Tampilkan postingan dengan label Muhasabah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muhasabah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 September 2014

"numpang hidup"

Suatu Saat Pada Sesi
Tanya Jawab Kajian Ilmiah
Penanya :
Wahai Syeikh, ibuku tinggal menumpang bersamaku dirumahku. Dan terjadi masalah antara beliau dengan istriku.
Syeikh :
Ulangi pertanyaanmu !

Penanya :
Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku...
Syeikh :
Ulangi pertanyaanmu !
Penanya :
Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku...
Syeikh :
Ulangi lagi pertanyaanmu !
Penanya :
Ibuku tinggal menumpang bersamaku...
Syeikh :
Ulangi lagi pertanyaanmu !!!
Penanya :
Wahai Syeikh, tolong biarkan aku menyelesaikan dulu pertanyaanku jangan anda potong...
Syeikh :
Pertanyaanmu salah, yang benar engkaulah yang hidup menumpang pada ibumu, meski rumah itu milikmu, atas namamu.
Penanya :
Iya Syeikh, kalau demikian selesai sudah permasalahannya.
Syeikh :
Jangan durhaka wahai anak, jangan durhaka wahai menantu ! Kamu dengan seluruh hartamu adalah milik ibumu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Engkau dan semua hartamu adalah milik Ayah Ibumu".
[HR. Ibnu Majah, no. 2291]


grup ODOJ

Kamis, 11 September 2014

BUAT PARA LELAKI SEJATI

BUAT PARA LELAKI SEJATI


( copas ustadz Rahmat Idris )
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
sebab banyak orang kaya raya tidak sanggup mengerjakannya.
jangankan sehari lima waktu,
bahkan banyak pula yang seminggu sekali pun terlupa.
tidak jarang pula seumur hidup tidak pernah singgah kesana.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
karena orang pintar dan pandai pun sering tidak mampu menemukannya.
walaupun mereka mampu mencari ilmu hingga ke universitas Eropa
juga Amerika....
dapat melangkahkan kaki ke Jepang, Australia dan Korea dengan semangat yang membara.
namun ke mesjid tetap saja perjalanan yang tidak mampu mereka tempuh walau telah bertitel S3.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
karena para pemuda kuat dan bertubuh sehat yang mampu menaklukkan puncak gunung Bromo dan Merapi pun sering mengeluh ketika diajak ke mesjid.
alasan mereka pun beragam, ada yang berkata sebentar lagi, ada yang berucap tidak nyaman dicap alim.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
maka berbahagialah dirimu hai anakku....
bila dari kecil engkau telah terbiasa melangkahkan kaki di mesjid.
karena bagi kami, sejauh manapun engkau melangkahkan kaki,
tidak ada perjalanan yang paling kami banggakan
selain perjalananmu ke mesjid.
Biar kuberi tahu rahasia kepadamu,
sejatinya perjalananmu ke mesjid adalah perjalanan untuk menjumpai Rabbmu.
dan itulah perjalanan yang diajarkan oleh Nabi, serta perjalanan yang akan membedakanmu dengan orang-orang yang lupa akan Rabbnya.
Perjalanan terjauh dan terberat itu adalah perjalanan ke mesjid.
maka lakukanlah walau engkau harus merangkak dalam gelap shubuh demi mengenal Rabbmu....
------------------------------------------
tambahan bukan dari ustadz Rahmat "Impian seorang muslimah adalah mendambakan seorang lelaki yang akan mengajak anak lelakinya sholat berjamaah subuh di msjid. Semoga bermanfaat


copas dari grup ODOJ
agar jangan sampai dikatakan

agar jangan sampai dikatakan

Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Dsekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.

Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata, "Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!" "Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini!".

Umar segera bangkit dan berkata, "Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?" Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, "Benar, wahai Amirul Mukminin." "Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu memulai ceritanya, "Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku, kuikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia.

Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera kucabut pedangku dan kubunuh ia. Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."

"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.

Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh. "Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat', ujarnya.

"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat atas kematian ayahmu", lanjut Umar.

"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, "kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".

Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur dan bertanggung jawab.

Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata,"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah" ujarnya dengan tegas, "Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".

