Tampilkan postingan dengan label auto biografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label auto biografi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 Mei 2013

Quotes ghaib dari orang tuaku..

Quotes ghaib dari orang tuaku..


Eits, lagi-lagi ini artikel jebakan.. hehe.. ini bukan membahas soal hantu ya.. apa lagi penampakan.. bukan.. bukan.. ini hanya soal sebuah quotes atau pesan mutiara yang saya dapat dari kedua orang tua saya. Kenapa pakai kata ghaib..?? karena sebenarnya pesan ini tidak pernah ada, tidak pernah mereka katakana, tidak berwujud dan hanya terngiang-ngiang di kepala, yaaa ini hanya sebagai bentuk husnuzhon kepada mereka, semoga menjadi nilai ibadah di sisi mereka.

Mungkin ini sebenarnya artikel lanjutan dari cerita saya sebelumnya yang berjudul Pendidikan nah disini saya hanya berimajinasi saja tentang “pesan ghaib” mereka itu.

Dulu, orang tua sangat permisif, atau bahkan terkesan membiarkan saya terserah mau jadi apa, terserah mau bagaimana. Tepatnya saatnya menginjak MTS-MA, saya dibiarkan begitu saja, tapi jauh sebelum itu, secara tidak sadar, saya dibekali banyak ilmu dasar (bukan ilmu yang dibangku kuliah yah, ini semacam ilmu buat imunisasi :P ), yang pada akhirnya justru melindungi saya di masa depan yaitu hari ini.

Inilah ilmu itu..
Saya sering bertanya-tanya kenapa ibu saya sangat galak kalau soal ngaji, belajar, akhlak, berkali-kali saya menangis akibat galaknya beliau (atau sayanya yang cengeng, entahlah..), saya sering membantah dengan berkata,”saya kan masih anak-anak..” kadang ibu melunak, tapi setengah jam kemudian.. “ngajiiiii….” *Yaaahhh…
berbeda lagi dengan ayah saya, beliau orangnya pendiam, kadang jadi pahlawan kalau ibu kelewat galak (sebenernya bukan galak sih, tapi agak keras gitu.. sayanya saja yang agak cengeng.. hehe..), tapi beliau sama tegasnya soal sikap, kedewasaan, sepertinya beliau bertanggung jawab soal kepribadian saya sebagai laki-laki, sudah kebiasaan kalau dulu jalan sama bapak, saya selalu terengah-engah, bapak saya kalau jalan cepat banget. Pernah suatu malam saya dimarahi oleh bapak, itu karena saya dijaili oleh teman sampai nangis, saat itu bapak cuma bilang dengan nada keras,”laki-laki gak boleh nangis..!!” disaat teman-teman sebaya saya di belain bapaknya, kalau nangis, saya malah dibentak.. *yaaahhh lagi

hari ini umur saya 22 tahun, banyak prestasi yang berhasil saya raih. Dengan segala kerendahan saya katakan, “ini adalah prestasi kedua orang tua saya..”.
Kini tinggal hanya bapak saya yang ada, dan beliau masih mendidik saya seperti itu, membiarkan saya tumbuh menjadi pria dewasa sesuai dengan jalan yang saya pilih. Ingat obrolan saat saya memilih untuk berhenti kuliah, beliau hanya bertanya, “kenapa berhenti..??” dan tidak mempermasalahkan itu.
sejenak saya merenungi kembali catatan perjalanan saya. Kalau flashback ke usia 13 tahun, Seperti menemukan sebuah pesan tersembunyi yang isinya, mungkin begini..
“nak, menginjak usia remaja ini, kami sudah tak kuasa lagi untuk mendidikmu, mengajarimu membaca, menulis, berhitung seperti dulu. Kamu akan tumbuh menjadi pria dewasa, tentu kamu tak ingin dilihat sebagai anak mama atau anak papa, kamu tidak ingin terlihat seperti anak cengeng dan manja lagi, maka izinkan kami untuk mendidikmu satu hal lagi, mandiri.
Mulai detik ini kami akan melepasmu, kamu tidak dilarang kok untuk pacaran, untuk pulang jam berapa, bahkan tengah malam sekalipun, untuk berteman dengan siapa, tapi satu hal saja, kamu mesti bertanggung jawab dihadapan Allah.

