Sabtu, 31 Desember 2016

2017, tahun macam apa ini?

Tahun 2017 ? Siapa sangka usia kita sampai hingga saat ini. Banyak cerita, iya kan?

Oke tahan dulu semua ceritamu, karena banyak yang harus kita persiapkan tahun depan. Betul?

Baik, intinya semua yang akan kita jalani di tahun yang baru harus di awali dengan keinginan memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas diri.  Kenapa? Karena tantangan akan menjadi semakin lebih berat, sementara cita-cita akan diuji komitmennya, keseriusannya, dan kekuatannya.

Perbaiki apa saja tahun lalu yang dirasa masih ada kekurangan. Jika kita konsisten dengan perbaikan itu, wow pastilah kesuksesan itu dapat segera diraih.

Oke kita lanjut berbicara teknis, siapkan alat tulisnya anak-anak..!!

Resolusi..!! Apa resolusimu tahun depan?

Catat setiap target dan tentukan skala prioritasnya. Urut dengan skala realistisnya, yang paling mungkin diwujudkan dengan biaya murah, dan yang paling sulit dengan biaya yang lebih mahal.

Setelah dapat datanya, nah kita bisa menyusun strategi terbaik untuk meraihnya. Mulai dari mana yang bisa kita segerakan, sampai mana yang bisa kita tunda. Bahkan mungkin saja ada beberapa resolusi yang harus di hapuskan karena tidak mungkin untuk diwujudkan.

Terakhir, jangan berhenti hanya di pergantian tahun saja. Coba evalusi kembali secara berkala setiap resolusimu dengan rentang waktu tertentu, bisa sebulan sekali atau beberapa bulan sekali.

Dan tidak kalah penting..!! Jangan merayakan pergantian tahun baru.. Jangan pernah..!!

Kenapa..??

Jangan pernah..!!

Jepp..

Sabtu, 05 Maret 2016

Menjadi Sukses ? Ini yang Harus Kita Renungkan

Menjadi Sukses ? Ini yang Harus Kita Renungkan

“Prof. Anu, lulus sekolah tahun 1997, kemudian melanjutkan S1 hingga lulus tahun 2001 dan S2 pada tahun 2004. Mendapat gelar professor di usia yang relatif muda yaitu pada umur 30 tahun. Telah membangun kerjaan bisnis sejak remaja, hingga kini berhasil meraih omzet milyaran rupiah per pekan.”

Sejenak ketika kita melihat biografi orang-orang sukses, mungkin kita akan sedikit menghela nafas. Perjalanan hidup mereka seakan mudah, dan terkonsep hanya untuk kesuksesan, dan terkadang tidak jarang pula berbanding terbalik dengan yang kita alami saat ini.

Perjalanan yang terlihat nampak sederhana itu setidaknya berhasil memukau kita. Yah meski perjalanan hidup yang sebenarnya tidak mampu kita baca secara utuh hanya sekedar dari beberapa kalimat saja bukan.?

No Pain No Gain

Tidak ada kesuksesan tanpa perjuangan, mungkin itu kalimat yang tepat untuk tetap menyadarkan kita bahwa segala sesuatu itu membutuhkan usaha. Entah maksud apa yang ingin di sampaikan oleh banyak orang penulis biografi orang-orang sukses, yang pasti kita nampaknya harus tetap membumi.

Kenyataannya, dan saya yakin 1000% bahwa berbagai kesuksesan yang telah seseorang raih itu pasti didapat setelah melalui berbagai perjuangan dan kendala. Ini adalah sebuah mekanisme kehidupan, sebuah sunnatullah yang pasti terjadi pada setiap diri manusia yang telah Allah tentukan kadarnya.

Dari ilustrasi diatas saja misalnya, kita tidak bisa meraih informasi yang sempurna terkait apa saja hal yang terjadi sepenjang usia mudanya. Pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana kondisi kekayaan keluarganya, kondisi mental atau IQ-nya, berapa kali mengalami kegagalan, depresi dan frustasi, dan berbagai pertanyaan lainnya. Kita akan mengira-ngira berbagai hal yang mungkin saja telah ia alami demi meraih kesuksesannya tersebut.