"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda.

"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?" tanya Umar.

"Sayangnya tidak ada Amirul Mukminin, bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?" pemuda lusuh balik bertanya.

"Baik, aku akan meberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.

"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.

Tiba-tiba dari belakang hadirin terdengar suara lantang, "Jadikan aku penjaminnya wahai Amirul Mukminin".Ternyata Salman al Farisi yang berkata..

"Salman?" hardik Umar marah, "Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".

"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.

Akhirnya dengan berat hati Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.

Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.

Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman. Salah satu sahabat Rasulullah saw yang paling
utama. Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh.

Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.

Akhirnya tiba waktunya penqishashan, Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.

"Itu dia!" teriak Umar, "Dia datang menepati janjinya!".

Dengan tubuh bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.

"Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku.." ujarnya dengan susah payah, "Tak kukira.. urusan kaumku.. menyita..banyak.. waktu..".

"Kupacu.. tungganganku.. tanpa henti, hingga.. ia sekarat di gurun.. terpaksa.. kutinggalkan.. lalu aku berlari dari sana.."

"Demi Allah", ujar Umar menenanginya dan memberinya minum, "Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?"

"Agar.. jangan sampai ada yang mengatakan.. di kalangan Muslimin.. tak ada lagi ksatria.. tepat janji.." jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.

Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya, "Lalu kau Salman, mengapa mau-maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya", Salman menjawab dengan mantap.

Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.

"Allahu Akbar!" tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak,

"Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu". Semua orang tersentak kaget.

"Kalian.." ujar Umar, "Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?" Umar semakin haru.

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya" ujar kedua pemuda membahana.

"Allahu Akbar!" teriak hadirin.

Pecahlah tangis bahagia, haru dan bangga oleh semua orang.

Begitupun kita disini, di saat ini.. sambil menyisipkan sebersit rasa iri karena tak bisa merasakannya langsung bersama saudara-saudara kita pada saat itu..

"Allahu Akbar..."


copas dari grup ODOJ

Minggu, 27 Oktober 2013

Ilmu dan Iman

Ilmu dan Iman

sebelum subuh tadi, saya menyempatkan lihat-lihat thread kaskus, maklum udah agak lama gak maen kesana, meskipun sekedar jadi silent reader hehe (maap.. maap..). Kaskus ini memang unik, banyak hal bisa kita temui disana, nah pada saat itu pun saya menemukan sebuah thread yang lumayan bagus.

singkatnya begini, di thread itu dibahas soal kenapa bumi ini berrotasi pada porosnya. setelah pemaparan panjang ala kaskuser, tiba di kesimpulan bahwa perputaran bumi terpengaruh akibat "perputaran" Umat Islam saat mengelilingi ka'bah, yang dijelaskan lebih lanjut bahwa rotasi bumi ini akibat konduktor yang bernama Hajar Aswad, dan demikian seterusnya.

apa yang ingin saya ceritakan disini, bukan terkait hal ini sebenarnya (tapi sengaja saya angkat wacana di atas, agar menjadi bahan diskusi bagi teman-teman muslim yang lebih berkompeten, dan semoga dikemudian hari kita mampu menggali jauh lebih dalam terkait hal ini). apa yang ingin saya ceritakan adalah berbagai macam respon yang komentar yang ada di bawahnya.

"terus, bagaimana di zaman Nabi Adam, kan itu baru satu orang, terus apa itu berpengaruh pada rotasi juga..??"

"apa bukti TS (si pembuat thread) jika rotasi bumi terpengaruhi Umat Islam..?? sebutkan karya ilmiahnya dong.."

dan komentar lainnya..

