Kamis, 04 Oktober 2012

rasakanlah...!!!

rasakanlah...!!!



Rasakanlah setiap nafas yang kita hirup, yang setiap detiknya memenuhi rongga dada kita.

Rasakanlah setiap makanan yang masuk kedalam tenggorokan.

Rasakanlah setiap genggaman tangan.

Rasakanlah setiap tatapan kelembutan dan keindahan.

Dalam berperilaku, seringkali kita mengabaikan panca indera yang telah dititipkan oleh Allah pada kita. Seringkali kita tidak mempergunakan panca indera sesuai dengan fungsinya. Padahal, seandainya kita mau meluangkan waktu kita untuk menggunakan panca indera secara benar, maka tak akan ada lagi kemiskinan yang terasa, karena kita adalah makhluk Allah yang paling kaya.
Merasakan hampir sama pengertiannya dengan menikmati, artinya kita belajar dengan ikhlas cara menikmati dan memahami semua yang terjadi disekitar kita. Namun ironisnya, kita sering kesulitan untuk menikmati kehidupan.
Merasakan merupakan tekhnik sederhana untuk bisa mengetahui hakikat dari ibadah. Ibadah mesti dilakukan dengan sepenuh hati, sehingga kita bisa merasakan keindahan tatkala melakukan ibadah dan sesudahnya. Khusyuk dalam Shalat pun, secara sederhana, berarti merasakan, merasakan bahwa dirinya sedang shalat, sehingga shalatnya pun dapat dilakukan dengan penuh konsentrasi dan penghayatan, terlebih lagi pengertian khusyuk, yang berarti merasakan kehadiran Allah yang sedang menyaksikan shalat kita. Merasakan perasaan mustahik zakat saat menerima harta zakat yang tak seberapa dari harta kita. Merasakan perjalanan haji, berat dan mahalnya, serta merasakan setiap langkah demi langkah dalam prosesi haji.
Dari semua peribadahan yang dikemukakan diatas, ternyata Allah telah memberikan suatu latihan di setiap tahunnya untuk terbiasa “merasakan” ibadah-ibadah secara lebih khusus dan mendalam, yaitu puasa dibulan Ramadhan. Khusus dalam ibadah ini, kita “dipaksa” untuk, lagi-lagi, merasakan rasa lapar, dan dahaga, tidak perduli keadaan kita, baik kaya, miskin, panas, dingin, semua mesti merasakannya, tujuannya, tidak lain adalah mengasah rasa “merasakan” kita menjadi lebih bijak, dan lebih peka.
Merasakan juga mempunyai kekuatan dalam rangka mensyukuri semua nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Seperti yang telah disebutkan diatas, dengan merasakan, kita akan merasa menjadi orang yang paling kaya didunia, merasa orang paling bahagia, dan merasa orang yang paling beruntung didunia. Karena dengan merasakan, kita akan menghargai, dan mensyukuri atas semua yang telah dianugerahkan kepada kita.

Rasakanlah setiap nafas yang kita hirup, yang setiap detiknya memenuhi rongga dada kita, sehingga kita bisa mensyukuri nikmatnya kesehatan, dan menghargai detik demi detik kematian yang akan menjelang.

Rasakanlah setiap tetes hujan, sehingga kita akan merasa menjadi orang yang paling kaya hanya dengan segelas air ditangan kita.

Rasakanlah setiap makanan yang masuk kedalam tenggorokan kita, sehingga kita tidak akan sakit kekenyangan, dan kita merasakan betapa luar biasanya Allah yang telah menciptakan lidah.

Rasakanlah setiap genggaman tangan sehingga ikatan ukhuwah adalah ikatan rantai yang tak akan pernah putus oleh apapun juga.

Rasakanlah setiap tatapan keindahan dan kelembutan yang ada disekitar kita, sehingga kita menyadari bahwa cinta adalah milik semua, dan cinta selalu ada dihati orang-orang yang beriman.

Maka, rasakanlah setiap detik, setiap nafas, setiap kedip, dan setiap perasaan yang ada dihatimu, sebelum kita tidak bisa merasakan apa-apa lagi…

Wallahu’alam…

loncat atau diam...???


Saatnya telah tiba, bagi burung kecil itu untuk pergi meninggalkan sarangnya yang hangat dan nyaman, ia harus segera terbang untuk mulai hidup sebagai burung, bukan lagi sebagai makhluk setengah burung yang hanya bisa merangkak, dan meminta belas kasihan kepada orang tuanya untuk disuapi.

