Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 November 2022

Cristiano Ronaldo, dan ilusi senioritas

 "Saya tidak menghormati manajer (Erik Ten Hag) karena dia tidak menghormati saya", 

Kira-kira itu potongan wawancara yang menjadi pemicu viralnya pemberitaan tentang Cristiano Ronaldo akhir-akhir ini. Meskipun, ketika saya melihat transkrip utuh dari wawancara ini, saya menilai niat Ronaldo ini sebetulnya baik. Hanya saja sebuah kebaikan seringkali disalah artikan jika tidak menggunakan metode yang tepat untuk menyampaikannya.

Lantas apa sebenarnya yang terjadi dengan Ronaldo ? dan bagaimana ini bisa terjadi ? Serta perlu kita sadari apa yang terjadi pada Ronaldo, bisa saja dan atau mungkin pernah terjadi juga pada kita. Lantas bagaimana menyikapi dan mengantisipasinya ? Berikut ulasannya.

Catatan Kisah Sang Legendaris




Apa yang terjadi pada Ronaldo, tidak terlepas dari kisah perjalanan karirnya yang luar biasa. Berawal sejak tahun 2002 dari klub Portugal Sporting Lisbon, beranjak ke klub yang mengantarkan karir Ronaldo ke puncaknya, yaitu Manchester United. 

Kondisi di puncak ini tidak cepat menurun, apalagi di padu padankan dengan rangkaian perjalanan lain seperti ketika di Real Madrid yang fenomenal. Peralihan karir ke Juventus, mungkin adalah titik balik yang merubah perjalanan Ronaldo menjadi agak menurun.

Manchester United menjadi pelabuhan terkini dari sang legendaris, yang apa lagi, di klub ini Ronaldo di elu-elukan bak pahlawan, superhero yang kembali pulang. Kehadiran Ronaldo seperti menjadi sebuah harapan dan cahaya baru yang ditunggu-tunggu oleh para penggemar The Red Devils. Tapi, tanpa disadari kondisi ini memicu "penyakit" yang lebih lanjut akan menjadi momentum kemerosotan karir dari seorang Ronaldo.

Saya tidak akan berbicara tentang hal teknis sepakbola, bagaimana manajemen berjalan, kondisi di lapangan, strategi permainan, atau hal-hal taktis lainnya. Saya akan berbicara dengan sudut pandang lain, dengan menyadari bahwa setiap dari kita berpotensi sama seperti Ronaldo, berpotensi menjadi seorang senior yang legendaris, dan tanpa sikap yang bijak, kita seperti sedang memupuk proses kejatuhan yang menyakitkan.

How It's Work ?

Di tempat lain, di tempat teman saya bekerja, saya mendengar cerita bahwa ada salah seorang karyawan senior di sana telah resign, atau saya menduga "di paksa resign". Saya pernah bertemu dengan sosok karyawan senior ini, sejujurnya dia adalah orang baik, orang yang seringkali bekerja dengan totalitas, dan saya sering terlibat dengan diskusi bagaimana idealisme-nya di tempat kerja. 

Tapi bagaimana sosok karyawan, yang terlihat begitu profesional ini, tiba-tiba memutuskan resign ? Sekali lagi ini dugaan, bagaimana seringkali karyawan ini bergumul dengan perasaannya sendiri tatkala menghadapi kebijakan perusahaan yang tidak sesuai dengan isi pikirannya. Lamanya pengalaman kerja, menjadikan karyawan ini merasa bahwa pandangannya adalah yang paling benar, setidaknya berdasarkan catatan di masa lalu dan perbandingan dengan perusahaan lain yang telah ia kenal. Belum lagi, jika pemegang kuasa atas kebijakan ini berusia lebih muda, baik secara harfiah, ataupun memang secara pengalaman yang masih kurang.

Belum lagi, status yang disandang oleh karyawan ini sebagai karyawan senior yang pernah mendapat predikat karyawan terbaik di tahun-tahun sebelumnya, menjadikan kondisi lebih rumit lagi. Para karyawan baru yang berada di posisi lebih muda, menaruh rasa hormat, kagum dan segan terhadap karyawan ini, yang pada akhirnya membuat beliau terasa nyaman. Namun kenyamanan ini tidak ia dapatkan pada sikap atasan yang seakan-akan mengabaikan kondisinya, mengabaikan pandangan-pandangannya dan bahkan seperti tidak menganggapnya ada. 