Siapalah kami, tak berhak kami melarang-larangmu, memerintahmu, sementara kami pun masih banyak dosa, kami manusia yang serba kekurangan, karena itu, biarlah kami menyerahkanmu kembali kepada Allah, Dia yang menciptakanmu, Dia yang memberimu rizki, biarlah selanjutnya Dia yang akan mendidikmu, melindungimu, dan mengarahkanmu kejalan yang terbaik.

Nak selanjutnya kami hanya mampu berdo’a semoga kamu menjadi muslim yang sholeh..”

Ya, sampai detik ini pun saya masih berharap atas do’a yang sama.

Saat kecil, setiap kali kedua orang tua saya habis Shalat, lirih namun selalu dikeraskan sebuah do’a khusus, “Robbi habli minasholihiin..”

Selasa, 26 Februari 2013

Arti Sebuah Nama

Arti Sebuah Nama

Baik, sebenarnya catatan ini menyambung catatan sebelumnya, akan tetapi karena memiliki pengertian berbeda, maka di tempatkan di menu yang berbeda pula.
Sebelumnya perkenalkan, nama saya : Abdullah al-hadad. Ada yang aneh..?? hehe, Semula saya pun seperti itu, sejak kecil saya tidak terlalu memikirkan hal ini, ya terima saja, nama saya hadad. Oke, mungkin ada baiknya diceritakan dulu, awal mula kenapa saya pake nama ini.

Konon, katanya, semenjak dulu ibu saya sudah ingin sekali memakaikan nama ini jika kelak punya anak laki-laki. Memangnya ada apa dengan nama ini..?? dari pengakuan ibu sih, katanya ia nge-fans berat dengan seorang ulama besar, Abdulloh alawi al-haddad. Kebetulan saudara saya yang lebih dulu lahir, dua dan semuanya perempuan, makanya nama ini masih terus disimpan hehe. Suatu ketika, ibu mengandung, masih dengan keinginan memberikan nama yang sama, namun siapa sangka, sang bayi belum diberi kesempatan hidup lebih lama. Sehingga akhirnya, di kehamilan berikutnya lah, ibu mengandung dan dengan sukses melahirkan seorang laki-laki di dunia ini, dan tentu saja ibu memberi nama, Abdulloh al-hadad. Kenapa tanpa alawi..?? dulu saya pernah bertanya seperti itu, ibu menjawab kalem, jangan terlalu mirip lah.. hehe

Bertahun-tahun saya terbiasa memakai nama ini, hadad..!! itulah panggilan resmi saya, meski ada juga yang baru ketemu manggil abdullah, ya gak apa-apa lah lama-lama juga lidahnya jadi gak enak, dan lebih enak manggil hadad kan..?? :P. Nasib lahir di tanah sunda, sudah menjadi kebiasaan jika setiap nama pasti ada “turunan”-nya, semua orang merasakan itu, begitu pun saya, turunan nya adalah, “hadud”, “Godud”, “godudun”, dan yang paling terkenal, “dudun”. Oh iya, secara harfiyah, nama saya berarti tukang besi yang menghamba kepada Allah, sepintas emang rada kurang keren ya..?? makanya ibu saya memiliki pengertian lain, “seorang hamba Allah yang kuat menyerupai besi..” dan dibandingkan pengertian harfiyah yang tadi, saya lebih setuju dengan arti nama yang satu ini.

Di akhir masa remaja dulu, saya mulai menyadari beratnya menyandang nama ini. Ya, sepeninggal ibu, dan kenyataan menghadapi dunia luar, nama adalah sebuah beban amanah sendiri yang luar biasa. saya pernah berfikir, mungkin, jika nama biasa ia akan menjadi “biasa” juga, tapi kalau nama “luar biasa” ia pastinya akan menuntut kehidupan yang “luar biasa” juga. Biasa dan luar biasa bukan hanya sebatas kata atau rangkaian per-kata, tetapi adalah cita-cita dibalik nama itu, mungkin nama asep terdengar biasa, tapi jika yang memberinya memiliki harapan agar dengan nama itu ia merubah dunia, maka nama asep pun menjadi luar biasa. inilah yang saya rasakan dari nama ini, hadad, saya seringkali merasakan sebuah beban besar setiap kali nama itu disebut, banyak harapan, dan cita-cita saat nama itu disebut, sebuah tuntutan untuk terus menjadi lebih baik.

