62. Tetapi ‘Ali menunjukkan diri sebagai calon suami kompeten; dia mandiri, siap bekerja jadi kuli air dengan upah segenggam kurma. #Nikah

63. Maka sesudah kompetensi & kehendak menafkahi yang wujud dalam aksi bekerja -apapun ia-, iman menuntun: #Nikah itu buat kaya (QS 24: 32)

64. Agak malu, Salim juga minus saat nikah; hutang yang terrencanakan terbayar dalam 2 tahun menurut proyeksi hasil kerja saat itu. #Nikah

65. Tetapi Allah Maha Kaya, dan #Nikah menjadi pintu pengetuknya. Hadirnya isteri menjadi penyemangat; hutang itu selesai dalam 2 bulan.

66. Buatlah proyeksi nafkah #Nikah secara ilmiah & executable, JANGAN masukkan pertolongan Allah dlm hitungan, tapi siaplah dgn kejutanNya;)

67. Kemapanan itu tidak abadi. Saya memilih #Nikah di usia 20 saat belum mapan agar tersiapkan isteri untuk hadapi lapang maupun sempitnya;)

68. Bahkan ketidakmapanan yang disikapi positif menurut penelitian Linda J. Waite (Psikolog UCLA), signifikan memperkuat ikatan cinta #Nikah

69. Ketidakmapanan nan dinamis menurut penelitian Karolinska Institute Swedia, menguatkan jantung, meningkatkan angka harapan hidup. #Nikah

70. Karolinska Institute: kemapanan lemahkan daya tahan jantung thd serangan. Di Swedia, biasanya yang kena infark langsung wafat PNS #Nikah

71. Sebuah per #Nikah-an yang utuh punya visi & misi kemasyarakatan untuk menjadi pilar kebajikan di tengah kemajemukan suatu lingkungan.

72. Untuk itu, mereka yang akan me #Nikah hendaknya mengasah keterampilan sosialnya jauh-jauh hari, sekaligus sebagai bagian pendewasaan.

73. Membiasakan mengkomunikasikan prinsip-prinsip nan diyakini terkait per #Nikah-an & kehidupan kepada Ortu bisa jadi bagian dari latihan.

74. Prinsip Quran tentang hubungan dengan Ortu ialah ‘persahabatan’, Wa Shaahibhuma (QS Luqman 15). Gunakan itu untuk dewasakan diri. #Nikah

75. Maka kadang Salim menilai kedewasaan kawan yang ingin me #Nikah dengan keberhasilannya untuk komunikasikan prinsip pada Ortu scr ma’ruf.

76. Persiapan kemasyarakatan: kumpulkan modal sosial sebanyak-banyaknya; bahasa, ilmu sosio-antropologis, kelincahan organisasi, dll. #Nikah

77. Per #Nikah-an kita harus hadir sbg pengokoh kebajikan masyarakat, bukan beban ataupun pelengkap-penderita. Utama lagi, jadi pelopor.

78. Mulailah dgn perkenalan berkesan pada lingkungan. Saat walimah nanti; tetangga rumah tinggal setelah #Nikah adl yg plg berhak diundang.

79. Jika harus pindah tempat tinggal, mulai jg dgn perkenalan. Pr tokoh: datangi silaturrahim. Masyarakat umum: undang tasyakuran. #Nikah

80. Stl itu, target besarnya adl menjadikan pintu rumah kita sbg yang plg pertama diketuk saat masyarakat sekitar memerlukan bantuan. #Nikah

81. Tentu berat menopangnya sendiri. Mk yang harus kita punya bkn hanya ASET, melainkan juga AKSES. Bangun jaringan slg menguatkan. #Nikah

82. Ilmuilah bgmn cr menguruskan jaminan kesehatan miskin, beasiswa tak mampu, biaya RS, mobil jenazah gratis, dll DEMI TETANGGA KITA #Nikah