Maka kita bisa menebak yang terjadi pada adegan-adegan berikutnya, mulai menurunnya profesionalitas, hilangnya kepercayaan pada atasan, hingga tuntutan memperoleh sikap hormat dari atasan dan perusahaan, yang semakin berjalannya waktu, tentu saja itu tidak mungkin terjadi. Di sisi lain, atasan atau manajemen mulai memberikan peringatan, ancaman, atau bahkan tekanan-tekanan yang membuat karyawan ini semakin tidak nyaman. 

Pada akhirnya, saya mendengar informasi bahwa karyawan ini telah resign setelah menghadapi berbagai kondisi ketidaknyamanan yang terus bertambah besar. Kenapa ini bisa terjadi ? Dugaan saya berikutnya adalah karyawan ini berspekulatif kalau di perusahaan ini sudah tidak mungkin lagi memperoleh kenyamanan kerja, atau memang karena disebabkan karakternya yang tidak baik maka perusahaan pun membuat keibjakan yang secara halus "menyingkirkan" karyawan ini.

Ilusi Senioritas

Yang menjadi kesamaan dalam kisah Ronaldo dan karyawan di atas adalah, keduanya terjebak dalam ilusi senioritas. Yaitu ilusi bahwa semakin berumur kita, semakin banyak pengalaman, ilmu dan prestasi yang kita torehkan, maka kita semakin layak untuk di hormati.

Padahal, sebagai manusia kita harus menyadari, bahwa hidup tidak berjalan seperti itu. Seringkali kita berada di posisi di atas, dengan segala prestasi, pujian, capaian dan predikat lainnya, tapi yang harus kita sadari adalah bahwa itu tidak permanen. Suatu hari nanti, kita akan bergerak turun kebawah, sehingga orang-orang lupa dengan berbagai capaian itu, tidak peduli dengan isi pikiran dan berbagai pengalaman kita, dan kita akan di abaikan. Maka kunci keberhasilannya adalah satu : Konsisten dalam kebenaran dan kebaikan.

Kembali berbicara tentang Ronaldo, saya rasa sebuah kebetulan yang sangat tepat apabila kita bercerita pula tentang Lionel Messi. Messi adalah seorang pemain yang lebih tepat disebutkan sebagai seorang legenda sejati, bayangkan saja, jika Ronaldo dalam 20 tahun telah berganti 4 klub, Messi sejak awal karirnya hingga puncak kesuksesannya bertahan di satu klub saja, yaitu Barcelona. Bayangkan betapa seniornya posisi Messi di Barcelona pada saat itu. 

Akan tetapi, pada akhirnya karir Messi di Barcelona harus berakhir, dan ia melanjutkan karir di Paris Saint Germain (PSG). Alih-alih bersikap layaknya legenda dan pemain senior, saya melihat di PSG, Messi menjelma menjadi orang yang berbeda. Tidak banyak aksi di dalam atau di luar lapangan, ia berperan seperti "pelayan" bagi pemain-pemain lain seperti Mbappe dan Neymar. Singkatnya, ia tidak bersikap layaknya senior yang ingin di hormati, meskipun ya, dunia mengakui bahwa ia adalah Greatest Of All Time (GOAT) seorang pemain sepak bola.

Jumat, 11 November 2022

Menjadi Guru, Sebuah Pilihan ?

Hari ini secara profesi saya memang dikenal sebagai seorang guru, tapi apakah ini adalah sebuah pilihan ? Atau apakah ini adalah satu-satunya pilihan ? atau kenapa harus muncul pertanyaan-pertanyaan seperti ini ? Ini adalah seutas refleksi saya sebagai seorang guru 6 tahun lamanya.

Guru bukan pilihan

Alih-alih menjadikan guru sebagai profesi, saya ingin kita menyadari bahwa guru adalah bagian yang melekat pada diri. Perhatikan bahwa kita pada dasarnya adalah pendidik, manusia memiliki fitrah untuk saling mendidik dan saling mengajarkan. Sebagaimana fitrah kita untuk berinteraksi satu sama lain sebagai makhluk sosial.

