Rabu, 27 Februari 2013

In Team, Impian Kasih

In Team, Impian Kasih


Kasih dengarlah hatiku berbicara
Kasih izinkan diriku bertanya
Bisakah cinta bersemi
Mengundang restu Ilahi
Adakah bahgia yang diimpi
Menjadi satu realiti.

Kasih ku sedari kekurangan diri
Kasih ku insafi kelemahan diri
Ku ingin sunting dirimu
Menjadi permaisuri hatiku
Sebagai isteri yang berbudi
Kebanggaan para suami

Wanita hiasan dunia
Seindah hiasan adalah wanita solehah
Yang akan membahagiakan
Syurga dalam rumahtangga

Hanya itu yang ku inginkan
Dari insan yang amat kusayang
Damaikanlah resah hatiku
Aku rindu kasih dan sayangmu
Terimalah seadanya
Akulah hiasan pelamin hidupmu

Andainya tiada jodoh
Untuk ke singgahsana
Ku pasrahkan segalanya
Kerna takdir yang akan menentukan
Impian kasih


ya.. kira-kira begitulah maksudnya.. sudah jelas.. hehe

Selasa, 26 Februari 2013

Arti Sebuah Nama

Arti Sebuah Nama

Baik, sebenarnya catatan ini menyambung catatan sebelumnya, akan tetapi karena memiliki pengertian berbeda, maka di tempatkan di menu yang berbeda pula.
Sebelumnya perkenalkan, nama saya : Abdullah al-hadad. Ada yang aneh..?? hehe, Semula saya pun seperti itu, sejak kecil saya tidak terlalu memikirkan hal ini, ya terima saja, nama saya hadad. Oke, mungkin ada baiknya diceritakan dulu, awal mula kenapa saya pake nama ini.

Konon, katanya, semenjak dulu ibu saya sudah ingin sekali memakaikan nama ini jika kelak punya anak laki-laki. Memangnya ada apa dengan nama ini..?? dari pengakuan ibu sih, katanya ia nge-fans berat dengan seorang ulama besar, Abdulloh alawi al-haddad. Kebetulan saudara saya yang lebih dulu lahir, dua dan semuanya perempuan, makanya nama ini masih terus disimpan hehe. Suatu ketika, ibu mengandung, masih dengan keinginan memberikan nama yang sama, namun siapa sangka, sang bayi belum diberi kesempatan hidup lebih lama. Sehingga akhirnya, di kehamilan berikutnya lah, ibu mengandung dan dengan sukses melahirkan seorang laki-laki di dunia ini, dan tentu saja ibu memberi nama, Abdulloh al-hadad. Kenapa tanpa alawi..?? dulu saya pernah bertanya seperti itu, ibu menjawab kalem, jangan terlalu mirip lah.. hehe

Bertahun-tahun saya terbiasa memakai nama ini, hadad..!! itulah panggilan resmi saya, meski ada juga yang baru ketemu manggil abdullah, ya gak apa-apa lah lama-lama juga lidahnya jadi gak enak, dan lebih enak manggil hadad kan..?? :P. Nasib lahir di tanah sunda, sudah menjadi kebiasaan jika setiap nama pasti ada “turunan”-nya, semua orang merasakan itu, begitu pun saya, turunan nya adalah, “hadud”, “Godud”, “godudun”, dan yang paling terkenal, “dudun”. Oh iya, secara harfiyah, nama saya berarti tukang besi yang menghamba kepada Allah, sepintas emang rada kurang keren ya..?? makanya ibu saya memiliki pengertian lain, “seorang hamba Allah yang kuat menyerupai besi..” dan dibandingkan pengertian harfiyah yang tadi, saya lebih setuju dengan arti nama yang satu ini.

Di akhir masa remaja dulu, saya mulai menyadari beratnya menyandang nama ini. Ya, sepeninggal ibu, dan kenyataan menghadapi dunia luar, nama adalah sebuah beban amanah sendiri yang luar biasa. saya pernah berfikir, mungkin, jika nama biasa ia akan menjadi “biasa” juga, tapi kalau nama “luar biasa” ia pastinya akan menuntut kehidupan yang “luar biasa” juga. Biasa dan luar biasa bukan hanya sebatas kata atau rangkaian per-kata, tetapi adalah cita-cita dibalik nama itu, mungkin nama asep terdengar biasa, tapi jika yang memberinya memiliki harapan agar dengan nama itu ia merubah dunia, maka nama asep pun menjadi luar biasa. inilah yang saya rasakan dari nama ini, hadad, saya seringkali merasakan sebuah beban besar setiap kali nama itu disebut, banyak harapan, dan cita-cita saat nama itu disebut, sebuah tuntutan untuk terus menjadi lebih baik.

