Jumat, 30 Agustus 2013

mental..???

mental..???


3 bulan.. 4 bulan.. 6 bulan… kapan ya terakhir kali update blog..?? hehe.. but now, I back..!! :D
Bismillah..

Alasan klasiknya adalah, modem rusak.. alasan aslinya adalah, males.. heu
Tapi ngomong2 soal males, saya teringat teman masa kecil saya dulu dan keluarganya. Ia adalah anak yatim, teman saya ini bahkan tidak ingat pasti wajah ayahnya, ia adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Singkatnya sepeninggal ayahnya, keluarga teman saya ini bisa dibilang ada dalam kemiskinan, satu-satunya penghasilan yang diterima hanya dari pekerjaan ibunya sebagai buruh perkebunan. Sebagai gambaran saja, rumahnya mungkin seluas 6 x 7 m, 2 kamar tidur, satu dapur, dan satu ruangan tempat perkakas, tanpa kamar mandi. Ya, ditengah-tengah perkembangan masyarakat ditempat kami, mungkin keluarga tean saya ini yang satu-satunya tidak memiliki kamar mandi di dalam rumah.

Bertahun-tahun lamanya saya tidak bertemu, teman saya (beserta kakak dan adiknya) dititipkan di panti asuhan karena keterbatasan biaya, hanya tinggal anak sulungnya yg tinggal, tapi sekarang keadaan berbeda, mereka telah memiliki kamar mandi, rumahnya telah di perbaiki, dan sepetak tanah kosong telah dibangun ruangan-ruangan baru. Masing-masing anggota keluarga ini telah memiliki penghasilan masing-masing, saudara tertuanya jadi penjual mainan, ia terbilang sukses karena telah bertahan 12 tahun dan membiayai semua kebutuhan keluarga, saudara perempuannya telah menikah, teman saya dan kakaknya yang lain menjadi tekhnisi computer, sementara yang bungsu baru menyelesaikan sekolahnya, dan ibunya masih tetap menjadi buruh perkebunan.

Ada pemandangan luar biasa dalam keluarga ini, mereka tampak bersahaja, bahagia, ceria, sang ibu selalu membawa kehangatan didalam rumah itu, kenapa saya tahu..?? karena dulu saya sangat sering menginap dirumah itu. Mungkin hari ini saya jarang mengunjungi keluarga teman saya ini, tapi saya bersyukur atas karunia yang mereka dapatkan.

Lalu apa kaitannya dengan malas..?? simpel saja, apakah kebahagiaan, keberkahan, dan keberlimpahan, akan datang pada orang malas..???

Semoga catatan ini menjadi pengingat bagi saya untuk terus bersemangat menjalani hari kedepan..

Wallahu a’lam

Selasa, 21 Mei 2013

Quotes ghaib dari orang tuaku..

Quotes ghaib dari orang tuaku..


Eits, lagi-lagi ini artikel jebakan.. hehe.. ini bukan membahas soal hantu ya.. apa lagi penampakan.. bukan.. bukan.. ini hanya soal sebuah quotes atau pesan mutiara yang saya dapat dari kedua orang tua saya. Kenapa pakai kata ghaib..?? karena sebenarnya pesan ini tidak pernah ada, tidak pernah mereka katakana, tidak berwujud dan hanya terngiang-ngiang di kepala, yaaa ini hanya sebagai bentuk husnuzhon kepada mereka, semoga menjadi nilai ibadah di sisi mereka.

Mungkin ini sebenarnya artikel lanjutan dari cerita saya sebelumnya yang berjudul Pendidikan nah disini saya hanya berimajinasi saja tentang “pesan ghaib” mereka itu.

Dulu, orang tua sangat permisif, atau bahkan terkesan membiarkan saya terserah mau jadi apa, terserah mau bagaimana. Tepatnya saatnya menginjak MTS-MA, saya dibiarkan begitu saja, tapi jauh sebelum itu, secara tidak sadar, saya dibekali banyak ilmu dasar (bukan ilmu yang dibangku kuliah yah, ini semacam ilmu buat imunisasi :P ), yang pada akhirnya justru melindungi saya di masa depan yaitu hari ini.

Inilah ilmu itu..
Saya sering bertanya-tanya kenapa ibu saya sangat galak kalau soal ngaji, belajar, akhlak, berkali-kali saya menangis akibat galaknya beliau (atau sayanya yang cengeng, entahlah..), saya sering membantah dengan berkata,”saya kan masih anak-anak..” kadang ibu melunak, tapi setengah jam kemudian.. “ngajiiiii….” *Yaaahhh…
berbeda lagi dengan ayah saya, beliau orangnya pendiam, kadang jadi pahlawan kalau ibu kelewat galak (sebenernya bukan galak sih, tapi agak keras gitu.. sayanya saja yang agak cengeng.. hehe..), tapi beliau sama tegasnya soal sikap, kedewasaan, sepertinya beliau bertanggung jawab soal kepribadian saya sebagai laki-laki, sudah kebiasaan kalau dulu jalan sama bapak, saya selalu terengah-engah, bapak saya kalau jalan cepat banget. Pernah suatu malam saya dimarahi oleh bapak, itu karena saya dijaili oleh teman sampai nangis, saat itu bapak cuma bilang dengan nada keras,”laki-laki gak boleh nangis..!!” disaat teman-teman sebaya saya di belain bapaknya, kalau nangis, saya malah dibentak.. *yaaahhh lagi

hari ini umur saya 22 tahun, banyak prestasi yang berhasil saya raih. Dengan segala kerendahan saya katakan, “ini adalah prestasi kedua orang tua saya..”.
Kini tinggal hanya bapak saya yang ada, dan beliau masih mendidik saya seperti itu, membiarkan saya tumbuh menjadi pria dewasa sesuai dengan jalan yang saya pilih. Ingat obrolan saat saya memilih untuk berhenti kuliah, beliau hanya bertanya, “kenapa berhenti..??” dan tidak mempermasalahkan itu.
sejenak saya merenungi kembali catatan perjalanan saya. Kalau flashback ke usia 13 tahun, Seperti menemukan sebuah pesan tersembunyi yang isinya, mungkin begini..
“nak, menginjak usia remaja ini, kami sudah tak kuasa lagi untuk mendidikmu, mengajarimu membaca, menulis, berhitung seperti dulu. Kamu akan tumbuh menjadi pria dewasa, tentu kamu tak ingin dilihat sebagai anak mama atau anak papa, kamu tidak ingin terlihat seperti anak cengeng dan manja lagi, maka izinkan kami untuk mendidikmu satu hal lagi, mandiri.
Mulai detik ini kami akan melepasmu, kamu tidak dilarang kok untuk pacaran, untuk pulang jam berapa, bahkan tengah malam sekalipun, untuk berteman dengan siapa, tapi satu hal saja, kamu mesti bertanggung jawab dihadapan Allah.

Siapalah kami, tak berhak kami melarang-larangmu, memerintahmu, sementara kami pun masih banyak dosa, kami manusia yang serba kekurangan, karena itu, biarlah kami menyerahkanmu kembali kepada Allah, Dia yang menciptakanmu, Dia yang memberimu rizki, biarlah selanjutnya Dia yang akan mendidikmu, melindungimu, dan mengarahkanmu kejalan yang terbaik.

Nak selanjutnya kami hanya mampu berdo’a semoga kamu menjadi muslim yang sholeh..”

Ya, sampai detik ini pun saya masih berharap atas do’a yang sama.

Saat kecil, setiap kali kedua orang tua saya habis Shalat, lirih namun selalu dikeraskan sebuah do’a khusus, “Robbi habli minasholihiin..”