Di penghujung artikel ini, saya ingin menceritakan pengalaman di akhir tahun kemarin, berkaitan dengan nama. Mulanya, di facebook saya menjumpai beberapa akun yang agak “aneh”, sangat kental berbahasa arab, dan punya ciri khas tersendiri, dan ah ternyata itu adalah beberapa akun dalam komunitas habib. Mulanya biasa saja, tapi lambat laun akun sejenis ini semakin banyak, terkadang mengajak chatting juga, dan sampai uatu ketika. Seseorang mengajak chat, mulanya ia bertanya dari mana asal saya, keturunan siapa, dan yang lain sebagainya, saya jawab apa adanya, tapi pada akhirnya ia berkata,” sebaiknya antum ganti nama, karena nama antum itu khusus untuk para habaib, orang biasa haram pake nama itu..” dibilang itu saya kaget, bagaimana pun juga saya keberatan jika harus ganti nama, akhirnya setelah beradu argument ringan, diambil keputusan bahwa saya mengalah, saya tetap tidak mengganti nama asli saya, hanya akun fb nya yang berubah.
Sampai detik ini saya belum faham tentang kontroversi terkait nama ini, ada sebuah pertanyaan, Apakah didalam Islam dikenal marga, sampai nama suatu marga tidak diperbolehkan dipakai marga lain..??

Makanya saya sering meluruskan, SAYA BUKAN HABIB.

Wallahu a’lam

Sabtu, 02 Februari 2013

Dasa Darma poin ke 10


Bagaimana pun juga saya telah menghabiskan 8 tahun aktif di kepramukaan, meski sekarang menjadi anggota pasif. Dalam rentang waktu 8 tahun tersebut, banyak sekali momen yang berhasil membuka, dan menjadi pencerahan bagi saya, saat-saat menjadi junior atau pun menjadi senior.

Salah satu momen yang berkesan di penghujung ke aktifan saya di Pramuka, terjadi di PTA (Penerimaan Tamu Ambalan) tahun 2011. Saat itu, saya diminta membantu kegiatan dengan menjadi salah satu dari tim pengujian, saat itu saya berinisiatif mengambil tentang dasa darma, terutama poin ke-10.

10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Begitulah kira-kira bunyi nya, sejujurnya poin dasa darma yang satu ini selalu menjadi momok bagi setiap anggota pramuka, karena isinya yang agak berat (atau sangat berat). Nah, dalam kesempatan PTA itu saya mencoba menggali arti dari poin ke-10 ini, mungkin agak lupa, tapi kurang lebih dialognya seperti ini
Saya       :Apa itu suci..??
Peserta :Bersih, tidak kotor

Saya       :Bagaimana maksud dari suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan..??
Peserta :Selalu berkata berfikir, berkata, dan berbuat dengan “bersih”

Saya       :Bagaimana agar kita tahu, sedangakan kita tidak mungkin membaca pikirannya, memantau setiap yang dibicarakannya, dan memperhatikan gerak geriknya setiap hari..??
Peserta : “terdiam”

Saya       :Oke, tahu najis..??
Peserta :Tahu, kotor, kebalikan dari suci

Saya       :Bagaimana karakteristik najis mutawasithoh..??
Peserta :Berwujud (terlihat), berbau, dan berwarna

Saya       :Bagaimana cara mensucikannya..??
Peserta :Membersihkannya sampai, najis yang terlihat, baunya, dan warnanya, hilang..