Baik, jika menurut struktur bahasa, dasar hukum, atau dalam berbagai referensi pendidikan, penggunaan kata 'pendidik' dalam penjelasan di atas mungkin kurang tepat. Manusia sekali lagi, secara fitrah selalu dan selalu ingin memberitahu informasi pada orang lain, sementara di sisi lain, manusia selalu merasa penasaran dengan apa yang terjadi disekitarnya.


Dua titik ini kemudian bertemu, dan terciptalah sebuah kondisi yang dinamakan pembelajaran. 

Maka, dengan berdasarkan kondisi ini, kita semua memiliki potensi yang sama untuk menjadi seorang guru. Di sisi lain, kita pun sama-sama memiliki potensi sebagai murid-murid yang selalu penasaran dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita. Maka di sinilah kita akan mulai menyadari bahwa, kita semua adalah guru.

Sebuah bingkai bernama kebenaran dan kebaikan

Peradaban terus berkembang, dan dalam mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan, sebuah peradaban membutuhkan para pejuang. Ya, para guru yang konsisten dengan memberikan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan adalah para pejuang yang sedang mempertahankan eksistensi peradaban.

Sebagai pejuang, guru tidak hanya 'bertugas' untuk memberikan informasi dan wawasan seluas-luasnya. Mesti ada nilai-nilai yang turut di pindahkan, di bagi dan menginspirasi para penerus peradaban. Sebuah anjuran pada kebaikan dan teguran yang mencegah terjadinya kejahatan, akan menambah usia peradaban menjadi lebih kekal dan abadi.

Perhatikan bahwa sejarah telah mencatat, bahwa orang-orang hebat dalam peradaban umat manusia, lahir dari didikan guru-guru yang hadir di kehidupannya. Guru-guru ini sebagian diantaranya mungkin bukan ilmuwan, bukan para ahli, bukan profesor atau yang lainnya, terkadang guru-guru ini hadir dalam wujud musuh, anak kecil, rakyat jelata, dan bahkan binatang atau tumbuhan. 

Inilah sosok-sosok yang berhasil menjadi guru di mata manusia yang haus akan ilmu. Menjadi guru yang berkesan dan memberikan inspirasi serta dorongan untuk merubah peradaban menjadi lebih baik. 

Guru bukan sekedar profesi

Maka, bagian akhir dari catatan ini adalah bahwa guru bukan hanya sekedar profesi. Terlalu rendah pemahaman kita jika menganggap guru hanya sekedar pilihan pekerjaan, yang di gaji setiap bulan, dan menanti-nanti masa pensiun dengan segera. 

Guru adalah sebuah amanah dalam diri manusia, yang akan terus hidup dalam hati kita. Hati yang senantiasa berharap bahwa peradaban terus menjadi lebih baik, lebih berkualitas dalam kehidupan kemerdekaan secara nyata. Guru adalah jalan pejuang yang tidak pernah berhenti berjuang sampai tetes darah terakhir kita yang menyentuh tanah, mampu menyubur hijaukannya. 

Ini adalah sebuah misi mulia, yang tidak ada batasan tempat, waktu dan usia. Selama kita hidup, selama kita mampu menarik nafas, selama kita mengharapkan sebuah kehidupan yang lebih baik, maka kita adalah guru yang sedang dinantikan kehadirannya oleh peradaban.

Selamat hari guru, 25 November 2022

Kamis, 29 April 2021

Menjadi Insan yang Bermanfaat



Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama. Sebuah peribahasa yang baiknya pada artikel kali ini kita renungkan bersama. Nama seperti apa yang kelak akan abadi meskipun kita sudah meninggal dunia ? 

Manusia tidak abadi, Tetapi bisa hidup abadi


Manusia sejatinya hanya hidup dalam kurun waktu tertentu saja. Itulah usia biologis, dimana setiap sel dalam tubuh kita secara sistematis akan mengalami kematian. Secara ilmiah, tidak ada yang abadi. Akan tetapi manusia memiliki potensi untuk hidup abadi selamanya. Keabadian ini bukan secara fisik tentunya, tetapi secara makna dan jasa.

Keabadian ini berupa nama yang dikenang, terkenal karena berbagai kebaikan dan jasa. Tentu saja nama yang demikian tidak serta merta diperoleh oleh manusia. Kualitas nama yang demikian adalah akibat dari kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan selama hidupnya.

