Selasa, 02 April 2013

  Shalat jumat 29 Maret 2013, Mesjid AtTaqwa Kebayoran Baru.

Shalat jumat 29 Maret 2013, Mesjid AtTaqwa Kebayoran Baru.


-        Pagi hari, saya sudah ada dijalan lagi. Kali ini menuju kesebuah masjid di daerah jl. Sriwijaya keb. Baru. Ini terkait dengan undangan ust. Yusuf Mansur untuk menghadiri shalat jumat tersebut dengan di imami oleh Syekh Imam Al-Ghamidi, Imam Besar masjidil haram dan Nabawi.

Pukul 10 pagi akhirnya saya tiba di masjid tersebut, siapa sangka, ternyata masjid sudah hampir penuh. Seselesainya sarapan, saya tidak membuang waktu untuk segera menmpati posisi strategis, belum lagi saya teringat belum bertilawah Kahfi pagi itu. Berusaha merangsek kedepan, akhirnya hanya dapat dibarisan shaf tengah, jam 10 pagi masjid sudah hampir penuh setengahnya, hmmm.. sebuah kejadian langka di Indonesia.

Shalat dhuha, Tilawah Kahfi, Yasin, hanya menghabiskan waktu sampai jam 11, dan masjid sudah hampir penuh sesak. Saya perhatikan sekeliling ada yang menghabiskan waktu dengan tilawah, dzikir, shalat sunnah, beristirahat selonjoran, dan tak sedikit juga yang mengotak-atik gadgetnya masing-masing. Ya, tidak heran juga, sebab ini termasuk peristiwa yang amat bersejarah dalam kehidupan masing-masing, bayangkan saja, sengaja shalat di Mesjid Nabawi dengan ongkos seharga belasan juta (umroh) atau puluhan juta (haji), kita hanya bisa shalat entah di shaf keberapa puluh ke belakang, entah berapa jauh dari imam, boro-boro bisa lihat imamnya, punggungnya saja sulit, tapi hari ini kita berjamaah dan hanya berjarak beberapa meter saja dari imam, luar biasa. pantas, jika ramai-ramai pasang status, twit, atau mungkin blog dengan isi serempak.. “lagi di attaqwa nih, sholat bareng yusuf Mansur sama syekh alghamidi..”

Akhirnya tiba saatnya, semakin lama saya semakin terjepit setelah berhasil merangsek terus kedepan akhirnya saya menempati shaf ke 9 mungkin. Pengumuman dari pengurus masjid, Adzan pertama, shalat sunnah, sampai tiba Adzan kedua disusul khutbah dari Ust. Yusuf Mansur ( saya tidak akan menceritakan isinya silahkan langsung saja akses ke youtube berikut..)


Baru 5 menit khutbah berjalan air mata sudah bercucuran, terbayang megahnya Nabawi, megahnya Mesjidil haram, terbayang Roudhoh, Subhanallah. Khutbah Ust, Yusuf Mansur berhasil membangkitkan visi saya, berangkat haji..!!

Setelah terbawa visi, dan emosional mendengar khutbah yusuf Mansur. Kini tiba saatnya alghamidi, berdiri mengimami shlat jumat. Sayup-sayup terdengar takbiratul ihram, mengalun alfatihah, dan baru sampai “Maliki Yaumiddin..” hampir bisa dipastikan tidak satu pun jamaah yang tidak menangis. Semua terisak-isak, alunan ayat demi ayat terus mengalun.

Ya Allah…


Kematian

Kematian


Sepulang dari Mesjid AtTaqwa, Kebayoran baru, saya menginap didepok, tepatnya dirumah saudara. Hari itu memang saya merasa lelah luar biasa, setelah bercengkerama dengan keluarga disana saya segera beranjak istirahat, mempersiapkan diri untuk acara wisuda akbar besok di Gelora Bung Karno.

Siapa sangka, malam itu akan menjadi malam yang panjang. Awalnya seperti biasa tidak mudah untuk terlelap disana, saya yang terbiasa ditempat dingin, mesti berjibaku dengan gerah, dan panas yang luar biasa. pukul 11 malam, saya masih terbangun, lelah, namun tak kuasa me-nyaman-kan diri dalam situasi panas seperti itu. Pukul 12 malam, perlahan kondisi saya semakin tidak nyaman, tiba-tiba ada rasa dingin menyergap, tidak lama dada pun terasa berat.

Pukul 1 malam, tiba-tiba saya merasakan sakit di sekitaran dada, serasa diremas, semakin lama semakin menyakitkan. Rasa itu terus menjalar, sampai ke bahu, tangan, dan perut. Nafas semakin berat dan rasa mual, serasa tersedak di ulu hati. Pukul 2 sakit itu mencapai klimaks, saya tidak sadar selama 10 menit, dan mulai berhalusinasi. Ada sebuah sosok yang terus mengintai dari jauh, matanya tajam, gelap, dan hitam, namun tak bergerak sedikit pun. Dalam diamnya, ia terus mengintai, seperti seakan siap untuk menyergap.

Pukul 02.30, saya tersadar kembali, ditengah rasa sakit itu saya mulai bangun dan mengatur nafas, sangat susah sekali, tapi berhasil menenangkan sejenak dan meredakan sakit meski sebentar. Tiba-tiba saya teringat akan gejala serangan jantung, kurang lebih gejalanya sama dengan yang saya rasakan ini, masyarakat lebih mengenalnya dengan angin duduk, karena memang rasanya seperti masuk angin.

Teringat akan kasus angin duduk, beberapa kerabat pun meninggal dunia akibat ini. Mulai berkecamuklah pikiran dikepala, antara pergi ke dokter, atau… ah. ditengah sakit, saya memaksa bangun, dengan agak terhuyung mengambil air wudhu, dan melaksanakan shalat tahajud. Bayang-bayang kematian itu seperti sudah didepan mata, membayangkan kematian disaat wudhu, sujud, atau… sebelum itu. Susah payah shalat dan setelah itu saya tergeletak di lantai.

Pukul 03.30 keponakan dan kakak saya, menyambangi kamar, keadaan sudah mulai membaik, saya sudah mulai bisa mengendalikan nafas, dan esekali hanya mengusap dada yang masih terasa sakit. Keadaan berangsur membaik, namun tetap baying-bayang kematian itu terus menghantui, bayang-bayang kematian saat shalat shubuh, atau dalam perjalanan, atau tiba-tiba tersungkur di GBK.

Di tengah bayang-bayang itu, anehnya, saya seolah menjadi siap menyambut kematian. Kapan pun, bagaimana pun juga saat Allah memanggil saya harus siap.

Apa yang ingin saya ceritakan bukan hanya sekedar pengalaman saja, namun hikmah lebih jauh. Saat kita tersadar kematian itu senantiasa mengintai, semestinya kita pun semakin siap dengan perbekalan yang ada. Kematian tidak menunggu taubat, apa yang saya alami bukan kasus kematian yang “diundur”, tetapi ini hanya peringatan saja. Saat ajal benar-benar tiba, siapa pun tidak sanggup menangguhkannya.