Saya       : Sudah yakin dengan itu sudah suci..??
Peserta : “terdiam”

Saya       : Dalam kaidah fikih, itu sudah suci.. meskipun sejatinya kita sendiri tidak tahu sudah suci atau belum, bayangkan dengan kondisi umat nabi musa, pada waktu itu kalau terkena najis, maka bagian yang kotornya itu harus dipotong, untk memastikan kebersihannya, bagaimana kalau yang terkena najis itu adalah tubuh kita..??? makanya Allah tidak memberatkan umat kita ini. Kita kembali ke poin 10 dasa darma, sudah bisa di ambil kesimpulan..??

-          Kesimpulannya, kita manusia dengan segala keterbatasannya, memang di haruskan untuk senantiasa suci, senantiasa berbuat baik, bukankah manusia itu diciptakan dalam bentuk sempurna..?? maka kita punya kewajiban untuk menjaga kesempurnaan itu. Namun, saat dihadapkan dengan orang lain, Allah menganugerahkan kita indera, dan cukup lah penilaian itu hanya berdasarkan indera yang kita miliki. Saat saya sendiri menguji poin 10 dasa darma, saya menilai hanya cukup dari perkataan, dan tingkah laku di saat pengujian ini, karena selebihnya saya tidak akan bisa menilai karena keterbatasan itu tadi. Disamping itu, saya sendiri pun memiliki kewajiban untuk mengamalkan dasa darma poin ke 10 ini ke kalian, apa itu..?? suci dalam pikiran, sebagai anggota pramuka, kita memiliki kewajiban untuk senantiasa berfikir baik terhadap orang lain, dengan kata lain kita harus senantiasa husnuzhon.

-          Lantas, jika saya sebagai penguji, tidak bisa menilai “kesucian” kalian, lalu siapa yang bisa..??

-          Hanya Allah dan diri kalian sendiri.


Wallahu a’lam

Selasa, 08 Januari 2013

menolak lupa #3 Cita-cita

menolak lupa #3 Cita-cita

ketika kecil dulu, orang tuaku pernah memiliki harapan untuk menjadikan saya seorang insinyur pertanian. Sebenarnya orang tuaku sangat demokratis, ya harapan hanya harapan, tidak memaksakan dan mempersilahkan aku untuk memilih jalanku sendiri. memang pada beberapa saat saya cukup tertarik, meski saya memutuskan untuk berkata "tidak.." saat tahu kalau ternyata tanaman jagungku pada mati.. :P, haha.. jangan terlalu serius, namanya juga anak-anak, saat sudah beranjak agak gede (meski masih anak-anak juga sih..) mulai ngeh, insinyur pertanian itu kerjanya apa ya..??? nyangkul..??? :D

ketika di MTs dulu, guru-guru baru sering iseng bertanya tentang cita-cita ke semua siswa, jujur ini adalah sesi yang sangat tidak menyenangkan. kenapa, karena setelah mengenyahkan cita-cita insinyur pertanian dulu, sampai pada saat itu, saya belum punya cita-cita.
"apa cita-citamu dad..??"
"jadi orang yang sukses.."
"sukses bagaimana.."
"pengusaha.."
"pengusaha apa..??"
apaan sih, yang punya cita-cita kan saya, pengen tahu aja.. ya, cuma bisa menggerutu dalam hati, akhirnya saya menjawab..
"tempe.." simpel, karena saya suka tempe. :|

pengusaha tempe sering saya sebut dalam beberapa kali jawaban tentang cita-cita, dan tentunya bukan jawaban serius. kenapa saya jawab pengusaha tempe..?? karena lagi males mikir. he..

oh iya, masih ingat dengan "kebiasaan aneh.." di catatan sebelumnya..?? di artikel ini. nah itulah yang pada akhirnya melatar belakangi lahirnya cita-cita saya saat ini.

kelas 3 MA..
"apa cita-citamu dad..??"
"hmmm.. jadi PRESIDEN.."
dan seluruh kelas pun tertawa..
"hobi kamu apa..??"
"main game.."
seluruh kelas tertawa lagi..
"iya, jadi nanti kita punya presiden yang jago maen game.." tutup seorang guru.

