negeri - negeri yang dihancurkan
islam Muhasabah tafakur“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. At-Taubah, 9: 70)
Ironi dan dilematis, mungkin kata itu cukup tepat untuk menggambarkan keadaan negeri ini. Isu-isu korupsi, mafia hukum, mafia pajak, mafia imigrasi, kemiskinan, liberalisasi, pornografi dan pornoaksi ( termasuk segala macam bentuk penyimpangannya, seperti homoseks ), kebebasan yang tidak bermoral, hedonisme para kaum elit dan pejabat, sistem birokrasi yang kacau, dan ketidak adilan, tersemat di negeri yang terkenal dengan mayoritas 80% penduduknya adalah muslim. Apakah masih wajar bagi kita untuk tetap menutup mata ?
Suatu ketika, saya menyempatkan diri untuk membaca sebuah buku kecil yang berjudul kisah 25 nabi dan Rasul, saya tertarik dengan beberapa kisah Nabi dan Rasul yang negerinya dihancurkan oleh Allah. Setelah saya baca, ternyata kisahnya cukup menarik untuk didalami dan saya menyempatkan untuk browsing, mencari artikel tentang hal tersebut, dan Alhamdulillah, saya mendapat sebuah ebook gratis karya dari Harun Yahya, yang berjudul “jejak bangsa bangsa terdahulu”.
Secara singkatnya, Allah menghancurkan negeri-negeri itu bukan tanpa alasan, tetapi memang kaum yang mendudukinya sudah pantas untuk dihancurkan dan sebagai bentuk pembelaan terhadap Nabi dan risalahNya. Mereka yang dihancurkan, bukanlah negeri yang bodoh, malah sebagian besar adalah negeri yang makmur, sejahtera, kuat, dan pintar, tetapi hati mereka sudah mati.Kepantasan itu tercermin dari sifat, sikap dan perilaku mereka, terutama kepada nabi mereka sendiri. Mereka yang dihancurkan adalah kaum yang sombong, tidak bermoral, keji, para koruptor, dan musyrik, termasuk didalamnya menjadikan dunia dan materi sebagai tuhannya. Kutipan dari pernyataan Harun Yahya, tentang hal ini adalah orang-orang yang “..melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Allah, menyekutukan-Nya, berlaku sombong di muka bumi, dengan sewenang-wenang menguasai hak milik orang lain, cenderung terhadap perilaku seksual yang menyimpang, dan angkara murka. Sifat umum lainnya adalah penindasan dan kesewenangan mereka terhadap kaum Muslim di sekitar mereka...” kemudian secara terperinci, “Seperti halnya kaum Tsamud yang mengurangi timbangan ( korupsi ), saat ini juga terdapat banyak pemalsu dan penipu. Terdapat pula “komunitas homoseksual” yang dibela kapan saja perbuatan itu muncul, dan para anggotanya yang tidak kurang dari kaum Luth, di mana penyimpangan seksual telah mencapai puncaknya. Segolongan besar dari masyarakat terdiri dari orang-orang yang tidak bersyukur dan ingkar, sebagaimana kaum Saba', yang tidak bersyukur atas kekayaan yang dianugerahkan kepada mereka sebagaimana kaum Iram, yang tidak patuh dan penuh penghinaan ter-hadap orang mukmin sebagaimana kaum Nuh, dan yang tidak acuh terhadap keadilan sosial sebagaimana kaum ‘Ad”.
Hanya sebagai tambahan, hancurnya negeri-negeri itu dikarenakan bemcana alam, yang berupa gempa bumi ( kaum sodom, dan madyan ), banjir ( kaum nuh dan saba’ ), badai ( kaum ‘ad), dan letusan gunung berapi ( pompeei ). Apakah kita masih mau menutup mata ?