Ilmu dan Iman

sebuah pertanyaan menggelitik saya, "sebenarnya bagaimana hubungan ilmu dan iman ini..?? apakah mereka benar-benar saling menjelaskan atau bagaimana..??"

pertanyaan ini muncul seketika disaat ada beberapa kejadian iman yang sulit dicerna oleh ilmu. Beberapa kejadian ilmu yang belum terbaca iman. tapi disaat mengingat Allah, saat semua ilmu bersumber dari Allah, mestinya tidak ada kerancuan akan hal ini, yang berakibat pada keraguan dan penjungkalan hujjah atas iman kita.

baik, sederhananya begini, ini semua tergantung dimana kita menempatkan ilmu dan iman sesuai dengan prioritasnya. saat melihat bunga, awan, hewan, kucing, dan semua hal yang ada disekitar kita, sebagai mukmin yang pertama terfikir mestinya iman, seperti
"subhanallah, cantik sekali bunga ini." atau "kucing aja bisa hidup dengan rizkiNya, masa kita nggak.."
berbeda saat prioritas ilmu dan logika yang terdepan, mungkin refleks lisan akan berucap seperti ini,
"bunga ini indah sekali, gimana fotosintesis-nya ya..??"

ilmu yang kita miliki amat sangat terbatas, pada saatnya kita akan terbentur dengan pertanyaan kenapa, kenapa, dan kenapa, tanpa bisa menjawab lebih lanjut akan pertanyaan itu. sementara dengan iman..?? apa pun bisa kita jawab, apa pun bisa kita raih.

jika seperti ini kenyataannya, iman sejatinya lebih luas, dan lebih bertenaga dari pada ilmu, maka pantas jika kita merefleksikan pada sejarah, Islam terutama, melihat para ilmuwan muslim mengedepankan penguatan Islam terlebih dahulu, seperti hafiz di umur relatif muda. karena di masa yang akan datang mereka akan menghadapi banyak kajian ilmu yang banyak ber-konfrontasi dengan iman.

Sami'na Wa atho'na..

namun ilmu tetap penting, untuk mengiplementasikan iman, diperlukan ilmu yang sepadan. jika seperti itu, mestinya ilmu dan iman itu akan saling melengkapi, tapi tetap saat mendapati cacat di satu bidang ilmu, lupakanlah, dan penuhi bagian itu dengan iman.

kembali ke masalah hajar aswad dan rotasi bumi, apa pendapat saya..?? Wallahu a'lam.. saya tidak tahu, yang pasti rotasi bumi telah termaktub dalam Al-Qur'an, apa yang mesti kita lakukan adalah pelajari seperlunya, sisanya cukup beriman dan mengambil hikmah sebesar-besarnya akan kejadian ini.

saat dihantui banyak pertanyaan kenapa berhentilah, dan beristighfarlah..

Wallahu a'lam

Minggu, 20 Oktober 2013

Kontemplasi

Kontemplasi

sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad SAW sering melakukan uzlah di gua Hira. Beliau mengasingkan diri, menyendiri, dan merenungi keadaan umat Quraisy Mekkah yang pada waktu itu sedang berada dalam keadaan jahiliyyah, pada saat itulah, wahyu pertama turun.

Kontemplasi atau merenungi sebuah keadaan dengan perhatian yang khusus dan terfokus, adalah salah satu alternatif dalam menyelesaikan masalah. diam, menarik nafas, kemudian berfikir tentang solusi-solusi yang ada.

Kontemplasi biasanya adalah keniscayaan bagi laki-laki. Para laki-laki, umumnya, senang dengan cara ini, menyendiri untuk memecahkan masalah. Jarang laki-laki men-curhat-kan kegalauannya, atau menangis tersedu-sedu di depan seseorang hanya demi meratapi permasalahannya (mungkin, kalau sama istri ya beda, tapi gak tahu juga sih... maklum.. jomblo... *jebret..!!)

Berbicara mengenai kontemplasi, ada dua hal penting yang saya catat dan perlu diperhatikan jika memilih cara kontemplasi sebagai pemecahan masalah. pertama, kontemplasi mesti terus menerus dilatih agar fokus pada pencarian solusi. ini penting, karena mungkin pada awalnya, berdiam disaat menghadapi masalah, yang terjadi adalah penumpukan alasan, atau meratapi keadaan. ini berbahaya, meratapi masalah, menumpuk alasan, tanpa berusaha menyelesaikannya, bisa saja menjadi depresi, stress, atau bahkan bunuh diri.