Katakanlah ini merupakan sebuah prasyarat yang harus kita tempuh demi meraih kesuksesan yang di inginkan. Karena itu, saya pribadi senantiasa menggunakan sebuah teks biografi sederhana itu hanya sebatas motivasi atau bahkan hanya sekilas info saja.

Kesuksesan Berlandaskan Tauhid

kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.
 
Q.S. Surah Ali Imran Ayat 89

Dari penggalan ayat diatas, dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lainnya telah menjelaskan bagaimana kedudukan manusia di hadapan Allah. Bagaimana kedudukan dan hak yang dimiliki oleh makhluk di hadapan Sang Khalik sebagai pencipta dan pengatur dari segala sendi kehidupan.
Maka ketika berbicara terkait aqidah, maka kita mengenal kata-kata seperti Takdir dan Nasib, Lauh Mahfuz, dan ketentuan-ketentuan lain yang sifatnya absolut disisi Allah. Meski ada berbagai variabel kemungkinan yang memungkinkan perubahan yang terjadi, namun hakikatnya kemungkinan itu pun telah menjadi bagian dari yang telah Allah tentukan.

Sebuah ilustrasi sederhana, dari para sahabat rasulullah misalnya, Abdurrahman bin Auf adalah salah seorang sahabat yang terkenal karena kekayaannya. Dalam peristiwa hijrah pun diceritakan bahwa, Abdurrahman bin Auf telah rela meninggalkan semua harta kekayaannya di Mekah. Akan tetapi, apa yang terjadi setibanya di Madinah ? tidak berselang lama, Abdurrahman bin Auf pun berhasil kembali menjadi orang kaya setelah menguasai perekonomian di Madinah. Sebuah hadist mengatakan, seandainya Abdurrahman bin Auf itu berjalan, maka ketika ia menunduk seolah-olah ia dengan mudah menemukan emas sebesar biji kurma. Hal ini adalah perumpamaan bagaimana Allah begitu memudahkan kekayaan itu bagi Abdurrahman bin Auf.

Namun, tentu timbul pertanyaan, lantas apakah sahabat Nabi yang lain yang miskin, hal itu disebabkan kelalaian dan kemalasan ? Sebagai sebuah komunitas yang hidup paling dekat dengan Rasulullah nampaknya hal itu bukanlah sebuah karakter yang ideal. Kita tahu bagaimana beratnya perjuangan Rasulullah dan para sahabatnya dalam menegakan agama ini. Maka satu jawaban yang pasti untuk menjawab ini adalah, hal tersebut adalah takdir dari Allah SWT.

Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
Q.S. Surah Hud Ayat 6

Korelasi antara Takdir dan Ikhtiar

Sebelum lebih jauh saya ingin mengingatkan, bahwa bagi kaum muslimin, duniawi dan segala hal yang bersifat materi bukanlah tolak ukur kesuksesan. Kita memahami jika dunia dan segala hal materi tersebut hanyalah sebuah pencapaian ikhtiar guna melanjutkan ke tahap kesuksesan yang lebih hakiki yaitu Syurga.

Karena itu, setelah kita memahami tentang takdir dan berbagai hal yang telah Allah tentukan dalam kehidupan kita, maka kita akan mengupayakan sebuah pencapaian ikhtiar yang terbaik yang bisa di upayakan. Gelar profesor bukanlah sebuah tolak ukur kesuksesan, akan tetapi bagaimana dengan gelarnya tersebut bisa menjadikannya sebagai manusia terbaik yang bermanfaat bagi umat, atau kekayaan itu bukanlah tolak ukur akan sebuah kesuksesan, akan tetapi bagaimana dengan kekayaannya tersebut bisa menjadikan pribadi yang dermawan dan berkontribusi terhadap berbagai perjuangan islam.

Nah, dengan demikian, seorang muslim akan memahami jika takdir dan ikhtiar yang tengah ia jalani sejatinya adalah sebuah jalan untuk meraih “kesuksesan-kesuksesan kecil” dan akan mengantarkannya ke kesuksesan yang lebih besar.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Q.S. Al Ankabut ayat 2
 

Wuah ngantuk..
Belum beres.. nanti lanjut lagi...