Selasa, 21 Mei 2013

About Mazhab

About Mazhab


Mazhab, apa yang kamu pikirkan saat mendengar kata ini..?? entah di negara lain, tapi di Indonesia kata ini selalu menjadi buah bibir ditengah umat. Memang berbicara soal mazhab ini kita akan dihadapkan pada perbedaan-perbedaan soal pandangan fiqih, hal ini tentu berdasarkan ushul fiqh yang di terapkan oleh masing-masing mazhab.

Baik, mengawali artikel ini kita pahami dulu apa itu mazhab..?? sederhananya, mazhab adalah pandangan fiqih dari seorang imam yang kemudian diikuti oleh umat. Mazhab berbeda dengan manhaj, mohon koreksi kalau salah ya, manhaj adalah pemahaman aqidah yang pada akhirnya melandasi segala aspek dalam ber-Islam, dan termasuk didalamnya bermazhab, manhaj ada banyak jenisnya, Mu’tazilah, Wahabi, Syiah, Khawarij, dan lain-lain.

Didalam Manhaj Ahlu Sunnah Waljamaah sendiri terdapat banyak mazhab, menurut Sayid Sabiq, dari sekian banyak mazhab itu hanya 4 yang pada akhirnya bertahan dengan pengikut terbesar, sisanya punah atau menciut menjadi mazhab minoritas di komunitas tertentu. 4 Mazhab itu berdasarkan 4 imam mujtahid, yaitu Imam Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali. Dari ke-4 mazhab ini, hanya Imam Hanafi saja yang catatan historisnya agak jauh, sementara 3 Imam yang lain notabene lahir didalam kurun waktu yang sama, serta memiliki catatan historis yang berhubungan ( Imam Hambali adalah murid dari Imam Syafi’I, Imam Syafi’I, pun adalah murid dari Imam Malik )

Sebelum lebih jauh, catatan kehidupan dari 4 orang Mazhab ini sangat luar biasa, mereka terkenal sangat tawadhu, menghindari perdebatan, penuh dengan ilmu, dan amat berakhlak karimah. Hal ini merupakan konsekuensi dari status mereka sebagai imam Mujtahid yang mempertanggung jawabkan atas ilmu, dan pandangan mereka (lebih jauh silahkan dikaji lagi biografi beliau-beliau ini, InsyaAllah sangat menginspirasi..)

Mungkin pertanyaan mendasar, dari 4 mazhab ini mana yang harus kita ikuti..?? mayoritas di Indonesia memang mengikuti Mazhab Imam Syafi’I, dan bahkan beberapa peraturan Pemerintahan pun menginduk kepada Imam Syafi’I, namun meskipun begitu sebenarnya kita berhak memilih Mazhab mana pun yang disukai. Namun untuk menghindari kerancuan ada baiknya bermazhab seperti mayoritas, ya kalau di Indonesia berarti Mazhab Syafi’I, bukan kenapa-kenapa, bayangkan saja bila anda bermazhab maliki, tapi saat konsultasi di KUA dilayani oleh petugas atau ustadz bermazhab Syafi’I, kan repot.

Seringkali ada segelintir orang yang mengatakan kalau bermazhab itu bid’ah, dan berpotensi memecah belah umat, maka diwacanakanlah paham anti-mazhab. Hmmm, mengutip dari Sayid Sabiq, dan KH. Sirajuddin Abbas, pandangan ini amat menyesatkan (silahkan dibaca di pembukaan Fiqh Sunnah dan 40 masalah agama jilid 2). Ingat mazhab itu hanya pandangan untuk mempermudah memahami dalam melasanakan hukum fiqih, pada dasarnya tidak akan ada perseteruan jika antara pengikut Mazhab saling menghormati. Mazhab ini adalah pengertian praktis dari penafsiran atas kaidah Fiqh dari sumbernya yaitu Qur’an dan Hadits, dan serta Ijma’ ulama. Tidak bermazhab..?? rasanya umat belum sanggup untuk menerimanya.

Nah, yang menjadi masalah adalah saat adanya komunitas-komunitas yang taqlid buta, atau bahkan fanatic buta. Padahal semua Imam Mazhab tidak menghendaki hal ini, bahkan ada yang berkata,” tidak berhak seseorang mengikutiku sebelum ia tahu dalil naqli yang menyertainya.” Artinya bagaimana pun juga kita mesti memahami Qur’an, dan Sunnah, sebagai dasar mazhab dan pola yang diterapkan oleh Imam tersebut, (Ijma’ dan Qiyas). 