ya itu lah kesan pertama saat mendeklarasikan cita-citaku ini. hmm.. kini di umur 21, saya masih belum merubah cita-cita ini, masih tetap bercita-cita jadi Presiden. mungkin di umur 50-60 tahun baru saya akan menyerah.. hehe

menolak lupa #4 aktivis organisasi

menolak lupa #4 aktivis organisasi

pertama mengenal organisasi adalah saat kelas 4 SD, yaitu Pramuka. sebenarnya, saat itu saya penasaran dengan yang namanya camping, ya acara menginap disekolah untuk pelantikan kenaikan tingkat kecakapan. tapi karena pada waktu saya masih kelas 4 ya, akhirnya cuma jadi anak bawang, tugasnya hanya 1, memasak. ya itu lah pengalaman pertama saya organisasi, jadi tukang masak..!! -_-

sewaktu di SD saya memutuskan untuk setia di Pramuka, karena memang hanya ini satu-satunya organisasi yang ada. disini mulai timbul kebiasaan yang aneh, (kenapa aneh..?? nanti diceritakan ya..), kelas 5 saya berhasil mendapat TKU ramu, TKU dasar di tingkat penggalang. kemudian kelas 6 berhasil mendapat TKU Terap, TKU tingkat kedua, sekaligus berhasil menduduki jabatan pratama, yaitu ketua Pramuka di Sekolah, atau pangkalan.

berlanjut di Mts, siapa sangka sempat 6 bulan memutuskan untuk berhenti dari kepramukaan, dan lebih tertarik ikut OSIS, namun justru disinilah titik puncak kejayaan, hehe. ya 6 bulan pertama, saya memutuskan untuk tidak ikut pramuka, tapi dibulan ke-7, hati saya mengatakan, "harus masuk Pramuka..!!". kebetulan, pada saat itu akan dilaksanakan pelantikan, akhirnya setelah bersusah payah, berjibaku dengan berbagai ujian, keringat dan darah menetes deras (<< lebay..) saya berhasil mendapat TKU Terap, tingkat tertinggi di penggalang, bangga karena itu adalah rekor yang berhasil dipecahkan oleh saya yang baru kelas 1.

catatan pramuka saya berjalan lancar (di lain artikel akan saya bahas khusus tentang pramuka..), sampai sempat ikut Jambore Daerah, dan Jambore Nasional. eits, tunggu dulu.. tadi kan saya bilang OSIS ya..?? nah, ini dia meski saya lupa detilnya seperti apa, akhirnya saya jadi ketua OSIS. di samping itu, saya juga pernah ikut organisasi keagamaan, (yang berkamuflase sebagai tim nasyid..) dan lumayan, di organisasi ini, beberapa piala kejuaraan berhasil di pajang. apakah saya jago nyanyi..?? TIDAAAKK..

catatan selanjutnya adalah di MA, masih bertahan di Pramuka, namun melepas OSIS, kenapa..?? karena jujur saja OSIS itu organisasi yang membosankan. catatan di MA ini diwarnai dengan kisah kelam di Paskibra, ya satu-satunya organisasi yang gagal menorehkan prestasi, atau malah menjadi berantakan. saya teringat kata "passion.." mungkin paskibra ini bukan passion saya, ya akhirnya gitu..

catatan organisasi di MA ini agak monoton, mungkin karena situasinya sudah berbeda, kini organisasi mesti dijalani dengan serius. meski seperti itu, saya berhasil menyelesaikan berbagai pelatihan, ujian sampai pelantikan, tingkat laksana. tentu saja menjadi sebuah kenangan terindah, saat harus berjalan kaki selam 3 hari 3 malam, untuk meraih nya. di Pramuka ini lah, saya berhasil mengembangkan bakat yang selama ini kurang terasah, berbicara dan memimpin.

oh ya, ngomong-ngomong pada saat saya melepas OSIS, itu tidak sepenuhnya benar, karena pada saat kelas 2, saat perekrutan anggota OSIS, saya memutuskan untuk ikut kembali ke organisasi ini. entah bagaimana ceritanya, tapi saya berhasil menjadi ketua OSIS.

