Sempat ramai kasus TNI vs Polisi tempo hari, sampai berujung pembakaran kantor polres di sumut sana. Meski tidak ada korban jiwa, namun kerusakan bangunan, serta kendaraan operasional tidak terhindarkan, dan yang lebih parah tentu saja nilai integritas dari kedua institusi ini.
Merunut jauh kebelakang, kasus ini dimulai ketika ada
seorang anggota TNI yang tewas tertembak oleh anggota kepolisian januari silam.
Setelah 2 bulan lebih kasus tersebut berjalan, pihak TNI mendatangi polres guna
mempertanyakan kelanjutan kasus penembakan tersebut. Namun, dikarenakan jawaban
yang diberikan pihak kepolisian tidak cukup memuaskan, anggota TNI pun kalap
dan merusak semua yang ada di polres tersebut.
Sebenarnya kasus serupa bukanlah hal yang aneh, gesekan antara
TNI dan Polri sudah seringkali terjadi terutama di tempat-tempat tertentu. Ada
dua alasan kenapa gesekan ini terjadi, pertama
dualisme TNI dan Polri yang terjadi semenjak reformasi silam, yang
memisahkan kedua institusi ini. Kedua saat
terjadi gesekan kepentingan-kepentingan pihak yang tidak bertanggung jawab,
perhatikan notabene kasus-kasus serupa terjadi didaerah-daerah yang dikuasai
perusahaan-perusahaan yang menggunakan lahan-lahan besar, seperti perkebunan
sawit. Untuk menjaga keamanan, bahkan memenangkan persaingan, maka digunakanlah
dua institusi ini untuk melancarkan kepentingannya. Maka tidak jarang pula, jika
gesekan-gesekan ini memang terjadi akibat ulah pihak ketiga.
Sebuah instrument hukum yang kelabu
Seharusnya dualisme itu tidak terjadi saat TNI maupun Polri
professional dalam mengemban tugas-tugasnya. Dua institusi ini meskipun
memiliki kesamaan fungsi, namun terdapat pula perbedaan karakteristik yang
mestinya saling melengkapi. Entah ada atau tidak sebuah aturan yang
menyebutkan, melindungi siapapun yang
mampu membayar lebih mahal. Saya hanya orang awam, namun ini sudah bukan
rahasia lagi saya kira, buktinya bagaimana dua institusi ini bisa dimanfaatkan
sedemikian rupa sampai terjadi konfrontasi seperti ini.
Saya tidak ingin jauh menelisik kasus ini lebih dalam, namun
pahamilah rakyat hampir sudah tidak percaya lagi dengan TNI apalagi polisi.
Jika merunut kembali daftar dosa polisi, Jendral yang ditangkap KPK karena
korupsi milyaran, polisi yang terus-menerus “bertengkar” dengan KPK, polisi
yang seringkali menagih uang lebih untuk adminsitrasi hanya untuk BAP, dan
tentu saja polisi yang melipat-lipat uang dijalanan dengan dalih “tilang”.
Wallahu a’lam
Dilema Polisi
4/
5
Oleh
hadad