Di penghujung artikel ini, saya ingin menceritakan pengalaman di akhir tahun kemarin, berkaitan dengan nama. Mulanya, di facebook saya menjumpai beberapa akun yang agak “aneh”, sangat kental berbahasa arab, dan punya ciri khas tersendiri, dan ah ternyata itu adalah beberapa akun dalam komunitas habib. Mulanya biasa saja, tapi lambat laun akun sejenis ini semakin banyak, terkadang mengajak chatting juga, dan sampai uatu ketika. Seseorang mengajak chat, mulanya ia bertanya dari mana asal saya, keturunan siapa, dan yang lain sebagainya, saya jawab apa adanya, tapi pada akhirnya ia berkata,” sebaiknya antum ganti nama, karena nama antum itu khusus untuk para habaib, orang biasa haram pake nama itu..” dibilang itu saya kaget, bagaimana pun juga saya keberatan jika harus ganti nama, akhirnya setelah beradu argument ringan, diambil keputusan bahwa saya mengalah, saya tetap tidak mengganti nama asli saya, hanya akun fb nya yang berubah.
Sampai detik ini saya belum faham tentang kontroversi terkait nama ini, ada sebuah pertanyaan, Apakah didalam Islam dikenal marga, sampai nama suatu marga tidak diperbolehkan dipakai marga lain..??

Makanya saya sering meluruskan, SAYA BUKAN HABIB.

Wallahu a’lam
Apalah Arti Sebuah Nama ?

Apalah Arti Sebuah Nama ?



What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.
(Apalah arti sebuah nama? Meskipun kita menyebut mawar dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.) Shakespeare

Kurang lebih seperti itu lah dialog yang ada dalam cerita Romeo dan Juliet, karya Shakespeare. Bukan berarti nama itu tidak penting, akan tetapi, apa pedulinya sebuah nama jika merugikan atau tidak memberi manfaat. Apa yang orang lain ketahui tentang dirimu adalah berasal dari dirimu, bukan dari namamu, begitu mungkin kira-kira.

Pernahkah berfikir, tentang nama kita..?? kenapa kita harus memakai “nama itu” ?? jika, selain dari pemberian orang tua, jawaban apa lagi yang akan kita katakan..?? ternyata, nama memiliki arti lebih dari yang kita fahami. Itulah mengapa, bahkan Rasulullah sendiri mengjurkan untuk menggunakan nama yang baik-baik
Semula nama Zainab adalah Barrah. Orang mengatakan, ia membersihkan dirinya. Lalu Rasulullah saw. memberinya nama Zainab. (Shahih Muslim)

Nama adalah salah satu ketentuan dari Allah. Kenyataannya, nama kita sudah diatur jauh-jauh hari sebelum kita dilahirkan, ia terletak di Lauh Mahfuz, bersamanya mengiringi rizki, jodoh, dan maut.
Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia (Q.S Maryam : 7)

Apalah kuasa orang tua memberi nama bagi anak-anaknya, ia hanya perantara atas khabar yang telah ditetapkan Allah. Maka disinilah mestinya kita sudah memahami arti tawakal, meski itu hanya sekedar dengan nama. Allah-lah yang menetapkan nama kita, Allah pula yang memeliharanya, dan bukankah di hari akhir juga Allah pun akan memanggil dengan nama kita. Apakah ini sebuah kebetulan..??

Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?" Nabi Saw menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)." (HR. Aththusi).

Sebuah nama, adalah identitas yang mesti di syukuri. Dalam sebuah teori, nama memiliki kekuatan tersendiri untuk mengukur kesuksesan, atau dalam bisnis lebih dikenal dengan “Brand”. Dengan nama atau brand inilah, kita memiliki kesempatan yang cukup besar untuk “memperkenalkan” kepada dunia siapa diri kita. Semakin baik nama kita, maka orang-orang pun akan mengenali dan menghormati layaknya orang baik. Kenal dengan nama baik..?

Adalah sunnah, jika ditanya “siapa ini..??” dijawab dengan jelas nama kita,
Dari Anas r.a. dalam hadisnya yang masyhur mengenai cerita isra', katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Kemudian Jibril naik dengan saya ke langit dunia, lalu ia meminta supaya dibukakan pintu. Ia lalu ditanya: "Siapakah ini?" Ia menjawab: "'Jibril." Ditanya: "Siapakah yang beserta Anda?" Ia menjawab: "Muhammad." Selanjutnya ia naik lagi ke langit yang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Ia ditanya pada tiap-tiap pintu langit: "Siapakah ini?" Ia menjawab: "Jibril." (Muttafaq 'alaih)

Sederhananya, hidup ini adalah sebuah usaha sampai sejauh mana orang-orang mengenal nama kita..?? sejauh mana orang-orang mengenang nama kita..?? apa reaksi mereka saat disebut nama kita dihari kematian kita kelak..?? dan yang lebih penting, bagaimana penilaian Allah, jika nama kita disebut dihadapanNya..??