maka melatih kontemplasi dengan cara melatih berfikir solusi amatlah penting, pada akhirnya, kontemplasi kita akan bermanfaat untuk diri sendiri, juga untuk orang lain. kita bisa menjadi sumber solusi, dan saya yakin Mario Teguh pun melakukan hal yang sama untuk memecahkan masalah para audien nya :p . oh iya, ngomong-ngomong soal Mario Teguh dan kontemplasi, perhatikan, orang yang sudah expert dan ahli, memecahkan masalah bisa saja dalam hitungan detik, yang awam mungkin butuh berhari-hari.

kedua, bagi muslim, kontemplasi pada akhirnya bukan menjadi egosentris. bukan melatih diri menjadi orang egois, bukan. Justru, kontemplasi (atau bagi muslim lebih tepat disebut uzlah) adalah cara mendekatkan diri dengan Allah. puncaknya, dalam kesendirian inilah, kita meminta pertolongan Allah, meminta bimbinganNya, dalam keadaan berduaan dengan Allah inilah, hijab antara kita dengan Dia (khalwat) mesti dikikis dengan cara khusyuk dan menghadirkan hati total untukNya.

Wallahu a'lam

Kamis, 17 Oktober 2013

Jumat, 06 September 2013

Antara heroisme dan hukum

Antara heroisme dan hukum


Pagi ini, saya disuguhi kabar terkini dari kasus penembakan di lapas cebongan yang dilakukan oleh anggota TNI. Kembali ke belakang, kasus ini memang terkesan seperti adegan-adegan film aksi, heroic, yang manimbulkan decak kagum, layaknya seorang pahlawan, yang tanpa kenal ampun membunuh penjahat-penjahat dengan tangan dingin, tapi tidak kenyataannya di dunia nyata. Meski warga jogja menyebut anggota TNI yang melakukan penembakan pada tahanan (yang juga preman) sebagai pahlawan, tapi tidak dimata hukum dan HAM.

Pagi ini adalah pembacaan vonis atas anggota TNI yang terlibat tindakan penembakan itu. Vonis yang dijatuhkan bervariasi sesuai peran dari masing-masing terdakwa, dengan hukuman paling tinggi 11 tahun. Saya sendiri kurang paham dengan hukuman 11 tahun ini, karena yang saya tahu pembunuhan berencana itu bisa didakwa dengan hukuman maksimal mati.

Kembali ke judul di atas, heroism memang tidak berlaku di dunia nyata seperti ini. Jangan bermimpi bakal ada superman atau batman, atau pun iron man, yang pasti semua akan terjerat hukum. Idelaisme manusia melalui hukum mesti dibayar “agak” mahal dengan hilangnya sosok-sosok heroism di dalam kehidupan. Karena toh bahkan sekalipun ada sosok “hero” yang berjalan dalam koridor hukum, tetap saja, tak terlihat.

Bagaimana pun juga, seperti pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, pertanyaannya, kenapa mereka diberi gelar pahlawan..??? karena mereka melawan hukum-hukum yang menindas dari para penjajah. “hukum-hukum yang menindas” itu lahir dari pandang kita sebagai negeri terjajah, sedangkan bagi penjajah pada saat itu, mungkin saja adalah hukum ter-ideal yang bisa diterapkan. pun dibelahan dunia lain, kebanyakan pahlawan atau “mitos-mitos” pahlawan, berasal dari wilayah-wilayah non hukum, yang dimana saat hukum di wilayah itu tegak, maka kiprah para pahlwan ini habis tak bersisa. Apakah ini cukup untuk disimpulkan, bahwa kebanyakan pahlawan itu adalah orang-orang yang berhasil melawan hukum..?? ah saya ragu…

Menjadi pahlawan atau melahirkan pahlawan sejatinya, memang berasal dari kondisi tak nyaman, sebutlah peperangan, kejahatan, dan kondisi tak normal lainnya. Sebagian warga Jogja menganggap pelaku penembakan di lapas cebongan ini pahlwan, saat yang menjadi korban adalah preman dan pelaku kejahatan yang terlampau meresahkan. Maka, bisa jadi saat kita merindukan sosok pahlawan karena, kondisi negeri kita yang memang tidak normal.

Wallahu a’lam