83. Tampillah sbg yang penting & bermanfaat dlm hajat-hajat kebahagiaan maupun duka tetangga, juga rayaan-rayaan sosial-masyarakat. #Nikah

84. Tampillah sbg yang terbaik sejangkau suai kemampuan; Imam Masjid, muadzin, Guru TPA, Bendahara RT, Ketua RW, Pendoa jenazah, dst #Nikah

85. Tampillah sbg nan paling besar kontribusi dlm kebaikan-kebaikan sosial: Agustusan, Syawalan, Kerja Bakti, Arisan, Pengajian, dst #Nikah

86. Ringkas kata untuk persiapan sosial #Nikah ini adalah bermampu diri utk menjadi pribadi & keluarga yg AMAN, RAMAH, BERMANFAAT  #Nikah

87. Tuntaslah KulTwit Persiapan #Nikah yg diambil dr bagian awal buku Bahagianya Merayakan Cinta #BMChttp://bit.ly/gW5rG4 Semoga manfaat;)

-end-


KulTwit #Nikah Ust. Salim A Fillah part 1

KulTwit #Nikah Ust. Salim A Fillah part 1


Berkut adalah KulTwit (kuliah twitter) dari Ust. Salim A Fillah, yang membahas tentang #Nikah. Sebenarnya sudah agak lama juga, semoga bermanfaat..

1. Dalam isyarat Nabi tentang #Nikah, ialah sunnah teranjur nan memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati.

2. Maka #Nikah sebagai ibadah, memerlukan kesiapan & persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. “Ba’ah” adalah parameter kesiapannya.

3. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat #Nikah hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.

4. Persiapan #Nikah hendaknya segera membersamai datangnya baligh, sebab makna asal “Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.”

5. Imam Asy Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul Maram menambahkan makna “Ba’ah” yakni: kemampuan memberi mahar & nafkah. #Nikah

6. Mengompromikan “Ba’ah” di makna utama (seksual) & makna tambahan (mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat baligh. #Nikah

7. Jika kesiapan #Nikah diukur dengan “Ba’ah”, maka persiapannya adalah proses perbaikan diri nan tak pernah usai. Ia terus seumur hidup.

8. Izinkan saya membagi Persiapan #Nikah dalam 5 ranah: Ruhiyah, ‘Ilmiyah, Jasadiyah (Fisik), Maaliyah (Finansial), Ijtima’iyah (Sosial)

9. Persiapan #Nikah perlu start awal. Salim nikah usia 20 th, tapi karena persiapannya dimulai umur 15 th, maka tak bisa disebut tergesa.

10. Sebaliknya, ada orang yang #Nikah-nya umur 30 th, tapi persiapan penuh kesadaran baru dimulai umur 29,5 th. Itu namanya tergesa-gesa.

11. Kita mulai dari yang pertama; Persiapan Ruhiyah. Ialah nan paling mendasar. Segala persiapan #Nikah lainnya berpijak pada yang satu ini.

12. Persiapan Ruhiyah (Spiritual) ada pada soal menata diri menerima ujian & tanggungjawab hidup nan lebih berlipat, berkelindan. #Nikah

13. (QS Ali Imran 14): Sebelum nikah ujian kita linear: pasangan hidup. Begitu #Nikah berjejalin: pasangan, anak, harta, gengsi, investasi.

14. Sebelum #Nikah, grafik hidup kita analog dengan amplitudo kecil. Setelah menikah, ia digital variatif; kalau bukan NIKMAT, ya MUSIBAH.

15. Maka termakna jua dalam Persiapan Ruhiyah terkait #Nikah adalah kemampuan mengelola SABAR dan SYUKUR menghadapi tantangan-tantangan itu.

