Jumat, 08 Maret 2013

Oh Lele..

Oh Lele..


Di halaman belakang rumah, ada sebuah sumur yang tidak terurus, memang keluar air sih, tapi kualitasnya agak buruk. Setelah terbengkalai cukup lama, akhirnya saya memutuskan memelihara beberapa ekor lele disana, dengan harapan semoga kualitasnya menjadi lebih baik (agak bodoh gak sih..??)

Beberapa hari kemudian, kualitas air malah semakin buruk, beberapa ekor lele pun menjadi korban tewas mengenaskan..hmm.. akhirnya, saya memutuskan untuk “menyelamatkan” sisa lele yang ada. Mulailah saya persiapkan peralatannya, sebuah jaring, dan tongkat. Karena sumur itu dalamnya hampir 5 meter, proses evakuasi pun berjalan alot (kayak berita aja..). 15 menit tengkurep dimulut sumur, ngubek-ngubek isi sumur, hasilnya gak ada satu pun lele yang tertangkap. Padahal secara stastitik mestinya ada 6 ekor lele yang numpuk didasar sumur.. (halah gini jadinya kalau professor disuruh nangkep lele.. kebanyakan teori..)

Ya sudahlah, saya menyerah dan rencananya mau dilanjut besok saja. Nah, sore tadi kepikiran, kenapa gak ada satu pun lele yang tertangkap ya..?? iseng-iseng ngehayal, mungkin ini yang terjadi didasar sumur..

Lele A :“Eh awas lo, tuh si hadad mau nangkep kita..”
Lele B :”ah masa..??? ya elah, udah idup susah gini masih mau ditangkep aja kita..??”
Lele C: ” ya mo gimana lagi, lha emang kita enak buat digoreng, dibikin pecel noh kayak di pasar..”
Lele D:”yang pake sambel goreng itu ya..???”
Lele E: “huss lo malah ngebayangin sih.. terus gimana nih.?? Mending kita ditangkep, terus digoreng, atau kabur aja nih..??”
Lele F:”Ya elah.. pake Tanya lagi… ya lari lah.. kita,, meskipun lele.. mesti punya harga diri.. enak aja udah disimpen disumur bau, eh sekarang malah mau digoreng.. enak aja..” (kayaknya lele ini yang paling benci sama saya..hmm)
Lele A :”tuh si hadad dataaannggg….!!kabuuuurrrr….!!!!”
Dan akhirnya ke 6 ekor lele pun lari terbirit-birit mencari persembunyiannya masing-masing.

Kalau bener ini yang terjadi alangkah buruknya prasangka mereka, padahal niat saya nangkep lele adalah untuk menempatkan mereka di akuarium di rumah. Kan hidup lele pun jadi lebih baik, dan terurus dari pada di sumur yang bau itu. Besok InsyaAllah, saya akan lanjutkan usaha menangkap lele, kalau masih susah juga terpaksa deh pake bom ikan………………………………. Becanda deh.

Hikmah

Sahabat, entah berapa sering kita berperilaku seperti lele tadi. Terkadang banyak berkilah atas semua hal yang terjadi dalam hidup kita, keras kepala, dan sombong, padahal jika diperhatikan, Allah itu Maha Penyayang lho. Banyak dari kita hobi mengeluh, meratap, atau bahkan mengutuk takdir, padahal, Allah tahu yang terbaik untuk kita. Allah berkali-kali memberi kesempatan untuk kita agar keluar dari keadaan buruk, dan susah, tapi kenyataanya kita malah bandel untuk tetap disana.

Sudahlah, mari kita bertawakal, ikhtiar secukupnya, bukan berarti pasrah, bukan pula menganggap ikhtiar adalah segalanya, sampai melupakan kehendak Allah. Jika ikhtiar sudah optimal, dan ternyata keinginan kita belum terwujud, percayalah Allah tahu yang lebih baik untuk kita.

Mau lele goreng..?? J

Kamis, 07 Maret 2013

RUU Ormas vs Minoritas..??

RUU Ormas vs Minoritas..??

Pagi ini sarapan dengan rangkaian dialog sebuah stasiun televisi swasta yang membicarakan tentang RUU ormas. Berbagai analisa disampaikan, dari berbagai sudut pandang, dan jika dilihat dari perspektif demokrasi, RUU ini adalah bukti kemunduran. Kenapa..?? karena, RUU ini sama saja seperti orde baru, memberikan kuasa penuh kepada pemerintah untuk mengendalikan ormas-ormas yang ada.

Saya tidak ingin terjebak dalam perdebatan ini, ada beberapa hal yang menjadi poin khusus dalam isu ini. Tentu saja perseteruan antara mayoritas dan minoritas. Bagi saya, Indonesia ini bisa dikatakan sebagai satu-satunya Negara yang menganut “demokrasi total” atau demokrasi kebablasan, bagaimana tidak, didalam pemilihan saja, satu orang memiliki satu suara, bayangkan jika ribuan orang berbondong-bondong memilih dan mendukung kemunkaran..?? jika dihalang-halangi, dituduhlah anti-demokrasi. Tapi, uniknya dalam isu kali ini, justru minoritas lah yang berkuasa.

Bagaimana ini bisa terjadi..?? ada hal unik lain di Indonesia, dimana minoritas disini bisa bersuara lantang, bahkan bisa menggulingkan mayoritas jika mereka mau. Aneh memang, karena ini justru berbanding terbalik dengan fakta “suara terbanyak” di ilustrasi diatas. Biasanya HAM adalah kekuatan dibalik pergerakan minoritas ini, faktanya di Negara-negara yang berpredikat maju pun, tidak ada yang menyamai system di Indonesia.

Sebuah contoh kasus, di Negara-negara Eropa dan Amerika, yang notabene Kristen, mungkin sangat tidak asing jika melihat gereja, tapi untuk mencari masjid..?? sulitnya minta ampun.. beberapa kesaksian perantau mengatakan di Italia hanya ada ruangan musholla sebesar 4x4 m sejauh 20 km dari rumah, di Jerman para Mahasiswa terpaksa shalat di ruang ganti baju jarena ketidak tersediaannya ruang sholat, dan bahkan di Jakarta sendiri, beberapa gedung pencakar langit bahkan tidak menyediakan ruang sholat. Berbeda dengan di Indonesia, GKI Yasmin misalnya, penduduk sudah menolak, MA sudah melarang, Mayoritas sudah mengambil keputusan, tetapi apa yang terjadi..?? minoritas tetap memaksa, sampai di trotoar-trotoar, dan sampai menuntut “keadilan”, di sebuah Negara “yang katanya” demokrasi, kenapa suara mayoritas justru dibungkam dan pemerintah justru impoten..??

Maka sebenarnya, isu RUU ormas ini pun efek dari perseteruan minoritas vs mayoritas. Ada beberapa kelompok ormas yang berusaha mengakomodir kepentingan mayoritas, meluruskan, dan menegakkan keadilan yang tepat, tapi bagi pemerintah (yang disetir minoritas) justru ini sebuah tindak kekerasan, bahkan dianggap separatis, lantas pemerintah mengeluarkan RUU Ormas, sebagai bentuk pengebirian atas kepentingan suara mayoritas. Padahal, separatis yang nyata justru berasal dari minoritas, OPM, RMS, bahkan kisah tempo dulu Timor Timur, bukankah mereka semua minoritas..??

Ah artikel ini mengingatkan artikel dulu yang pernah dibuat, apakah ini sebuah konspirasi penghancuran Islam di Indonesia..??
Wallahu a’lam