Kebaikan yang berlapis


Tidak, bukan hanya sekedar berbuat baik saja, akan tetapi berbuat kebaikan yang paling utama. Dan Rasulullah SAW telah mengisyaratkan tentang kebaikan jens ini.

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Artinya: "Dari Jabir, ia berkata,”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Manusia siapapun bisa berbuat baik, akan tetapi Rasulullah SAW menegaskan yang terbaik dari jajaran manusia baik itu adalah yang paling bermanfaat. Berbuat baik yang terbaik adalah dengan menebar kebaikan sekaligus menebar manfaat yang akan membantu banyak orang.

Nilai manfaat ini bisa berupa solusi, informasi, tenaga, jasa dan apapun potensi yang kita miliki. Akan
tetapi sejatinya, nilai manfaat ini adalah ketika berinteraksi dan saling membantu dalam mencegah keburukan dan mendorong dalam kebaikan.

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Sebagian di antara mereka ada orang-orang yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. – (Q.S Ali Imran: 110)

Manusia terbaik dalam umat terbaik adalah manusia yang beriman yang menebar manfaat seluas-luasnya agar saudara-saudaranya selamat. Bayangkan betapa mulia derajat manusia yang satu ini.

Hidupnya fokus untuk berdakwah dan dalam upaya memberi manfaat sebesar-besarnya. Ia akan risih dan tak nyaman tatkala melihat keluarga, saudara, teman atau bahkan orang asing sekalipun hidup dalam kesusahan. Ia akan berupaya dengan segenap potensinya untuk memberi manfaat agar kesusahan itu sirna.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Potensi Kebaikan Yang Spesifik


Setiap manusia memiliki potensinya masing-masing yang kebanyakan berbeda setiap individunya. Mulailah berhenti sejenak dan membaca setiap karunia yang telah Allah berikan pada kita. Karunia dan potensi yang telah Allah titipkan pada kita itu adalah sebuah kesempatan emas untuk berbuat kebaikan yang terbaik demi mewujudkan umat terbaik.

Terakhir, keabadian bukan hanya sekedar nama yang dikenang, akan tetapi bisa berupa nilai pahala yang tak pernah terputus dan mengalir meski kita sudah tiada. Keabadian pahala ini adalah investasi yang berharga yang tentunya akan menyelamatkan kita di akhirat kelak.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Rabu, 27 Maret 2013

"Sesuatu" dari Spirit GKN

"Sesuatu" dari Spirit GKN


Tanggal 18 maret lalu saya berkesempatan menghadiri acara di Gelora Bung Karno. Saya adalah salah satu peserta yang lolos tahap seleksi proposal dan interview Gerakan Kewirausahaan Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi. Oke, hasilnya memang tidak menang tapi ada sesuatu yang lebih berharga dari sekedar arti kemenangan.

Sembari menikmati rangkaian acara, dan hiburan dari berbagai artis seperti NOAH, Nidji, Judika, mata saya tertuju pada beberapa orang yang berlalu lalang di sekitaran GBK. Sebenarnya dari awal memasuki kompleks GBK ini pun sudah tidak asing dengan sosok ini, pedagang..!! di gerbang utama saya dan beberapa teman disambut jajaran pedagang yang tengah menjajakan barang dagangannya, ada yang unik, adalah dimana pakaian mereka seragam semua, ya sama, sama dengan pedagang lain, sama dengan peserta, sama dengan panitia, dan pastinya sama dengan saya.

Kaos putih bertuliskan “Indonesia Gigih Sejak Dulu..!!” terpampang jelas di setiap dada mereka. Tapi selama acara berlangsung saya merenungkan, diantara ribuan orang yang memakai kaos itu, mereka lah pemenang sebenarnya. Para pedagang itulah pejuang sebenarnya.

Mereka berhasil memanfaatkan peluang yang ada. Bahkan tanpa modal..!! justru sebaliknya ribuan orang yang serupa dengan saya, mereka justru “mengemis” mengharap bantuan modal dari pemerintah. Sejatinya pengusaha itu berarti orang yang berusaha, bukan orang yang bermodal. Memang dibeberapa segi kita butuh modal, tapi sekali lagi, menjadi pengusaha itu bukan hanya soal modal, disana ada juga soal kerja keras, marketing, disiplin, passion, dan masih banyak lagi.

