Belajar Rendah Hati
Muhasabah tafakurSebenarnya sudah beberapa minggu ini kepikiran untuk
menyusun artikel ini, tapi karena banyak pertimbangan, akhirnya terus molor..
bukan kenapa-kenapa ini termasuk isu yang sensitive. Tertarik untuk membahas
hal ini adalah disaat mendengar kajian Ma’rifatullah yang setiap malam jumat
(kamis malam) dilaksanakan di masjid DT, pimpinan Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym.
Nah, di suatu kesempatan, Aa Gym berkesempatan menerima
tamu, Syeikh Rajab namanya. Ya namanya juga syeikh pasti seorang yang
terpercaya ilmu dan kapasitas ucapannya. Tipikal Syeikh, dan tipikal
orang-orang berilmu lainnya juga saya kira, beliau orang yang sangat thawadhu,
sangat rendah hati.
Kali ini Aa memulai kajian dengan memanjatkan do’a serta
pujian, belum apa-apa isak tangis sudah mulai terdengar, Subhanallah, Air mata
yang bagi sebagian orang sangat mahal. Beruntung bagi Aa Gym yang amat mudah
meneteskan air mata, dalam penyebutannya akan nama Allah, ini bukan sebuah air
mata yang sia-sia Insya Allah.
Nah, disaat mulai kajian ma’rifatulloh tersebut terjadi
dialog antara Aa dan Syeikh Rajab. Dialog antara syeikh dan Aa yang sangat
terkesan dan memoriable, dalam bahasa arab tentu nya..
“Silahkan Syeikh,anda tausiyah..”
“jangan saya.. anda saja.. saya kesini sengaja untuk belajar
dari anda..” mendengar kalimat ini saya, hati saya bergetar.. Ya Allah betapa
rendah hatinya beliau.
“jangan begitu syeikh.. siapa saya.. nggak pantas saya
tausiyah dihadapan anda..” Ucapan Aa mulai bergetar, saya turut merasakan
getaran itu, siapa juga orang yang mampu berceramah dihadapan orang sekaliber
syeikh, ini seperti disuruh presentasi kajian ilmiah dihadapan professor, hanya
lebih berat.
“jangan.. jangan.. anda yang lebih berhak.. saya adalah
murid anda kali ini..” lagi-lagi syeikh Rajab menggambarkan kerendah hatiannya
yang luar biasa.
Aa terdiam, dan mulai tausiyah tapi hanya 10 menit, setelah
itu Aa berhenti, dan tidak sanggup melanjutkan. Terjadi keadaan seperti itu,
menyadari aa yang sudah mulai tak sanggup berkata-kata, Syeikh Rajab mengambil
suara,
“Subhanallah, inilah yang saya kagumi dari Aa Gym, beliau
amat rendah hati, kelembutan hatinya mencerminkan betapa dia amat mengenal
Allah, amat menyadari bahwa diri ini tidak ada apa-apanya dihadapan Allah, maka
pantas jika sebut beliau sebagai Wali Allah…” terdiam sejenak.
“banyak orang menyangka apa yang saya katakan ini hanya
basa-basi, memuji tanpa arti, tidak..!! seumur hidup saya, saya tidak pernah
memuji seseorang pun langsung dihadapannya.. seumur hidup saya baru kali ini
saya memuji orang langsung dihadapannya.. Aa Gym memang pantas..”
Saya sendiri mendengar pernyataan ini terdiam sejenak,
Subhanallah, sebuah pelajaran tentang kerendahan hati dari dua orang sosok
besar.. dua orang yang telah berjasa dalam perjuangan penegakan Syiar dakwah di
dunia. Membandingkan diri ini yang begtu hina, kerdil, dan lemah, ah bodoh
sekali jika masih ada rasa sombong dalam hati.
Kajian tersebut selesai 15 menit lebih cepat dari biasanya,
sampai akhir kajian Aa Masih terdengar speechless, terasa sekali thawadu-nya,
semoga Allah memuliakan mereka berdua.
Wallahu a’lam