Sector 1, saya memilih tempat duduk agak di
atas, di tempat yang masih agak sepi. Lantunan pembukaan dari Munsyid Fadli
asal Aceh membuat saya sangat terhibur, dan nyaman duduk disana. Terpaan terik
matahari pagi itu tidak terasa panas, tidak sama sekali, hanya hangat dan
menyegarkan. Baru dimulailah rangkaian acara itu dengan dipandu dik doank,
acara berjalan meriah, namun tetap menyimpan kekhidmatan tersendiri didalam
hati.
Seseorang bergamis abu-abu berjalan turun
dari bangku penonton, ia perlahan berjalan, melepas sandal, dan memasuki
lapangan berumput Gelora Bung Karno. Ia takbiratul Ihram, dan seketika
bersujud. Bersujud..!! Ya Allah… tak terasa air mata mulai menggantung.
Siapapun juga, siapapun yang mengaku dirinya beriman, dia tak akan kuasa melihat
ribuan gelombang umat berduyun-duyun menyemarakan bumi dengan Al-Qur’an,
ratusan tahfidz menggelora, maka pantas Allah menerima sebuah sujud syukur atas
hal ini. Ia adalah Syekh Abu Mahdi, asal Aljazair yang bermukim di Swedia.
Baru saja di mulai saya sudah mulai merasa di tampar keras
sekali. Seorang Qari naik ke atas panggung, siapa dia..?? dia hanya pedagang
kerupuk, lulusan SMA, imam masjid al Azhar, dan dia tunanetra. Suaranya
mengalun indah, sebuah Qur’an braille terhampar dihadapannya. Sesak sekali, ah
saya jauh tertinggal, seorang yang sehat walafiat, masih muda, namun jauh
tertinggal oleh beliau, kelu..
Tiba, saat ustadz yusuf Mansur dan para tamu undangan
menaiki panggung. Yang saya ingat, ada ketua tahfidz Internasional, Imam Masjid
Quba, Imam Mesjid Al-Aqsa, Syeikh asal Qatar, seorang hafizhoh asal Yaman, dan semua
terlihat thawadu, meski jauh saya menyimpan kekaguman kepada mereka. Syekh-syekh tersebut di antaranya adalah
Syekh Sa'ad al Ghamidi (Imam Masjid Nabawi), Syekh Bashfar (Ketua Organisasi
Tahfidz Internasional yang berpusat di Jeddah, membawahi 67 negara, termasuk
Indonesia).
Ada juga Syekh Abdurrahman Yusuf (Pimpinan Daarul Qur'an
Gaza Palestina), Syekh Muhammad Kholil (Imam Masjid Quba), Syekh Muhammad dan
Syekh Yusuf (Daarul Qur'an Yaman), Syekh Halabi (dokter dari Kerajaan Arab
Saudi, yang sedang ambil program doktoral).
Syekh Thoriq (dari Kementerian Agama Qatar, beliau juga
penulis kitab-kitab Alquran dan termasuk memiliki sanad Alquran tertinggi di
dunia), Syekh Hasan (Dari Organisasi Pengajaran Internasional di Jeddah), Syekh
Mahmud (Mesir), dan banyak lagi yang lain sebagai pemerhati dan tamu undangan.
Sambutan pertama disampaikan dari ketua tahfidz
internasional, beliau berasal dari gaza. Amat teduh sekali wajahnya, sebenarnya
saya kurang menangkap juga maksud isi sambutannya, pusing juga jika harus
memperhatikan bahasa arab dan penerjemaah saling bersahutan. Hehe..
Satu rangkaian acara yang berkesan adalah saat ratusan
santri tahfidz dari seluruh nusantara mengadakan parade. Dari yang mulai
imut-imut, remaja, dewasa, bahkan sampai santri tunanetra. Tentu saja mereka
bukan sembarang santri, mereka bukan hanya sekedar belajar mengaji, tapi mereka
adalh hafizh-hafizh dan calon hafizh.. Ya Allah.. Spechless..
Dan yang paling berkesan, tentu saja lantunan tilawah yang
dibacakan oleh Syeikh Saad Al-Ghamidi. AlFatihah dan An-Naba’, bercucuran air
mata ini mendengarnya. Terbayang kembali kota madinah, terbayang kembali wajah
Rasulullah. Ya Allah..
Satu kalimat, yang saya ingat dari sambutan Imam Mesjid
Al-Aqsa,”Alhamdulillah, Indonesia hari ini mampu melahirkan ribuan tahfizh,
seperti Gaza, yang setiap hari melahirkan tahfizh-tahfizh baru..”
Bangga bercampur ironi… Negeri dengan Muslim terbesar
didunia, dan dengan kemerdekaan dan kemakmuran yang berlebih, namun masih minim
melahirkan seorang hafizh.
Wisuda Akbar 4 PPPA Darul Quraan Gelora Bung Karno
4/
5
Oleh
hadad