Namun hal itu bukanlah persoalan yang mudah, bagi burung kecil itu, terbang sangatlah menakutkan, tidak jarang ia melihat burung-burung lain yang baru belajar terbang jatuh ke dasar jurang, ada yang terluka, lumpuh, bahkan sampai tewas seketika. Berbagai pemandangan itu sempat mengeclkan hatinya untuk bisa terbang.

Disisi lain, ia melihat saudara-saudaranya yang lain tengah asyik menari-nari menghiasi angkasa, sambil sesekali hinggap untuk mencari makan, tanpa harus susah payah kelaparan menunggu induknya untuk datang. Ia sangat tertarik dan ingin untuk bisa terbang seperti itu, akan tetapi ketakutannya terlampau besar untuk terbang.

Namun hari ini, tidak ada pilihan lain bagi burung itu kecuali ia harus bisa terbang dan mencari makan sendiri. Sudah beberapa hari ini induknya tidak datang mengantarkan makanan. Hal itu semakin memaksanya untuk bisa terbang.

Perlahan ia berdiri di tepi jurang, sungguh ini adalah pengalaman pertama bagi burung itu merasakan ketinggian yang amat dalam, semula ia menggigil ketakutan mengingat pemandangan mengerikan yang pernah ia lihat dahulu. Namun, dalam keadaan yang begitu memilukan itu tiba-tiba terdengar suara lembut yang begitu kenal, dan begitu sangat ia rindukan, induknya.
“ayo nak, kamu bisa, loncat dan kepakanlah sayapmu….” Sayu-sayu suara induknya menyemangati.

Burung kecil itu hanya menunduk, persaannya sudah tidak karuan lagi, ia tidak mampu berkata apa-apa, perlahan air matanya menetes, nafasnya sudah begitu sesak, sayap dan kakinya begitu lemas.
Kemudian ia menarik nafas, merentangkan sayapnya selebar mungkin, mengangkat dadanya, membuka mata, tatapannya begitu tajam namun penuih harapan…dengan satu hentakan ia meloncat….dan berteriak….

“ aku akan membelah angkasa……..!!!!!!!!”

Seperti itulah sahabat, hidup ini pasti akan dihadapkan pada pilihan yang begitu menyulitkan, pilihan yang terkadang menyebabkan kita sakit, lemah, atau menangis. Namun tanpa kita sadari, justru itu adalah batu loncatan untuk kita supaya menjadi lebih matang dan dewasa. Seperti hari ini, mungkin kita telah hidup nyaman, banyak teman, saudara, tempat yang kita cintai, namun kita dihadapkan pada pilihan sulit, yaitu kita harus meninggalkan semuanya. Tapi itulah satu-satunya pilihan, agar kita menjadi dewasa dan menjadi lebih kuat….

Sekarang….MELONCAT ATAU DIAM…????? ITU PILHAN KITA KAWAN…

Keluarga Sempurna



Rasulullah lahir bukan dari keluarga bahagia, beliau yatim sebelum lahir, kemudian piatu di usia 6 tahun, dan kemudian ditinggalkan berturut-turut oleh kakek dan pamannya. Hal ini menunjukan bahwa beliau tidak lahir dari keluarga bahagia, akan tetapi lahir dari sebuah keluarga sempurna.

Orientasi sebuah keluarga sempurna bukan hanya mencari kebahagiaan saja, akan tetapi lebih kepada sebuah pendidikan pendewasaan dan pematangan psikologis terhadap para anggota nya. Sehingga tidak jarang, orang-orang yang sukses dan berhasil di masa depannya berasal dari keluarga sempurna, bukan dari keluarga bahagia.

Setidaknya, efek dari keluarga sempurna adalah kemandirian, kedewasaan, kestabilan pola pikir dan jiwa, serta kestabilan spiritual.

Lalu apa saja yang menjadi faktor keberhasilan dalam keluarga sempurna.?? Yang paling penting adalah pendidikan awal kepada anak, dimana pendidikan ini bukan sekedar hal ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih kepada prinsip-prinsip kehidupan yang akan ditempuhnya di masa depan, seperti akhlak, ibadah, toleransi, mandiri, dan lain sebagainya, yang tentunya di sampaikan melalui komunikasi yang sesuai. Pendidikan ini memiliki peranan penting untuk memahami dan menjadi modal awal pendewasaan anak, sehingga suatu hari tidak akan tersesat dan salah arah. Namun kita harus memahami pula, bahwa yang unik dalam keluarga sempurna ini adalah sistem pendidikan yang diterapkan langsung oleh Allah dalam keluarga itu. Seperti halnya kisah rasulullah yang disebutkan diatas, yang ternyata Allah menghendaki supaya kepribadian beliau menjadi stabil, dewasa, jujur, dan sifat terpuji lainnya.