16. SABAR & SYUKUR itu semisal tentang pasangan; ia keinsyafan bahwa tak ada yang sempurna. Setiap orang memiliki lebih & kurangnya. #Nikah

17. Khadijah itu lembut, penyabar, penuh pengertian, & dukung penuh perjuangan. Tapi tak semua lelaki mampu beristeri jauh lebih tua. #Nikah

18. ‘Aisyah: cantik, cerdas, lincah, imut. Tapi tak semua lelaki siap dengan kobar cemburunya nan sampai banting piring di depan tamu #Nikah

19. Persiapan Ruhiyah #Nikah adalah mengubah ekspektasi menjadi obsesi. Dari harapan akan apa nan diperoleh, menuju nan apa akan dibaktikan.

20. Jika #Nikah masih terbayang sbb: lapar ada yang masakin, capek ada yang mijitin, baju kotor dicuciin. Itu ekspektasi. Bersiaplah kecewa.

21. Ekspektasi macam itu lebih tepat dipuaskan oleh tukang masak, tukang pijit, & tukang cuci;) Ber-obsesilah dalam #Nikah. “Apa obsesimu?”

22. Obsesi sebagai Persiapan Ruhiyah #Nikah semisal: Bagaimana kau akan berjuang sebagai suami/isteri ayah/ibu untuk mensurgakan keluargamu?

23. Usai itu, di antara persiapan Ruhiyah #Nikah adalah menata ketundukan pada segala ketentuanNya dalam rumahtangga & masalah-masalahnya.

24. Lalu persiapan ‘Ilmiyah-Tsaqafiyah (Pengetahuan) #Nikah, meliput banyak hal semisal Fiqh, Komunikasi Pasangan, Parenting, Manajemen, dll

25. Bukan Ustadz-pun, tiap muslim harus sampai pada batas minimal lmu syar’i nan dibutuhkan dalam berhidup, berinteraksi, berkeluarga #Nikah

26. Lalu tentang komunikasi pasangan; seringnya masalah rumahtangga bukan krn ada maksud jahat, melainkan maksud baik nan kurang ilmu #Nikah

27. Sungguh harus diilmui bahwa lelaki & perempuan diciptakan berbeda dengan segala kekhasannya, untuk saling memahami & bersinergi. #Nikah

28. Contoh beda hadapi masalah & tekanan; Wanita: berbagi, didengarkan, dimengerti. Lelaki: menyendiri, kontemplasi, rumuskan solusi #Nikah

29. Bayangkan jika perbedaan itu dibawa dalam sikap dengan asumsi: “Aku mencintaimu seperti aku ingin dicintai” Konflik pasti meraja. #Nikah

30. ->Suami pulang dgn masalah berat disambut isteri yg memaksa ingin tahu & dengar problemnya, padahal ia ingin sendiri & bersolusi. #Nikah

31. Lihatlah Khadijah saat Muhammad pulang dr Hira’ dengan panik & resah. Dia tak bertanya, dia sediakan ruang sendiri & kontemplasi. #Nikah

32. Sebaliknya-> Isteri yg sdg ingin didengar lalu curhat ke suami, suami malah tawarkan solusi. Padahal dia hanya ingin dimengerti. #Nikah

33. Isteri: Mas aku capek, rumah berantakan bla-bla-bla. Suami: OK, kita cari pembantu. I: O, jadi aku dianggap pembantu?!. S: Lho?! #Nikah

34. BEDA: Istri cerita untuk ringankan beban hatinya. Dimengerti itu solusi > Jawab suami: Oh, kalau gitu biar nanti Salma pulang sendiri” Dijamin para isteri gondok, sebab maksudnya: Tolong jemput Salma! #Nikah

38. BEDA. Bagi suami masalah hrs disederhanakan (Spiral ke dalam). Bagi isteri, tiap detail & keterkaitan sgt penting (Spiral keluar) #Nikah

39. Dan banyak lagi BEDA yang jk tak diilmui potensial jd masalah serius. Lengkapnya di Bahagianya Merayakan Cinta #BMC http://bit.ly/gW5rG4

40. Next: Parenting. Waktu kita sempit; belum puas belajar jd suami/isteri, tiba-tiba sdh jd ayah/ibu. Maka segeralah belajar jd Ortu #Nikah