Sebagai penutup catatan ini, saya teringat sebuah lirik nasyid dari Raihan, yang berjudul Ababil,
persoalannya mengapakah kita di zaman ini
dipermainkan sesuka hati oleh musuh kita
tiada pembelaan dari Tuhan untuk umat ini
kerna cinta dunia dan takut mati
(al-wahan)
cubalah kita koreksi diri
Wallahu’alam
Ironi dan dilematis, mungkin kata itu cukup tepat untuk menggambarkan keadaan negeri ini. Isu-isu korupsi, mafia hukum, mafia pajak, mafia imigrasi, kemiskinan, liberalisasi, pornografi dan pornoaksi ( termasuk segala macam bentuk penyimpangannya, seperti homoseks ), kebebasan yang tidak bermoral, hedonisme para kaum elit dan pejabat, sistem birokrasi yang kacau, dan ketidak adilan, tersemat di negeri yang terkenal dengan mayoritas 80% penduduknya adalah muslim. Apakah masih wajar bagi kita untuk tetap menutup mata ?
Suatu ketika, saya menyempatkan diri untuk membaca sebuah buku kecil yang berjudul kisah 25 nabi dan Rasul, saya tertarik dengan beberapa kisah Nabi dan Rasul yang negerinya dihancurkan oleh Allah. Setelah saya baca, ternyata kisahnya cukup menarik untuk didalami dan saya menyempatkan untuk browsing, mencari artikel tentang hal tersebut, dan Alhamdulillah, saya mendapat sebuah ebook gratis karya dari Harun Yahya, yang berjudul “jejak bangsa bangsa terdahulu”.
Secara singkatnya, Allah menghancurkan negeri-negeri itu bukan tanpa alasan, tetapi memang kaum yang mendudukinya sudah pantas untuk dihancurkan dan sebagai bentuk pembelaan terhadap Nabi dan risalahNya. Mereka yang dihancurkan, bukanlah negeri yang bodoh, malah sebagian besar adalah negeri yang makmur, sejahtera, kuat, dan pintar, tetapi hati mereka sudah mati.Kepantasan itu tercermin dari sifat, sikap dan perilaku mereka, terutama kepada nabi mereka sendiri. Mereka yang dihancurkan adalah kaum yang sombong, tidak bermoral, keji, para koruptor, dan musyrik, termasuk didalamnya menjadikan dunia dan materi sebagai tuhannya. Kutipan dari pernyataan Harun Yahya, tentang hal ini adalah orang-orang yang “..melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Allah, menyekutukan-Nya, berlaku sombong di muka bumi, dengan sewenang-wenang menguasai hak milik orang lain, cenderung terhadap perilaku seksual yang menyimpang, dan angkara murka. Sifat umum lainnya adalah penindasan dan kesewenangan mereka terhadap kaum Muslim di sekitar mereka...” kemudian secara terperinci, “Seperti halnya kaum Tsamud yang mengurangi timbangan ( korupsi ), saat ini juga terdapat banyak pemalsu dan penipu. Terdapat pula “komunitas homoseksual” yang dibela kapan saja perbuatan itu muncul, dan para anggotanya yang tidak kurang dari kaum Luth, di mana penyimpangan seksual telah mencapai puncaknya. Segolongan besar dari masyarakat terdiri dari orang-orang yang tidak bersyukur dan ingkar, sebagaimana kaum Saba', yang tidak bersyukur atas kekayaan yang dianugerahkan kepada mereka sebagaimana kaum Iram, yang tidak patuh dan penuh penghinaan ter-hadap orang mukmin sebagaimana kaum Nuh, dan yang tidak acuh terhadap keadilan sosial sebagaimana kaum ‘Ad”.
Hanya sebagai tambahan, hancurnya negeri-negeri itu dikarenakan bemcana alam, yang berupa gempa bumi ( kaum sodom, dan madyan ), banjir ( kaum nuh dan saba’ ), badai ( kaum ‘ad), dan letusan gunung berapi ( pompeei ). Apakah kita masih mau menutup mata ?
Sebagai penutup catatan ini, saya teringat sebuah lirik nasyid dari Raihan, yang berjudul Ababil,
persoalannya mengapakah kita di zaman ini
dipermainkan sesuka hati oleh musuh kita
tiada pembelaan dari Tuhan untuk umat ini
kerna cinta dunia dan takut mati
(al-wahan)
cubalah kita koreksi diri
Wallahu’alam