selepas sekolah, dan selepas itu semua, hanya Pramuka lah yang sering kali saya masih berkecimpung disana, meski tidak se aktif dulu dan hanya berstatus sebagai alumni. tapi yang pasti, sampai detik ini saya masih mengasah keterampilan berorganisasi saya, dengan mendirikan sebuah organisasi pemberdayaan anak yatim, dan tempat pendidikan agama. kini saatnya untuk mengamalkan semua ilmu keorganisasian.

nah kembali ke paragraf atas, saya menyebut "kebiasaan aneh.." jika bergabung dengan sebuah organisasi, kenapa..?? karena pada saat itu, suka timbul perasaan bahwa "saya harus sukses di organisasi ini..!!" sejauh itu saya memang berhasil.

Selasa, 18 Desember 2012

Menolak Lupa #2 Catatan Cinta (part 2)

Menolak Lupa #2 Catatan Cinta (part 2)


menginjak MA, saya berazzam, tidak akan pernah lagi untuk berpacaran, sekali pun ada bidadari turun TIDAK AKAN PERNAH. alhamdulillah, memang benar, selama di MA saya tidak pacaran, meski beberapa kali sempat terpeleset, namun tidak sampai pernah punya pacar. namun, saat saya kira semua akan berakhir dengan sukses, tiba-tiba ujian itu muncul kembali, seseorang yang pernah menjadi pacar saya, hadir kembali di hadapan. tiba-tiba saya lupa, tiba-tiba saya kembali terbuai dengan rayuan setan itu. saya kembali berpacaran.

Allah tidak membiarkan saya, tidak menunggu waktu lama, Allah kembali mengingatkan saya dengan berbagai rasa itu, rasa berdosa, rasa gelisah, dan rasa membohongi diri sendiri. penderitaan yang luar biasa, dimana Shalat tidak lagi khusyuk, tilawah, dan doa, sering kali tidak tertuju, namun diganggu bayangan-bayangan semu (kenapa jadi puitis begini..???). sampai akhirnya saya lulus, dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi, disini lah puncak itu kembali tiba, Allah lagi-lagi menyelamatkan saya dari dosa itu. karena jarak yang berjauhan, dan komunikasi yang sulit akhirnya, kami berpisah.

namun lagi-lagi ujian belum usai, meski kami tidak lagi berstatus sebagai pacar, namun rasa itu masih ada. saya melanjutkan hubungan tanpa embel-embel pacaran. ya, orang bilang mungkin menyebutnya TTM, atau entahlah, karena saya pikir, yang haram itu kan pacaran, kalau gini ya bukan pacaran dong sebut saja taaruf Astaghfirullah, kini dosa itu menjadi berkali-kali lipat, jika dosa pacaran itu hanya mendekati zina, kali ini ditambah dengan dosa menyelewengkan ajaran Islam. (Astaghfirullah..)

keadaan ini berjalan cukup lama, meski sering juga di serang rasa gelisah, berdosa, seperti yang sudah-sudah namun tidak terlalu parah, karena pemikiran saya itu tadi, inikan bukan pacaran.. sampai pada akhirnya, mata ini terbuka.

akhirnya, saya mengetahui arti taaruf yang sebenarnya, mengetahui bahwa pacaran itu bukan hanya sekedar kata sifat, tapi ia adalah kata kerja, artinya, sekalipun kita tidak mendeklarasikan sedang berpacaran, tapi saat perilaku kita mengarah kesana, ya itulah pacaran. akhirnya dengan berat hati, dan dengan hanya mengharap ridho Allah, saya memutuskan untuk putus, bukan hanya sekedar putus dengan orangnya, tapi putus dengan segala sesuatu yang berbau pacaran.

alhamdulillah, sampai detik ini, sampai artikel ini di muat di blog, saya tidak pernah dan tidak akan pernah pacaran kembali, dan rasanya sangat membahagiakan. biarlah Allah yang mengantarkan cinta itu dengan cintaNya.. :)

Nb.
saya mengetahui arti taaruf, dan hubungan antar lawan jenis itu, setelah saya membaca kembali buku-buku pemberian ibu dan kakak-kakak saya, tepat sebelum MTs, sebelum saya merasakan pedihnya pacaran.
Menolak Lupa #2 Catatan Cinta