41. Anak adl karunia yg hiasi hidup, amanah (lahir dalam fitrah, kembalikan ke Allah dalam fitrah), pahala, sekaligus fitnah (ujian). #Nikah

42. 42. Maka mengilmui hingga detail-detail kecil soal parenting adalah niscaya. ie Hadits: renggutan kasar pd bayi membekas di jiwa. #Nikah

43. Uji kecil buat calon ibu & ayah: “Apa yang anda lakukan saat anak lari-larian di depan rumah lalu GABRUSS, jatuh berdebam?” #Nikah

44. LAZIM: “Sudah dibilang, jangan lari-lari! Tuh, jatuh kan!” -> Anak belajar utk menganggap dirinya selalu bersalah dalam hidupnya. #Nikah

45. LAZIM: “iih, batunya nakal ya Nak! Sini Ibu balaskan!” -> Anak belajar salahkan keadaan sekitar utk excuse dr kurangnya ikhtiyar. #Nikah

46. LAZIM: “Hm, nggak apa-apa, nggak sakit, cuma kayak gitu!” -> Ketakpekaan. Hati-hati dibalas saat kita sdh tua & sakit-sakitan;P #Nikah

47. Alangkah bahaya tiap huruf dari lisan bg masa depan anak kita. Latihlah dia agar lempang (tanpa dusta & tipu) dlm taqwa (QS 4: 9) #Nikah

berlanjut ke part 2..

Kamis, 13 Desember 2012

nak, kamu kerja apa..??


“Nak,kamu kerja apa..??”

Deg.. inilah pertanyaan paling sakral bagi seluruh ikhwan di dunia, terutama di Indonesia, (mungkin kalau di luar negeri, pertanyaannya, what are you doing..??? eh.. ). Kenapa sakral..?? karena inilah pertanyaan pertama yang akan keluar dari seorang ayah dari akhwat yang kita cintai, calon mertua.

Ok, mungkin ada sih beberapa calon mertua yang tidak menanyakan itu, dengan asumsi, calon menantunya sudah mapan, dan berpenampilan dewasa. Ya ini pengecualian, tapi saya yakin, orang tua sudah lebih jeli, dan tidak akan tertipu hanya oleh penampilan semata, ya sudah kita abaikan bagian yang ini, sekarang kita bahas lebih jauh tentang pertanyaan di atas.

Kenapa..?? ada apa dengan pertanyaan ini..?? bagi para ikhwan jangan dulu bersuudzon pada calon mertua ya, dengan berfikiran, matre, merendahkan, atau mempersulit. Tidak, calon mertua tidak berfikiran seperti itu, namun ada kewajiban bagi dirinya untuk memastikan putrinya hidup dengan pasangan yang tepat, bagaimana pun juga lamaran itu seperti sebuah pertaruhan akan kehidupan putrinya. Nah disini calon mertua sebagai wali dari sang putri wajib memastikan kelayakan bagi kehidupan putrinya kelak kan..?? Hmmm..

Lebih jauh, sebenarnya di balik pertanyaan ini adalah sebuah kesempatan bagi para ikhwan untuk menjelaskan dirinya sejelas mungkin, karena penulis yakin, calon mertua tidak membutuhkan jawaban “kerja dimana” dan “gaji berapa”, tapi calon mertua membutuhkan jawaban tentang siapa calon menantunya tersebut, yang nantinya akan menilai fighting spirit (ghiroh), attitude(akhlalq), gratitude(syukur), nilai iman, dan mental, sebagai modal mengarungi kehidupan rumah tangga bersama putrinya kelak.

