Sabtu, 19 Desember 2009

Renungan Muharram 1431 H

Renungan Muharram 1431 H

Hidup adalah sebuah rangkaian waktu. Dengan hidup, seseorang akan menjadi bermakna dan bernilai, sehingga ia bertemu dengan Sang pencipta, Sang Maha Hidup. Ia akan tersenyum manis, bahagia.
Hidup ini tak lain hanyalah sebuah episode dari rangkaian perjalanan panjang yang mau tidak mau harus diarungi, sebesar apapun kekuatan kita, tak akan mampu menghentikan perjalanan.

Satu tahun, satu bulan, satu minggu, satu hari, itu adalah hari ini. Hari dimana aku mampu tersenyum diatas tangisku.

Waktu, itulah kata kunci dalam kehidupan. Tak ada waktu berarti mati. Waktu inilah yang mampu membunuh atau menghidupkan, waktu pulalah yang akan menjadi tanggungan hidup, tanggung jawab bagi kita sesudah kehidupan fana ini.

Seberapa pentingkah waktu itu ? seberapa dekatkah kita dengan waktu ?

Allah lah yang berkehendak, Ia Maha Kuat, Ia Maha Sempurna, Ia Maha Kuasa, Ialah Maha Abadi.
Kita adalah manusia, sebutir pasir dari hamparan padang pasir di gurun sahara. Kita hidup dengan berbagai kelemahan, dan kekurangan. Kita tidak lebih dari makhluk pendusta, sombong, dan egois. Lalu, mengapa Tuhan selalu bersama kita ?

Allah lebih dekat dari pada urat leher kita sendiri, mengapa Allah lakukan itu ? padahal kita sering berdusta, sering berdosa, dan sering berdurhaka. Inilah bukti cinta sejati Allah, mengalahkan cinta apapun yang ada diseluruh alam semesta ini. Cinta sejati yang paling sejati.

Mengapa kita tidak pernah merasakannya ? mengapa kita tidak merasa malu takut, atau bahagia karena tuhan bersama kita ? itu karena kita sendiri menolak kehadiran tuhan, menolak kehadiran yang telah menciptakan kita. Maka, memang benar kalau manusia adalah makhluk pendusta, penentang yang paling hebat.

Untuk apa kita diberi mata, telinga, hidung, kulit, kalau kita hanya mendurhakaiNya ? untuk apa kita diberi hati, jantung, paru – paru kalau kita sering berprasangka buruk kepadaNya ? untuk apa kita diciptakan, kalau hanya menentangNya saja ? seharusnya kita malu !!

Tuhan tidak pernah, dan tidak akan pernah sama dengan makhlukNya. Ia pun maha suci dari segala kelemahan dan kekurangan, karena kelemahan dan kekurangan itu hanyalah milik makhluk, bukan milik khalik, sang pencipta.

Kita telah hidup, kemudian diberikan tanggung jawab waktu untuk digunakan sebaik – baiknya, setelah itu setiap langkah dan jangkal gerak kita pun berada dalam pengawasan tuhan, terakhir, kita diberi karakterisitik individual yang berbeda satu sama lain.

Tuhan tidak memandang kita dari kekayaan, tampang, bentuk rupa, tapi tuhan memandang kita dari sikap kita kita kepada tuhan, itulah yang bernama taqwa. Tuhan Maha Adil, Dia tidak membeda – bedakan suku, ras, Negara, bangsa, tampang rupa, bahasa, dihadapanNya hanyalah ketaqwaan yang tampak.

Karakterisitik inilah yang membedakan derajat teqwa, karakterisitik timbul dari banyak faktor, yang jelas karakter apapun yang muncul dan kita miliki, itulah ketetapan dari tuhan.

Kenali karakteristik, niscaya kita akan mengenal tuhan. Siapa kita ? dimana kita ? mau kemana kita ? bagaimana ? dan lebih banyak lagi pertanyaan yang lebih spesifik, sehingga mampu membuka siapa diri kita sebenarnya.

Semuanya lahir dari sebuah perbedaan, dan perbedaan itulah yang harus direnungkan, bukan untuk diperselisihkan, tetapi untuk dicari hakikat kebenaran yang tesembunyi dibaliknya.

