Jumat, 17 Februari 2012

sabar...

bismillah,
manusia terlahir lemah, sedangkan masalah silih berganti datang. hmmm... kira-kira jika kita sendiri apakah sanggup menyelesaikannya..?? saya rasa tidak.. . kita harus akui kelemahan kita, sekaligus mengakui bahwa ada tempat lain sebagai sandaran saat kita tertekan karena masalah. Ya, Dialah Allah, Maha Penolong.

saat Rasulullah merasa tertekan akibat masalah, maka beliau memanggil Bilal, dan bersabda," Hiburlah kami wahai Bilal ( dengan adzan )." inilah bukti nyata pengakuan kita lemah, dan Allah lah sandaran saat tertekan, shalat. ya, perhatikan ayat di bawah ya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ

" Hai orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat."

tidak ada sabar yang diam. mungkin itu kalimat yang meggambarkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim. sabar tidak hanya diam, mintalah pertolongan, jangan sok kuat, sok tabah, sok cool ( apa kaitannya ya..?? ) tanpa meminta pertolongan dari Yang Maha Penolong. nah hati-hati lho, kalau kita tidak minta tolong, dengan pura-pura sabar, jatuhnya bisa masuk ke sifat sombong, atau tahu sifat siapa..?? sifat iblis, naudzubillah.

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
"Sesungguhnya Allah senantiasa beserta orang-orang sabar"

suatu kalimat peneguhan yang hebat..!! bayangkan, Allah bersama.. saya tegaskan BERSAMA.. orang-orang yang sabar. maka pada saat itu, Allah tidak akan membiarkan mereka tertekan begitu saja, pasti ada pertolongan Allah bersamanya.

sabar ada batasnya..?? hmmm, pola pikir yang berbahaya bagi seorang muslim. perhatikan ayat diatas sekali lagi, jika sabar kita hilang atau habis, berarti.. Allah sedang menjauh dari kita, naudzubillah, kalau Allah sudah jauh, mau sama siapa lagi kita minta tolong.

udahlah jangan bandel, sabar..!! harus sabar..!! kemudian shalat dan minta tolong, sekali lagi, minta tolong..!!

sebuah hadits, layak kita renungkan,

Khabab Ibnul Arts r.a. berkata,"saya mengeluh kepada Nabi saw. yang ketika itu sedang tidur-tiduran berbantal sorban disamping Ka'bah. maka, kami berkata, 'apakah engkau tidak memintakan tolong untuk kami, ? apakah engkau tidak mendo'akan kami?' maka Nabi bersabda,'sungguh telah terjadi sebelum kamu orang yang diambil kemudian di pendam ( ditanam ) di dalam bumi, kemudian didatangkannya kepadanya gergaji yang diletakkan diatas kepalanya dan di gergaji kepalanya, maka terbelahlah menjadi dua. dirinya juga disisir dengan sisir yang terbuat dari besi yang kemudian terlepaslah daging dari tulangnya. dan, orang ini disiksa dengan siksaan seperti itu tetapi ia tetap teguh dengan agamanya. Demi Allah, Allah akan menolong semua penderitaan ini sehingga orang yang mengendarai unta dari san'a (ibu kota Yaman) hingga ke Hadramaut tidak merasa takut kecuali kepada Allah, dan takut serigala terhadap domba-dombanya. akan tetapi kamu tergesa-gesa."

Wallahu'alam

dikutip dari Kitab Tafsir Fizhilalil Qur'an

Kamis, 16 Februari 2012

inilah cerita sebuah roda


 “kehidupan berputar layaknya sebuah roda..”

Sebuah pepatah umum saya kira, tentang pemahaman kita tentang kehidupan. Roda ini berputar, jika kita berada di satu titik dalam garis lingkar roda tersebut, maka ada kalanya kita berada diatas, dan sewaktu-waktu di bawah. Tapi yang ingin saya ceritakan disini adalah tentang imajinasi saya, terkait roda kehidupan.

Bayangan pertama yang terdapat di kepala tentang roda adalah, roda yang berputar. Timbul pertanyaan, apakah roda itu berputar pada porosnya, semisal katrol diam, atau roda yang bergerak menggelinding. Saya membayangkan jika roda itu berputar pada poros dan diam, alangkah monotonnya hidup ini, hanya berputar di tempat yang sama, jatuh bangun di tempat yang sama, ah membosankan. Maka jika saya bisa memilih roda kehidupan, saya lebih baik memilih roda menggelinding. J

Bayangan kedua, jika roda itu menggelinding, berarti bergerak dalam sebuah medan, sebuah landasan. Nah, permasalahannya landasan itu tidak akan selamanya mendatar, dan lurus, pasti akan banyak ditemukan belokan, tanjakan, dan turunan, bahkan jurang atau tebing pun pasti menghadang. Hal ini melahirkan, bayangan saya berikutnya, mungkinkah jika kita yang berada di garis lingkar roda itu memiliki kendali, semacam stir ? jawaban saya, bisa saja. Ralat jika salah, mungkin ada korelasinya dengan pepatah arab, man jadda wa jadda..!! berarti kita bisa mengendalikan kehidupan, syaratnya hanya satu sungguh-sungguh.

bentuk sesuai dengan medan dan kebutuhan
Bayangan berikutnya, adalah jenis roda yang kita “tumpangi” dalam perjalanan menggelinding tadi. Apakah roda itu berjenis yang bisa menaiki bukit, atau jenis yang bisa berenang, atau yang standar, atau yang seperti apa ? jenis roda ini akan mempengaruhi perjalanan roda tersebut. Dalam perspektif saya, inilah kemampuan, potensi, sumber daya yang kita miliki untuk menjalani kehidupan, seoptimal mungkin, dan semaksimal mungkin. Permasalahannya, jika kita tidak tahu jenis roda seperti apa yang kita tumpangi, kita memaksanya untuk mendaki bukit, padahal roda kita tidak sanggup, dan sebenarnya ada jalan yang mendatar, hanya saja memutar lebih jauh. Ini terjadi pada orang-orang yang tidak mengetahui potensi yang terdapat pada dirinya, akibatnya, ia hanya bekerja dan berkutat dalam satu hal tanpa memperoleh hasil, padahal jika ia memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya, hasil berupa kesuksesan itu pasti diraih.

Bayangan selanjutnya, dalam bentuk sebuah roda pasti terdapat dua sisi, seperti uang logam. Maka jadilah dua sisi yang selalu hadir dalam kehidupan, panas-dingin, gelap-terang, baik-buruk. Sebuah roda yang baik, adalah roda yang seimbang antara kedua sisinya, sehingga ketika ia berjalan, ia akan tetap stabil tanpa mudah celaka.

Ya, itulah sekilas imajinasi saya tentang roda, roda kehidupan. Sebuah catatan sederhana, yang dikembalikan kembali pada pandangan masing-masing.


Jika ada yang ingin menambah atau memodifikasi “roda”-nya masing-masing, share ya.. J