Menolak Lupa #2 Catatan Cinta

ssstttt... sebenarnya ini adalah catatan yang paling saya rahasiakan, tapi di karenakan lelah juga pegang rahasia, ya di share saja deh, mungkin saja jadi pelajaran atau meng inspirasi bagi yang membacanya.. heuheu..

pertama kali saya jatuh cinta itu di SD, tepatnya saya lupa, tapi yang pasti saya memang sudah menyukai lawan jenis.. ehm.. hehe (kenapa jadi ke GR an begini sih,, haduh,, haduhh..), nah sebenarnya pada saat itu temen2 saya sih sudah mulai pacaran, dengan segala keluguan dan kekanak-kanakan mereka, haha.. hanya saya yang belum, karena satu alasan saya tidak tahu cara nya pacaran.. :|

akhirnya saya lulus SD dengan sukses tanpa pernah merasakan yang namanya pacaran, hehe. Namun cerita berubah saat menginjak MTs, seperti yang saya ceritakan selanjutnya di sini, dimana MTs semuanya berubah, keluarga tidak lagi ketat mengawasi saya, saya di beri kebebasan penuh, dan pun bertanggung jawab atas semua tindakan. namun ada yang menarik, sebelum saya sekolah di MTs, saya mendapat banyak buku dari ibu dan kakak-kakak saya, (kebetulan hobi saya memang membaca), diantara sekian judul buku itu terdapat buku yang isi nya mengharamkan pacaran.. naaahh.. jadi sebenarnya semenjak duduk di MTs pun saya sudah ngerti, bahwa pacaran itu haram dan tidak boleh.

pucuk di cinta, ulam pun tiba... hehe.. pada akhirnya saya memang membandel, saya nekad pacaran, pacar pertama, begitu orang-orang bilang, dan ternyata.. wooowww.. pacaran itu gak enak, sumpah, suer.. tiba-tiba jadi cemburu, tiba-tiba mesti bermesraan, tiba-tiba harus bilang gombal, tiba-tiba.. hmmm... ini yang paling menyakitkan, setiap malam mesti merasakan rasa berdosa dan bersalah, tiba-tiba jadi gelisah.. hubungan saya tidak bertahan lama, akhirnya kami mesti terpisah juga, di sisi lain saya memang sedih, namun di sisi lain, saya bahagia... bahagia karena akhirnya terbebas dari jeratan yang namanya cinta.

sebenarnya pada saat itu saya sudah berjanji tidak akan pernah lagi berpacaran, ada sedikit trauma, dan yang pastinya, bagaimana pun juga saya tidak bisa membohongi hati, saya tahu pacaran itu HARAM. namun di penghujung MTs, kelas 3 saya bertemu lagi dengan sesosok perempun yang mampu meluluhkan hati, entah godaan setan dari mana, namun akhirnya.. ya pacaran lagi..

sudah tertebak, rasa-rasa gak nyaman itu kembali, merasa berdosa, dan gelisah setiap malam. merasa sedih, dan merasa bukan diri saya sebenarnya, setiap hari seakan-akan saya harus berbohong, bukan pada manusia, bukan juga pada pacar saya, tapi pada Allah.

akhirnya, seperti sebelumnya, saat perasaan sedih itu memuncak, Allah kembali menyelamatkan saya dari kubangan dosa itu. kami putus. lagi-lagi di sisi lain saya memang sedih, namun ada kebahagiaan yang tidak bisa saya ungkap, hasilnya, sebagai rasa syukur, setiap selesai shalat, saya berdoa,
"Alhamdulillah, Ya Robb, Kau telah menyelamatkan hamba, bagaimana pun juga rasa cinta ini adalah fitrah, hamba tidak bisa terlepas dari rasa ini, namun Ya Robb, jagalah hati ini, jagalah cinta ini, jangan kau biarkan hati ini jatuh mencintai selain dari mencintaiMu, dan selain dari mencintai hamba yang telah Kau tetapkan untukku.."

bersambung ke bagian 2..