Kamis, 18 April 2013

Lapar Rasululloh dan Shahabat -part1

Lapar Rasululloh dan Shahabat -part1


Assyaikhoni mentakhrij dari Urwah, dari Aisyah ra, bahwa dia berkata, “Demi Allah wahai keponakanku, kami benar-benar pernah melihat bulan sabit hingga tiga kali selama dua bulan penuh, sementara tungku api dirumah-rumah Rasulullah tidak pernah dinyalakan selama itu,”
“wahai bibi, lalu apa yang menghidupi kalian..?” tanyaku.
“Dua jenis makanan warna berwarna hitam, yaitu korma dan air. Hanya saja Rasulullah mempunyai hewan untuk diambil air susunya. Mereka mengirimkan air susu itu kepada beliau.” (H.R. Ahmad)

1. An-Nu’man bin Basyir ra, dia berkata,”Bukankah sekarang kalian dapat makan dan minum sesuka kalian ? Dulu aku pernah melihat Nabi kalian tidak mendapatkan korma yang bisa dimakan.” (H.R. Muslim)

2. Umar bin Alkhathab menyinggung kebiasaan orang-orang yang tenggelam dalam keduniaan. Dia (Umar) berkata,’padahal aku pernah melihat Rasulullah SAW yang menahan rasa sakit hingga seharian penuh karena rasa lapar, tanpa mendapatkan korma yang bisa dimakan’.”(H.R. Muslim)

3. Ibnu Abbas ra, bahwa dia pernah mendengar Umar bin Alkhathab berkata, Rasuluillah SAW keluar dari rumah pada waktu tengah hari yang panas dan mendapatakan Abu Bakar berada di masjid.
“Apa yang membutamu keluar pada saat-saat seperti ini?” Tanya beliau.
Abu Bakar menjawab,” Alasanku sama dengan alasanmu wahai Rasulullah, yaitu karena lapar.”
Tak lama kemudian muncul Umar bin Al-Khathab. Beliau seperti itu pula kepadanya. Umar menjawab,”Alasanku sama dengan alasan engkau berdua, yaitu karena lapar.”
Setelah berbincang-bincang dengan keduanya, beliau bertanya,” Apakah kalian berdua masih kuat pergi ke kebun korma untuk mencari makanan, minuman, dan tempat berteduh?” Namun kemudian beliau bersabda lagi,”marilah kita kerumah Abul Haitsam bin At-Taihan Al-Anshary.” (H.R. Muslim)

4. Sa’ad bin Abi Waqqash ra, dia berkata,” Aku adalah orang Arab yang pertama kali menjadi pemanah di jalan Allah. Kami pernah berperang bersama Rasulullah SAW, sementara kami sama sekali tidak mempunyai makanan, kecuali daun samar, sehingga kami memakannya seperti yang dilakukan kambing, dan tidak ada makanan yang lain.”

5. Al-Miqdad ra, dia berkata,”Setelah tiba di Madinah, Rasulullah SAW menempatkan kami sepuluh orang sepuluh orang di satu rumah. Aku termasuk sepuluh orang yang didalamnya ada Nabi. Sementara kami hanya mempunyai seekor domba yang air susunya kami bagi merata.”

Kultwit kisah Hanzalah, sang pengantin syahid

Kultwit kisah Hanzalah, sang pengantin syahid


Hanzalah bin Abi Amir ra, adalah nama lengkapnya, suatu hari tiba baginya hari yang sangat indah dan dinantikan.. pernikahan

Hanzalah menikah tepat dimalam sebelum terjadi perang uhud, karena itu ia meminta izin kepada Rasulullah untuk bermalam bersama istrinya

namun ia sendiri tidak tahu, kapan pertempuran akan dimulai, maka dimalam itu pun ia tidak tahu apakah malam pertama atau malam terakhirnya

lalu shubuh tiba, fajar datang, seiring pengumuman jihad, dan terdengar gemuruh perang.. begitupun Hanzalah ia menyambut panggilan itu

ia melesat menuju barisan, bergabung dengan pasukan yg tengah disiapkan Rasulullah.. padahal ia tengah junub..!!