Perenungan panjang ini adalah modal utama untuk menghadapi kehidupan, kehidupan sebenarnya, kehidupan setelah kematian.

Kehidupan setelah kematian, itulah kehidupan sejati, kematian adalah satu fase berpisahnya nyawa dan raga kita, sakit memang, tapi itulah sat – satunya jalan untuk bertemu dengan tuhan,, dan suatu kebahagian yang luar biasa bagi orang yang beriman apa bila bertemu dengan tuhan.

Andai kita sudah hidup, mempergunakan waktu dengan sebaik mungkin mengenal karakteristik diri dan telah mengenal tuhan, dan telah menyadari bahwa tuhan selalu bersama kita, maka kita sudah sukses menjalani hidup dan telah siap untuk menghadapi hidup yang sebenarnya. 

Satu tugas kita : AKUI KEBERADAAN TUHAN

Kamis, 1 muharram 1431 H

Untuk jiwa yang haus kerinduan sejati...

Minggu, 08 November 2009

Hakikat Cinta Sejati


Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Q.S Ali Imran : 31 )

Saya pernah menyaksikan suatu acara ditelevisi, yang isinya tentang perjodohan, lalu ketika kontestan acara itu ditanyai tentang arti cinta, semuanya serempak menjawab,” cinta adalah pengorbanan…” benarkah itu..??

Mungkin pernyataan itu lahir akibat pemahaman pendek mereka tentang cinta, mereka batasi pengertian cinta itu hanya sebatas cinta terhadap pasangan atau anaknya sendiri, tanpa pernah memikirkan orang lain, bahkan semesta ini.

Pernah memperhatikan seekora singa yang menyusui anaknya ? atau seekor buaya yang memangku anaknya ? atau ikan yang bertelur ditengah ganasnya samudera ? itulah cinta…ketika buaya yang dikenal ganas..memangku anaknya dalam mulut dengan penuh kelembutan.

Kita sering kali kabur untuk memaknai cinta, takut bahkan menutup mata untuk memahami cinta. Cinta memang memiliki suatu pengorbanan, akan tetapi tidak mutlak pengorbanan seutuhnya, sekali lagi makna cinta itu sendiri sangat begitu kompleks dan rumit untuk kita pahami. Yang jelas cinta itu suci, menentramkan hati dan menyelamatkan, dan itu lahir dari sebuah cinta sejati.

Cinta sejati lahir dari keimanan kita kepada Sang pencipta, cinta ini lebih dari sekedar rasa, akan tetapi ada suatu dorongan yang yang kuat untuk senantiasa dekat denganNya. Setelah itu, kita akan banyak sekali rasa cinta, kepada pasangan, anak, keluarga, saudara, sahabat, dan yang lainnya, dan semua itu hanya berlandaskan cinta kepada Allah.

Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, ( QS Al-hujurat : 7 )

Cinta inilah yang suci, menentramkan hati, dan pasti akan menyelamatkan. Karena disini terdapat jaminan perlindungan dari godaan syetan dan hawa nafsu manusia.

Ya Rabb, jadikanlah kami termasuk orang – orang yang mencintaiMu, dan himpunlah kami kedalam golongan orang – orang yang mencintaiMu…

Wallahu ‘alam

Minggu, 01 November 2009

Rindu Rasulullah SAW

Rindu Rasulullah SAW

-->
Engkaulah rasul mulia pembawa pelita jiwa
Engkaulah rasul idola tauladan umat sedunia

Shalawatku kepadamu yang merindu syafaatmu
Dihari yang tak menentu Ya robb kabulkan harapanku

Duhai kekasih Illahi kekasih hati imani
Hadirlah engkau disini walau sekedar dalam mimpi
Kutahu engkau bimbangkan umatmu yang kau tinggalkan
Terjerembab dalam ujian ridhokan seruan syetan
( Rindu rasul, Suara Persaudaraan )

Dalam sebuah kisah Jabir bin Samurah meriwayatkan, “ Aku melihat Rasulullah saw disuatu malam yang berbulan purnama. Waktu itu beliau memakai pakaian merah. Aku berganti – ganti memandang antara beliau dengan rembulan, ternyata beliau lebih indah daripada rembulan.”( HR Tirmidzi )

Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Qabilah binti Makramah ra dikemukakan bahwa, “ Ia ( Qabilah ) melihat Rasulullah saw dimesjid sedang duduk qurfasha ( duduk dengan cara bertumpu pada pinggul, kedua paha merapata ke perut dan tangan memegang betis ).” Qabilah berkata,” manakala aku melihat Rasulullah saw sedang duduk dengan khusyu, maka akupun dibawa takjub karena wibawanya.”( HR Abu daud dan Tirmidzi )

Aisyah ra mengungkapkan,”keluarga Rasulullah saw tidak pernah makan sampai kenyang dua hari berturut – turut hingga beliau wafat.” ( HR Muslim )

Diriwayatkan dari Aisyah ra bahwa ia berkata. “ Tutur kata Rasulullah saw sangat teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehingga mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya.” ( HR Abu Daud )

Abdullah bin Harits ra bercerita,” Tiadalah ketawa Rasulullah saw kecuali tersenyum.”

Demikianlah seuntai kisah kemuliaan Rasulullah saw, tidak ada yang mampu menandingi bahkan menyamainya. Beliaulah teladan yang nyata bagi kita, umat manusia. Sungguh kebahagiaan luar biasa, bagi kita untuk mampu bertemu dengannya, meskipun itu hanya didalam mimpi. Luar biasa.

“Dan sesungguhnya kamu benar – benar berbudi pekerti yang agung.” ( QS Al-qalam : 4 )

Allahumma Shalli ‘Ala Sayyidina Muhhammad, Wa ‘ala Ali Sayyidina Muhhammad….

Senin, 26 Oktober 2009

Muhasabah Nikmat Allah

Muhasabah Nikmat Allah

-->
Tuhan dulu pernah aku menagih simpati
Kepada manusia yang alpa jua buta
Lalu terhiritlah aku dilorong gelisah
Luka hati yang berdarah kini jadi kian parah
Semalam sudah sampai kepenghujungnya
Kisah seribu duka keharap sudah berlalu
Tak ingin lagi kuulangi kembali
Kerak dosa yang mengiris hati

Tuhan dosaku menggunung tinggi tapi rahmat mu melangit luas
Harga selautan syukurku hanyalah setitis nikmatMu dibumi

Tuhan walau taubat sering kumungkir
namun pengampunanMu tak pernah bertepi
bila selangkah ku langkah kurapat padaMu
seribu lengkah Kau rapat padaku
( mengemis kasih, Raihan )

Pernahkah kita berfikir, betapa lemah lembut Allah SWT kepada kita, meskipun kita sering berbuat dosa, dan membuatNya murka, tapi tidak henti - hentinya rahmat mengalir kepada kita. Allah tidak mungkin menyia – nyiakan semua yang telah diciptakannya.

Alam semesta ini diciptakan dengan begitu sempurna, sangat diperhitungkan detilnya, didalamnya diciptakan air, udara, serta berbagai jenis tumbuhan, dan hewan, dan semuanya itu disiapkan oleh Allah untuk kita manfaatkan, sebagai satu – satunya makhluk yang diciptakan Allah dengan akal dan pikiran yang sempurna, belum lagi kemampuan kita untuk bernafas, mendengar, berbicara, merasa, melihat, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya ( Q.S. Attin : 4 )

Setelah semua itu, kita sebagai manusia lupa kepadaNya, lupa akan nikmatNya, lupa akan rahmatNya, lalu setelah kita lupa, apalagi yang akan kita perbuat ? naudzubillah,kita sering melakukan perbuatan dosa baik secara sadar ataupun tidak, terang – terangan ataupun sembunyi, yang pasti Allah yang maha melihat mengetahui semua perbuatan kita. Dan sebaik – baiknya orang yang melakukan perbuatan dosa adalah yang menyadari dan segera bertaubat dengan taubat yang nasuha.

Sekarang mari kita renungkan, setelah Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang sempurna, memberikan rahmatNya kepada kita, dan kita percaya Allah maha melihat, apakah kta masih berani berbuat dosa dihadapanNya ?

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ? ( Q.S. Arrahman : 13 )

Wallahu ‘alam