Bagiku ini mungkin cerita yang agak mengharukan ( siap2
tisu..!! ). Ceritanya aku yang sangat ngedrop baik fisik maupun mental akibat
sakit yang diderita.. hmmm saat itu baru terpikir, kemana ya teman-temanku..??
teman yang dulu sewaktu sekolah dan di luar begitu sangat kupentingkan, sangat
kubanggakan, selalu ceria bersama, tapi sekarang.. kok nggak ada ya..
Kesepian.. jiaaaahhh.. pada saat seperti itu, dimana mental
sedang ambruk-ambruknya. Tiba-tiba pada suatu sore datang segerombolan ibu-ibu
menyerang rumahku.. hmm maksudnya berkunjung.. mereka berniat mau menjengukku..
nah lho..! saat itu aku memang agak kaget, kok..?? mereka perhatian ya..??
sembari ngobrol khas ibu-ibu, kadangkala mereka menyelipkan harapan-harapan,
doa, dan cerita kenangan mereka bersama ibuku. Tentu saja dimana keadaanku saat
itu sangat menarik untuk memperhatikan cerita mereka.
Mereka adalah ibu yang bersahaja, tampilannya sederhana,
sebagian dengan sarung sebagian lagi dengan baju kurung khas ibu-ibu pengajian
madrasah, tapi tidak mengurangi keanggunan, kesahajaan, dan kewibawaan mereka,
meski umur mereka mungkin sudah hampir 50 tahunan. Mereka jauh dari sifat
centil dan genit, malah mereka adalah tokoh masyarakat yang berwibawa dan
disegani masyarakat. Tak sungkan mereka duduk di lantai, atau hanya berdiri
saja dekat pintu mengingat kamarku yang agak sempit, sedang aku sendiri sedang
terbaring lemah.. ( eh kok jadi serius ya..?? hehe..)
Mereka mengingatkan perjuangan alm. Ibuku saat membangun
madrasah, membina pengajian, bahkan sampai mengobok-obok politik tingkat desa..
( he.. kejam ya.. ), mereka asyik bernostalgia dengan ceritanya. Sampai mereka
memberiku harapan untuk meneruskan perjuangan itu.. hmmm..
Aku tahu, mereka, ibu-ibu pengajian, tak serta merta datang
menjenguk, memberi perhatian, mendoakan, dan menaruh harapan padaku yang hanya
seorang remaja yang tengah sakit. Tapi mereka adalah warisan besar yang yang
ditinggalkan alm.ibuku, mereka siap menggantikan kehadiran sosok seorang dalam
kehidupanku dan siap mendukungku untuk melanjutkan perjuangannya. Umurnya
mungkin senja tapi semangatnya, luar biasa.
Mungkin lebay juga ya perasaanku saat itu, atau saat menulis
ini. Tidak tahu kenapa perasaan itu begitu besar, aku sangat menghargai
kesediaan mereka untuk memperhatikanku walau sesederhana itu. Mungkin ini
akibat kerinduan pada sosok seorang ibu yang menua bersamaku, membimbing, dan
mendewasakanku hmm..
Pertemuan itu berakhir dengan sebuah doa sederhana yang
terucap dari mereka, “enggal damang we
lah.. masih panjang pan lalakonna..” hehehe ada-ada saja..
Bagiku, mungkin ibu kandungku sudah tiada, tapi masih banyak
ibuku ada disini.. J
Wallahu ‘alam
Perhatian ibuku
4/
5
Oleh
hadad