perang berkecamuk dahsyat, Uhud menjadi saksi saat pasukan yang hampir menang berbalik kalah akibat silau dunia, pasukan muslim pecah

ditengah kekacauan itu, beberapa sahabat bertahan menjaga Rasulullah dari gempuran musuh, pun termasuk didalamnya Hanzalah

Abu Sufyan pun tiba dihadapan, majulah Hanzalah menghadang pimpinan pasukan musuh ini, dengan cepat ia menjatuhkan abu sufyan dari kudanya

Syaddad bi Al-Aswad datang membantu Abu Sufyan melawan Hanzalah, sampai tiba sebuah tusukan tombak menjemput Syahid Hanzalah

tiba saat-saat yg dirindukan, syahid telah menjemput sang pengantin muda, wangi misk merebak, tanah Uhud menjadi saksi kisah suci ini

perang usai, para sahabat mulai mencari saudara2 yang telah terlebih dahulu menggapai janji Allah, diantaranya ditemukan Hanzalah

tangan mereka berusaha menyentuh jasad Hanzalah, namun kagum saat jasad yg berlumur darah itu, ada rintik air mengalir dari dahinya

rintik air mengalir dari dahinya, menetes berjatuhan dari sela-sela rambutnya...

Rasulullah bersabda..

"Sungguh Aku melihat Malaikat memandikan Hanzhalah bin Amir ra antara langit dan bumi dgn air awan dalam bejana terbuat dari perak."

Subhanallah... Wallahu a'lam..
Ujian Nasional

Ujian Nasional

hari ini ujian telah selesai dilaksanakan, sebelumnya saya mengucapkan selamat kepada siswa-siswi yang telah menempuhnya. InsyaAllah lulus..

setidaknya mungkin sudah 9 tahun sejak UN pertama di berlakukan, mengganti sistem ebtanas sebelumnya.. hmm.. maaf jika salah, saya sendiri tidak pernah mengalami ebtanas. kelas 6 SD, saya baru pertama merasakan sensasi Ujian Nasional, yaa bagi saya nggak terlalu menyulitan, tapi berbanding terbalik dengan kakak saya yang pada saat itu juga sedang melaksanakan UN pertama tingkat SMA.

saya masih ingat, bagaimana situasinya pada saat itu, saya melaksanakan Ujian dengan santainya (maklum.. SD.. :p ), sementara kakak saya sudah terlihat tegang beberapa hari menjelang ujian, padahal nilai kelulusan pada saat itu baru 4,01. Alhamdulillah, saya dan kakak lulus meski dengan nilai pas-pasan.. hehe.

SD, MTs, dan MA, kembali saya mengalami UN, terus menerus berulang. sebuah prosesi yang awal mulanya sempat ramai diperdebatkan. oke itu sejenak opening tentang artikel ini.

***

beberapa hari yang lalu, ditengah perdebatan yang kembali terulang persoalan UN, tiba-tiba publik dikejutkan dengan diundurnya UN di 11 provinsi, alhasil ini seperti menjadi blunder dan bulan-bulanan pers, dengan tagline, "Ujian Gagal Nasional". menarik benang jauh sebelum hal ini terjadi, wajar sebenarnya, jika ini adalah efek kekacauan sistem Ujian yang serempak ini.

dari catatan saya, setidaknya ini adalah kronologi ujian dari tahun ke tahun. tahun 2004, awal UN dilaksanakan, nilai kelulusan 4,01, bentuk soal sama semuanya. disini kecurangan sangat minim terjadi, mungkin kebocoran soal pun belum separah masa-masa selanjutnya, tapi di tahun ini pun tetap saja menjadi kontroversi disaat nilai kelulusan di patok menjaid 4,01.

terus berlanjut setiap tahun nilai kelulusan menanjak, dari 4,01, sampai 7,00, dari mulai bentuk soal sama, ganjil-genap, sampai 20 paket soal seperti sekarang. sya sendiri tidak faham, apakah ini bentuk idealisme pemerintah sambil menutup mata melihat kondisi nyata pendidikan sebenarnya..?? apakah sistem me-"nasional"-kan ujian masih pantas saat disebagian daerah infrastruktur masih jauh dari kesetaraan..??