Wallahu a’lam

Minggu, 24 Februari 2013

Bahasa universal bernama akhlak

Bahasa universal bernama akhlak


Akhlaq seringkali diartikan sebagai budi pekerti, akhlaq mewakili kata kerja sekaligus sifat dalam Islam. Sejauh ini kita memahami akhlaq hanya sebatas perilaku, akan tetapi jika difahami lebih jauh, kenyataannya akhlaq adalah sebuah sifat yang tidak bisa terlepas dari Islam. Saat Islam mendeklarasikan diri sebagai ajaran universal, maka konsekuensinya adalah, Islam mesti menjadi sumber dari segala sumber, landasan bagi semua hal.

Mari kita renungkan, Islam turun di tanah arab, yang pada saat itu dikatakan jahiliyyah. Apakah jahiliyyah berarti bodoh, ketinggalan zaman, dan terbelakang..?? kenyataannya tanah arab saat itu telah berkembang, ia telah memiliki system, pemerintahan, pangsa pasar, bahkan bahasa dan sastra nya pun diakui sebagai yang terbaik di dunia. Saat Islam mulai diperkenalkan, terjadi revolusi besar-besaran di tanah arab, dari titik terendah, sampai peradaban tertinggi dirombak total dalam Islam, sekali lagi inilah konsekuensi saat Islam mendeklarasikan diri sebagai ajaran universal.

Hendaklah salam itu diucapkan yang muda kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak." Muttafaq Alaihi
Satu contoh dalam bidang akhlaq, apakah di tanah arab pada saat itu tidak terdapat akhlaq..?? jika dalam pengertian budi pekerti, jelas ada. Di tanah arab, dan Quraisy khususnya, tentu mengenal hukum adat yang mengatur tentang budi pekerti ini. Semisal hukum hak asuh, hukum jual beli, hukum perbudakan, dan hukum-hukum lainnya, dan pada saat Islam datang, ternyata semua hukum itu dilabeli Jahiliyyah.

Islam turun tidak serta merta menjudge, ia hadir dengan solusi. Maka solusi yang turun sekaligus dalam Islam pada masa itu adalah, menghapus adat jahiliyyah dan menggantinya dengan Islam, termasuk akhlaq. Maka mulai dikenallah akhlaqul karimah.

Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik. (HR. Abu Dawud)
Bermula di Mekah, Madinah, kemudian mendunia, dan sampai detik ini, hukum akhlak tidak berubah. Akhlak sejatinya berada diatas adat, dan kebiasaan-kebiasaan lain (norma, etika, estetika). Dimanapun ia berada, seorang muslim membawa kemuliaan diri dan ajarannya dalam akhlak. Refleksi ilmu, dan pengetahuannya tentang Islam terdapat dalam akhlak. Bahkan, nama baik Islam pun dipertaruhkan dalam akhlak pula.

Unik jika kita berbicara muslim di nusantara, dimana terdapat ratusan suku, adat istiadat, dan kebudayaan yang beraneka ragam. Jika setiap suku memiliki peradaban yang berbeda, lantas bagaimana ia berkomunikasi dengan suku lainnya..?? disinilah indahnya Islam, hikmah kenapa Allah mengajarkan akhlak. Akhlak mestinya menjadi bahasa keseharian, bahasa yang mampu menembus segala batas peradaban, segala batas-batas regional, akhlak justru menjadi symbol peradaban dan persatuan tanpa membeda-bedakan kasta dan golongan.

"Apabila seseorang di antara kalian memakai sandal, hendaknya ia mendahulukan kaki kanan, dan apabila melepas, hendaknya ia mendahulukan kaki kiri, jadi kaki kananlah yang pertama kali memakai sandal dan terakhir melepaskannya." Muttafaq Alaihi.


Dimana pun kita berada, siapa pun kita, hendaknya kita menghargai dan menghormati siapa pun dengan akhlak tertinggi, akhlak Islam. Sebaiknya kita segera menanggalkan segala perbedaan, meninggalkan kebanggaan atas kesukuan, melenyapkan segala hal yang bisa memercikan api peperangan, meski itu hanya dengan perbedaan kebiasaan.

Terakhir, apakah Islam tidak menghargai adat istiadat local..?? dengan segala hormat, islam adalah hukum tertinggi, ushul fiqh mengatakan, seandainya adat itu baik, dan tidak ada pertentangan dalam hukum islam didalamnya, maka gunakanlah, jika buruk, dan kontra dengan hukum Islam, tinggalkan lah.

"Janganlah engkau memandang rendah bentuk apapun dari kebaikan, walaupun engkau hanya bertemu dengan saudaramu dengan muka manis." Riwayat Muslim
Wallahu a’lam