Kurang lebih 3ribu orang berkumpul di GBK, untuk disaring hampir setengahnya untuk memperebutkan modal 5-25 juta rupiah per-orang. Sementara penjual minuman keliling, hmmm.. spertinya sehari itu saja mereka dapat omzet mungkin 3-5 juta, tanpa proposal..!!

Seperti sebuah pukulan telak dan langsung KO, saya lemas, lelah, melangkah keluar area GBK. Bukan karena persoalan menang dan kalah, tapi soal harga diri yang terasa jatuh terbanting, dan terinjak. Sendiri menjelang malam, saya seperti ditantang dan dihadang belasan gedung pencakar langit ibu kota. Ah kerdil sekali, bahkan para pedagang itu jauh lebih besar dari gedung itu. Kenapa saya mengemis..??

Senyum terkembang, ada sebuah ledakan besar, apalah makna jatuh ke sebuah lubang jika ada emas didalamnya, alih-alih merintih kesakitan kita akan tertawa kegirangan. pengusaha..?? ini dia..!! 

Wallahu a'lam

Jumat, 08 Maret 2013

Penampakan..!!

Penampakan..!!


Maaf, bukan posting tentang penampakan hantu ya.. kalau terlanjur kecewa silahkan ditutup saja browsernya, mau baca juga gak apa-apa. hehehe

Secara teori semua manusia itu sama, gak ada bedanya. Punya tangan, kaki, kepala, dan perut, mungkin ada beberapa yang memiliki “kebutuhan khusus” tapi setidaknya, normalnya, semuanya sama. Tapi pernahkah kita berfikir, kenapa orang lain berbeda..??

- Bill gates, orang terkaya.
- Obama, orang terpengaruh.
- SBY, orang ter.. galau (becanda)
- Genghis khan, orang terobsesif.
- Hitler, orang ter-kontroversi
- Yang punya blog, orang yang paling tidak dikenal (puassss..???????)

Sekilas membaca deretan nama itu, pernah terbersit gak, kenapa mereka bisa ya..?? sedangkan kita..?? hmm.. padahal tadi kan secara teori sama, fisik sama, psikis sama, makanan sama, waktu hidupnya pun sama sehari 24 jam, lantas kenapa beda..?? oke, menurut penulis yang membedakan adalah kesempatan “menampakan diri”.

Kenapa saya pake judul “penampakan” dan “menampakan diri”..?? itu karena, kaum hantu sudah lebih dulu mengenal teori ini. Coba, kalau dihitung jenis hantu, kita Cuma kenal dengan pocong, tuyul, kuntilanak, genderuwo, dan yang lainnya, tapi padahal hantu itu banyak (yang penulis tahu, hantu itu jelmaan jin atau syetan, nah syetan ini kan abadi sampai kiamat, kebayang gak, dari syetan zaman Nabi Adam sampe sekarang numplek, gak keitung kan..??). kenapa kita hanya kenal syetan “itu”..?? karena mereka yang paling eksis dan paling rajin menampakan “diri”nya. Jadilah mereka itu hantu paling sukses disbanding hantu-hantu yang lainnya (lain kali saya akan buat acara seminar “tips Sukses” dengan pengisi acara pocong, kuntilanak, dan tuyul.. -_- )

Oke, kita tinggalkan dunia hantu, kenyataannya teori tadi memang berlaku pun bagi manusia. Kenapa kita mengenal bill gates sebagai orang terkaya, karena dia rajin berkoar-koar tentang harta kekayaanya, baik itu secara langsung atau pun tidak langsung. Kenapa kita mengenal Robert kiyosaki sebagai The Rich Father..?? karena dia rajin berkoar-koar tentang teori Rich Father-nya.

Perbedaanya ternyata hanya itu, mereka berani menampakan dirinya. Mereka berani berkata, ITS ME..!! tidak peduli salah atau benar, keliru atau tepat, yang penting eksis dulu, tampil dulu. Saya pribadi banyak mengenal orang-orang sukses melalui akun twitter, kenapa saya tahu kalau mereka sukses..?? karena mereka bilang, saya adalah orang sukses..!! kalau mereka tidak bilang, saya sukses, mana mungkin saya tahu kalau mereka sukses..???