makin lama, UN seperti sebuah bola salju, makin tinggi nilai kelulusan, makin besar kemungkinan kecurangan. sudah rahasia umum, selalu ada kebocoran jawaban, bantuan guru, dan kebocoran soal. ditambah akibat dari idealisme pemerintah, kini pelaksanaan UN amburadul, berantakan, 11 provinsi di tunda pelaksanaan UN nya karena masalah cetak soal. 20 paket soal disetiap kelas di jutaan sekolah, ini bukan masalah gampang.

mau sampai kapan kita bertahan dengan sistem ini..?? saya tidak menyalahkan pemerintah, pendidik, atau siswa, tapi mesti ada solusi yang jelas yang mampu menghancurkan bola salju yang kian membesar.

***

andai saja,

sekolah-sekolah di Indonesia akhirnya melapaskan gengsinya, egonya, dan membiarkan para siswa-siswi melaksanakan Ujian Nasional tanpa kecurangan, meski resiko tidak lulus dan nama baik sekolah tercoreng (akibat tingkat kelulusan rendah) dan para siswa-siswi melaksanakan UN tanpa beban harus lulus, tanpa menghalalkan segala cara untuk lulus. seburuk apapun hasilnya, hasil Ujian Nasional akan menjadi evaluasi, bagi siswa-siswi dan sekolah, agar menjadi lebih baik.

apa pun hasilnya, seburuk apapun, pemerintah akan menyadari kekurangan-kekurangan apa saja yang mesti dibenahi, tanpa memaksakan idealis, tanpa memaksakan gengsi, dan melakukan perbaikan bertahap disemua lini dan disetiap saat.

Wallahu A'lam

Selasa, 02 April 2013

Kethawaduan sang imam

Kethawaduan sang imam

“Kesederhanaan mengecap kekayaan..” lirik nasyid dari in team ini mungkin sangat tepat disandingkan dengan karakter Imam Syekh AlGhamidi. Saya pribadi hanya berkesempatan menatap beliau dua kali, tapi dari pancaran raut wajahnya, cara ia berbicara, Nampak jelas ke thawaduan beliau, belum lagi hal ini dikuatkan oleh pemberitaan dari media Republika, yang mengawal sejak dari kedatangan sang Imam.

Pertama kali menatap beliau saat di Mesjid Attaqwa, cara beliau masuk masjid, cara beliau memberikan tausiyah, cara beliau berjalan meninggalkan kami, nampak sekali betapa tawadhu-nya beliau. Mengawali tausiyahnya ia menuntun kami membaca alfatihah, per ayat. Sekali lagi, bayangkan betapa luar biasanya perasaan saya dituntun bacaan Al-Qur’an oleh seorang Imam Besar Mesjidilharam dan Mesjid Nabawi. Singkatnya dalam tausiyah beliau mengingatkan kami tentang makna surat Al-‘Ashr.

“Bahkan Allah pun bersumpah atas nama waktu, ini menunjukan hal ini adalah serius.. perkara yang amat serius… perkara itu adalah.. Manusia dalam keadaan merugi. Kecuali, orang yang beriman, beramal sholeh, mengingatkan dalam kebenaran, dan saling mengingatkan dalam kesabaran..” demikian kutipan syekh dalam menyampaikan tausiyahnya.

Lalu seberapa tawadhu beliau..?? perhatikan beberapa artikel berikut..




Berkali-kali ustadz yusuf Mansur mengingatkan, saat syekh meninggalkan masjid, para jamaah diharap untuk tidak berdiri, mencium tangan, cukup memandang wajah beliau, dan cukup mendo’akan saja. Bukan kenapa-kenapa, tapi hal ini untuk menjaga ke tawadhuan beliau, dan tentu saja menjaga keamanan jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Lagi pula sebuah hadist menyebutkan,

HR. Al-Bukhari didalam Al-Adab Al-Mufrad ( 977 ),Al-Albani mengatakan : Shahih

Syeikh alghamidi mulai melangkah meninggalkan masjid, melalui area tengah hingga siapapun jamaah bisa memandangnya. Bersahutan shelawat, dan takbir mengiringi kepergian sang imam.

Terdengar jelas namun pelan, syeikh berkata..

“Shollu ‘ala Muhammad..”