Bisa jadi, calon mertua akan menolak seorang ikhwan yang sudah kerja di perusahaan ternama dengan gaji yang luar biasa, ketika ada seorang ikhwan lain yang melamar dan ia pengangguran. Ya, siapa sangkan kan..?? ternyata ikhwan pengangguran tersebut menjelaskan ia memang tidak bekerja, tapi ia memiliki yayasan anak yatim, 5 buah toko, sebuah bengkel, sebuah pengajian, dan pengurus mesjid, serta pendapatannya perbulan adalah 50 juta.. hehehe

Gambaran di atas menunjukan, sekali lagi, calon mertua justru membutuhkan jawaban, dengan cara apa putri kita akan diberi nafkah..?? halal atau haram..?? ini penting, sebab saat wali tidak tahu dari mana datangnya rizki yang diperoleh putrinya, ia pun turut bertanggung jawab.

Kenapa..?? ada apa dengan fighting spirit, attitude, gratitude, nilai iman, dan mental..?? nah ternyata ke lima hal ini adalah modal terpenting dalam kehidupan, ok ilustrasinya seperti ini,
Seorang ikhwan sebutlah bernama hadad ( lagi-lagi narsis..), melamar seorang putri dari seorang ayah (definisi gak jelas.. gak jelaaaasss..). nah ketika di Tanya soal pekerjaan ternyata si hadad ini menjawab belum punya, alias pengangguran, tapi si hadad berhasil menjelaskan dirinya dengan ke 5 sifat itu tadi. Dan akhirnya calon mertua menerima lamarannya. Setelah pernikahan apa yang terjadi kemudian..?? ternyata si hadad ini menunjukan
- fighting spirit yang luar biasa, ia berfikir “anak bini gue mau makan apa..?? gue harus kerja cari nafkah terbaik buat mereka, mereka harus makan enak.. dan bla bla bla..”,
- attitude : si hadad senantiasa ber akhlak baik, memperlakukan istri dan keluarganya dengan amat terhormat, sehingga terjalin sakinah, mawadah, warohmah, cieee..
- gratitude : mensyukuri kehidupannya, mensyukuri istrinya, mensyukuri keluarganya, akhirnya… sudah pasti, bahagia..!
- nilai iman : bagaimana pun juga si hadad ini percaya, kehidupannya dalam lindungan dan pemeliharaan Allah. ( nanti kita bahas lebih jauh..)
- mental : dewasa menyelesaikan masalah, dan menjadi pemimpin dalam rumah tangga, ya mental seorang pria dalam rumah tangga itu harus..!! jangan mental banci…!!

Beda lagi jika si hadad mampu menjawab kerja di PT. anu, dengan gaji 100juta perbulan. Tapi ia tidak memiliki 5 sifat tadi, hasilnya,
-          Fighting spirit : ngandelin gaji, kalo libur tiduran. Kalau di PHK, ya sudah bunuh diri. (ekstriiimm..)
-          Attitude : semena2 sama istri, ngerasa dia yang ngasih makan, ngerasa dia yang ngasih pakaian, istri mah nurut aja..!! (dengan  motto istri itu hanya ada di dapur, kasur, sumur.. whats..???? emang kutu..???)
-          Gratitude : alih2 mensyukuri ia justru mencari yang lain, bagus kalau poligami, ini mah selingkuh (rajam.. rajam..)
-          Nilai iman : “ini gaji gue, kerja gue, keringat gue..” ( udah gak perlu di jelasin dimana letak salahnya..)
-          Mental : tahu ah..
Memang sih di atas hanya gambaran ekstrim saja, kenyataannya mungkin hanya 4,3,2, atau 1, atau ada ke 5-nya yang jelas ini lah tugas wali untuk memilih dan memutuskannya.
Khusus, paragraph akhir ini, penulis ingin menjelaskan khusus tentang nilai iman. Kenapa, kembali ke pertanyaan di atas, pertanyaan kerja itu bukan pertanyaan tentang rizki, mau kerja atau pun tidak, rizki mah sudah ada yang ngatur. Coba cek surat annur ayat 32, Allah menjamin (jaminan Allah itu pasti..!!) siapa yang menikah dalam keadaan miskin maka Allah akan mengayakan..!! dan ternyata lawan kata dari kaya itu apa..?? bukan kemiskinan, tapi kecukupan. Subhanallah.  Jadi selama ia bersyukur hampir di pastikan tidak akan pernah miskin, pasti di cukup, dan bahkan di lebihkan.
Nah, apa yang coba penulis jelaskan disini justru aplikasi iman itu tadi, dengan ikhtiar yang optimal, jihad, dan ibadah, dalam kehidupan rumah tangga. Bekerja (karyawan atau pengusaha) itu adalah salah satu bentuk ikhtiar dan jihad, maka meragukan jika seorang mengaku beriman, dengan 2 ayat di atas, akan tetapi ia menganggur dan pemalas, itu bukan iman..!!
Oh iya, terakhir, apa yang harus dilakukan ikhwan, optimalkan ikhtiar, belajar tentang leadership sebanyak mungkin, perkuat iman, dan terus latih 5 hal tadi (fighting spirit, attitude, gratitude, nilai iman, dan mental ), jika yakin sudah siap, segera lamar..!! jangan takut di tolak..!!!