Lalu bagaimana cara memperoleh keluarga sempurna.?? Perlu saya tegaskan, bahwa semua keluarga yang ada didunia ini, memiliki potensi untuk menjadi keluarga sempurna, namun ada yang sadar dan tidak semua itu tergantung pandangan dan pemahaman keluarga itu sendiri.

Catatan ini bukan berarti kita harus meninggalkan atau "menghilangkan" keluarga bahagia kita. Bagi yang hari ini hidup dalam keluarga bahagia, maka bersyukurlah dan jadikan keluarga bahagia itu sebagai sarana untuk keberhasilan kita. Namun, bagi yang hari ini hidup dalam keluarga yang "kurang" bahagia sadarilah bahwa itu keluarga sempurna yang di berikan Allah kepada kita, dan sebagai sarana pendidikan dari Allah. Dan tentunya kondisi apapun itu adalah yang terbaik dari Allah.

Wallahu'alam..

pakaianku dan pakaianmu

pakaianku dan pakaianmu


Mata manusia hanya mampu melihat “luarnya” saja, mata manusia memiliki batasan yang kecil. Salah satu fungsi mata adalah bisa memandang, dan menyalurkan informasi ke otak sehingga melahirkan suatu penilaian spontan, bagus, jelek, cantik, gnteng, dan lain sebagainya. Sebuah nikmat yang luar biasa tidak ternilai pemberian dari Allah SWT.
Tidak ada yang salah dengan pendapat “terserah luarnya mau seperti apa, yang penting dalamnya”, hanya saja pendapat ini terlalu memaksakan, atau seperti seperti sebuah penghalalan sesuatu yang haram, kenapa ? karena pendapat ini lahir dari orang yang mengabaikan akan nilai – nilai kebaikan dan keindahan yang baginya tidak lebih hanya sebatas nilai – nilai sampah belaka. Bukankah Islam telah mengajarkan kebaikan melalui ajaran kebersihan, keindahan dan kesempurnaannya ? maka kita sebagai umat islam harus menjunjung tinggi ajaran Islam, minimal luarnya.
Untuk lebih jelas perhatikan perumpamaan berikut,
Ada dua orang perempuan, sebutlah A dan B. Perempuan A , seorang wanita yang memakai jilbab yang lebar, panjang, memakai pakaian yang lebar dan panjang, singkatnya pakaian perempuan A hampir menutupi seluruh tubuhnya, namun tetap ada unsure keindahan didalamnya. Perempuan B, memakai pakaian yang serba minim, rambut kelihatan, rok mini, hak tinggi, dan ( maaf ) beberapa bagian tubuh kelihatan. Manakah yang terpandang baik ?
Sebenarnya, pertanyaan ini adalah pertanyaan yang relative, karena pandangan masing – masing akan melahirkan pendapat yang berbeda, sesuai dengan karakter pemikirannya masing – masing, namun sebenarnya seorang manusia memiliki kecenderungan ( fitrah ) terhadap hal yang baik.
Terlepas dari jawaban diatas, ada pertanyaan baru, untuk perempuan A, seberapa besar kemungkinan ia adalah perempuan sholehah, yang baik, yang hidup dan tinggal dalam lingkungan yang baik pula, seorang aktivis social, dan seorang ibu yang baik pula ? begitu juga dengan perempuan B, seberapa besar kemungkinan ia adalah perempuan nakal, hidup dan tinggal di lingkungan yang buruk, yang masa depannya tidak jelas, dan kehidupannya yang muram ?
Kalau kedua pertanyaan tadi dijawab dengan nominal angka yang begitu besar, berarti memang benar kalau karaketer seseorang bisa dilihat dari pakaiannya, meskipun hal ini sangat jauh dari 100 %.
Memang banyak factor yang menyebabkan orang – orang mengabaikan pakaiannya, bisa karena lingkungan pergaulan, rumah, sekolah, pekerjaan, ataupun hal lainnya, namun apa bila melihat kenyataan ini, apakah tidak sebaiknya kalau kita memberikan kesan pertama yang baik bagi orang yang memandang kita, yaitu dengn cara memakai pakaian sebaik mungkin, seindah mungkin, dan sesyar’i mungkin.
Coba tanyakan kepada hati kita, karakter seperti apa yang ingin kita tampilkan melalui pakaian ?

Wallahu ‘alam