Wallahu a'lam 

Jumat, 10 Mei 2013

Tuuuu Gaasss

Tuuuu Gaasss

apa yang kamu rasakan saat mendengar kata "tugas.."..?? mungkin ada yang bete, kesel, sebal, tapi mestinya kita harus bahagia dan bersyukur. iya.. iya... idealis..

saya pernah menjadi mahasiswa, dan jangan dikira mahasiswa itu kayak di sinetron yah.. yang tiap adegan cuma datang ke kampus, gaya-gayaan, makan-makan, pacaran, pulang, atau kayak di pemberitaan televisi, mahasiswa itu demooo terus, debaaatt terus, padahal aslinya mahasiswa itu sodaraan erat sama yang namanya tugas. Nah, selama itu pula ada sebagian orang yang ikhlas dengan tugasnya (mengerjakan, laporin ke dosen, dan dapat nilai A), dan ada juga yang gak ikhlas (nggak dikerjakan, diumpetin, bohong, dapat nilai E- dari dosen), pilihannya antara dua ikhlas dan nggak ikhlas, pertanyaannya kalo nggak ikhlas, ngapain kuliah mahal-mahal cuma buat numpukin tugas..???

atau, saya pun pernah menjadi karyawan, dan tepatnya lagi bagian marketing. Kamu pasti tahu kan, yang namanya marketing itu tugasnya bagaimana..?? udah makanan sehari-hari berantem dengan yang namanya target. keoptimalan kinerja kita dinilai dari sejauh mana kita memenuhi, atau setidaknya mendekati target, lagi-lagi kita ketemu hal ini, ada yang ikhlas (dikerjakan sungguh-sungguh, penuhi target, dapat promosi jabatan, plus bonus gaji) dan ada juga yang nggak ikhlas (malas, banyak alesan, gak sampai target, dimaki atasan, dipecat).

hari ini, saya memproklamirkan diri sebagai seorang entrepreneur (gayanya, padahal aslinya pedagang.. :P) dengan maksud meminimalisir tugas itu tadi, eeeehh ternyata di bidang ini pun tetap saja ada tugas. Tugas seorang entrepreneur itu memang nggak ada yang menilai langsung, tapi tetap saja pelanggan, konsumen, dan relasi menuntut keprofesionalan kita sebagai pengusaha, belum lagi strategi marketing, pembukuan, pengeluaran.

The Real of Task, name is Life.

Ya, ilustrasi diatas hanya terjadi dalam sebuah sistem yang sengaja didesain oleh manusia, dunia pendidikan, pekerjaan, dan perdagangan, memang memiliki karakteristik sistem yang menghadirkan serangkaian tugas demi tugas untuk diselesaikan, akhirnya ada punishment dan ada reward, ini hukum baku yang saya yakin disemua sistem ada, tak terkecuali dalam sistem kehidupan.

Semenjak kita terlahir kedunia, kita sudah disuguhi tugas-tugas yang tidak bisa dihindari, baru lahir kita diminta untuk membuka mata, di ajak ngobrol, berdiri, berjalan, berlari, memegang, dan sebagainya, hasilnya..?? ada yang jadi atlet, tentara, pemain bola, penari, dari modal hanya latihan berjalan saat bayi. Bayangkan jika ada orang tua yang bilang," Ya udah nak gak apa-apa, tidur saja gak usah jalan.. susah.." mungkin anak yang sedari bayinya seperti itu, ia akan cacat disaat dewasa kelak.

terus menerus terjadi perkembangan, seiring penambahan usia, pola fikir, dan ilmu, setiap tugas akan bergerak meningkat dinamis. Tugas SD tidak mungkin sama dengan tugas di SMA, tugas seorang guru tidak akan pernah sama dengan tugas tentara, tugas OB tidak akan sama dengan tugas direktur, semua ada porsinya, semua ada tingkatannya, begitu pun dengan "bonus" dan "hukuman" nya, ada bagian-bagiannya tersendiri.

maka bersyukur buat kamu yang hari ini sedang dihajar terus-menerus oleh berbagai tugas, dari mana pun itu, karena itu berarti kamu sedang diuji, di upayakan kebaikannya oleh Allah untuk bersegera menjadi pribadi yang baik hatinya.

Sahabat saya yang baik hatinya, izinkan saya untuk berkata dan mengajak mari kita bersyukur, mensyukuri segala tugas yang ada dihadapan, ikhlaskan diri, dan pantas diri atas reward yang telah disiapkan Tuhan.

Supeerr sekali.. :P

Wallahu A'lam