Bagi akhwat, hmmm.. penulis gak tahu, sumpah.. mungkin perbanyak saja ngobrol sama orang tua tentang kriteria menantu yang mereka inginkan, berdoa, dan jika sudah punya pilihan dan yakin, komunikasikan dengan orang tua, jodoh terbaik bagi seorang akhwat adalah jodoh yang dipilihkan orang tuanya, atau yang direstui otang tua. Yakin.
Wallahu a’lam.
*semua gambaran di atas hanya hipotesa, hasil renungan, jadi nggak ada nilai ilmiahnya sama sekali, yang pasti do the best lah.. hehehe

Minggu, 08 November 2009

Hakikat Cinta Sejati


Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Q.S Ali Imran : 31 )

Saya pernah menyaksikan suatu acara ditelevisi, yang isinya tentang perjodohan, lalu ketika kontestan acara itu ditanyai tentang arti cinta, semuanya serempak menjawab,” cinta adalah pengorbanan…” benarkah itu..??

Mungkin pernyataan itu lahir akibat pemahaman pendek mereka tentang cinta, mereka batasi pengertian cinta itu hanya sebatas cinta terhadap pasangan atau anaknya sendiri, tanpa pernah memikirkan orang lain, bahkan semesta ini.

Pernah memperhatikan seekora singa yang menyusui anaknya ? atau seekor buaya yang memangku anaknya ? atau ikan yang bertelur ditengah ganasnya samudera ? itulah cinta…ketika buaya yang dikenal ganas..memangku anaknya dalam mulut dengan penuh kelembutan.

Kita sering kali kabur untuk memaknai cinta, takut bahkan menutup mata untuk memahami cinta. Cinta memang memiliki suatu pengorbanan, akan tetapi tidak mutlak pengorbanan seutuhnya, sekali lagi makna cinta itu sendiri sangat begitu kompleks dan rumit untuk kita pahami. Yang jelas cinta itu suci, menentramkan hati dan menyelamatkan, dan itu lahir dari sebuah cinta sejati.

Cinta sejati lahir dari keimanan kita kepada Sang pencipta, cinta ini lebih dari sekedar rasa, akan tetapi ada suatu dorongan yang yang kuat untuk senantiasa dekat denganNya. Setelah itu, kita akan banyak sekali rasa cinta, kepada pasangan, anak, keluarga, saudara, sahabat, dan yang lainnya, dan semua itu hanya berlandaskan cinta kepada Allah.

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, ( QS Al-hujurat : 7 )

Cinta inilah yang suci, menentramkan hati, dan pasti akan menyelamatkan. Karena disini terdapat jaminan perlindungan dari godaan syetan dan hawa nafsu manusia.

Ya Rabb, jadikanlah kami termasuk orang – orang yang mencintaiMu, dan himpunlah kami kedalam golongan orang – orang yang mencintaiMu…

Wallahu ‘alam

Selasa, 20 Oktober 2009

Makna Kemuliaan Cinta


Maha Suci Allah, yang telah menganugerahkan kepada semua makhlukNya rasa cinta, rasa cinta yang menyebabkan terbitnya matahari menyinari siang, turunnya hujan untuk tumbuhan, dan seekor kuda yang tidak menginjak anaknya ketika melahirkan, cinta pula yang mengakibatkan adanya Syurga di akhirat kelak.

Cinta adalah anugerah, bukan suatu kutukan yang mesti dijauhi, atau kita dustai. Bagaimana caranya kita untuk membangun cinta, bukan malah jatuh cinta. Cobalah dari mulai sekarang kita membuka hati dan cinta kita untuk siapapun yang ada disekitar kita.

Cinta adalah fitrah bagi setiap insan yang hidup dibumi, bahkan para nabi dan rasul pun pernah merasai arti cinta, Adam as dengan kesetiannya mencari hawa selama 40 tahun, tatkala diturunkan oleh Allah dari Syurga, Nuh yang menyelamatkan hewan dari terjangan banjir besar dengan perahunya, Yusuf as yang dengan sabar menolak rasa cinta Dzulaikha, ibu angkatnya, Musa as yang ketika hijrah ke Madyan menemukan cinta dari putri Syuaib as, Sulaiman as yang memperhatikan perkataan semut sehingga tidak menginjaknya, Isa as yang rela dikejar dan diburu oleh yahudi karena kecintaanya kepada umat, dan cinta Muhammad saw yang menangis sambil berkata ummati, ummati, ummati, tatkala ajal menjmputnya.

Itulah cerita cinta, pemahaman awam kita dari para rasul, namun dibalik cerita cinta itu, ada cinta yang lebih agung, yaitu cinta mereka kepada Allah, dan cinta Allah kepada mereka. Semenjak Adam as, yang meminta ampunan Allah sampai beratus ratus tahun, hanya karena mengharap cinta-Nya, sampai Muhammad as, yang sering melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau bengkak, hanya sebagai rasa bukti rasa syukur, dan rasa cinta beliau terhadap Dzat Maha Tinggi.

Sekali lagi, sebagai orang awam mengenai hakikat sejati dari cinta, kita mungkin merasa terlalu jauh untuk dapat menapaki perasaan cinta dengan sesuai maknanya.

Ada orang yang mengatakan arti cinta sebatas hanya hubungan perasaan suka, sayang, rindu, atau apapun itu kepada sang pujaan hati, sungguh makna yang terlalu sempit untuk arti cinta yang seluas samudra ini.
Mungkin hal ini juga yang menyebabkan Rasulullah saw berkata, cintamu kepada sesuatu membuatmu buta dan tuli.

Islam sangat menghargai dan menjunjung tinggi arti cinta, bahkan rasulullah pun menggambarkan makna cinta sebagai suatu yang dapat dirasakan baik itu didunia maupun akhirat, dari anas ra. Dikatakan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah saw, 'kapan terjadinya kiamat ya Rasul?' Rasul pun menjawab ,'apakah yang telah kamu persiapkan untuknya?' Orang itu balas menjawab ,' aku tidak banyak mempersiapkan shalat, zakat, puasa, dan sedekah untuk itu. Akan tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.' Rasulullah kemudian menjawab,' kamu bersama orang yang kamu cintai.' ( H.R. Mutafaq 'Alaih ).

Inilah hakikat cinta sejati yang abadi, bukan cinta yang lahir dari nafsu, dan dibungkus dengan kata kata gombal untuk merayu sang kekasihnya. Tidak banyak orang yang dapat memahami arti cinta, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari, karena, sekali lagi, arti cinta itu sangat begitu kompleks dan daya penalaran kita sebagai manusia yang lemah tidak sanggup untuk menerima pemahaman cinta seutuhnya. Hanya beberapa orang yang telah dipilih-Nya yang hanya dapat memahami makna hakikat cinta yang sejati.

Wallahu ‘Alam