Oke, tapi ini mungkin artikel kelanjutan dari artikel brand dan brand part 2. Jadi sebelum menampakan diri, pikirkan terlebih dahulu apa yang mau di perlihatkan. Jangan asal menampakan diri, salah-salah dianggap orang bodoh dan gila lagi. Hehe.

Sederhanya seperti itu, kalau kita ingin dikenal sebagai orang sukses, katakan dulu kalau “saya orang sukses”, kemudian berpenampilanlah layaknya orang sukses, dan berperilaku seperti orang sukses.

Wallahu a’lam

Selasa, 05 Februari 2013

Skenario Kehidupan


Skenario Kehidupan

Pernahkah kita bertanya kenapa kehidupan kita seperti ini..?? kenapa Allah menempatkan kita dikeluarga ini..?? atau mungkin kenapa orang yang-yang kita cintai meninggalkan kita terlebih dahulu..?? itu terjadi atas sekenario Allah, kita mungkin lebih mengenalnya takdir dan nasib, namun di artikel ini saya lebih tertarik mnyebutnya skenario, esensi nya sama, namun biasanya skenario lebih lengkap, terarah, dan memiliki maksud.

Di artikel sebelumnya, saya pernah menyinggung tentang ummi-nya Rasulullah. Keadaan dimana Rasulullah disebut sebagai buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis. Berikut dengan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan “Ummi” nya itu. Ternyata, dibalik ini pun terlahir akibat skenario yang telah Allah rencanakan. Perhatikan alur masa kecil Rasulullah.

Terlahir dalam keadaan yatim, di asuh oleh ibu susu Halimatussa’diyah, kemudian dididik oleh Aminah sampai 6 tahun, sampai menjadi yatim-piatu, sepeninggal ibundanya di Abwa. Hak asuh jatuh ke kakeknya Abdul Manaf sampai usia 10 tahun, dan kemudian hak asuh berpindah kembali ke pamannya Abu Thalib, sampai beliau mandiri dan menikah dengan Khodijah.

Sampai disana saja, ada pertanyaan yang menggelitik gak..?? kok Allah sampai segitunya sih..?? hehe.. pertanyaannya yang agak ngawur sebenarnya, tapi disini lah letak poin yang akan saya angkat, dimana ternyata, masa kecil Rasulullah pun sudah diatur sedemikian rupa agar beliau siap mengemban amanah besar dimasa depan kelak. Penjelasannya sederhananya seperti ini.

Terlahir dalam keadaan yatim, Muhammad kecil dididik mandiri. Begitu pun di usia 2 tahun ia terbiasa “di asuh” orang lain, Halimatussa’diyah. Dalam beberapa cerita, sering diceritakan teman sepermainan Muhammad, yaitu putra dari Halimah sendiri, disini lah terjalin interaksi social pertama Muhammad. Usia 6 tahun, Allah telah memanggil Aminah, di usia ini skenario Allah menilai Muhammad telah siap beranjak ke fase berikutnya. Abdul Manaf, sang kakek memberi tauladan yang luar biasa, yang besar kecilnya mempengaruhi Muhammad muda. Abdul Manaf adalah pimpinan Quraisy yang amat disegani, pemimpin yang bijak, dan dihormati di kaumnya, disinilah Muhammad kecil belajar tentang kepemimpinan, organisasi, kebijaksanaan, dan politik. Setelah di rasa cukup, kemudian Abdul Manaf meninggal, dan hak asuh beralih ke Abi Thalib, disinilah fase berikutnya berlanjut. Dalam asuhan Abu Thalib, Muhammad muda terbiasa dengan bisnis, perdagangan, entrepreneur, dan keterampilan lainnya, seperti menggembala, sampai di titik Muhammad menjadi entrepreneur sukses, dan siap diangkat menjadi Rasulullah.

Skenario Allah masih berlanjut jauh, namun sampai disini saja seharusnya kita sudah memahami bahwa skenario Allah memang memiliki kuasa atas kehidupan kita. Hmmm… bagaimana kalau kita lanjut ke ilustrasi ke dua, mungkin ini lebih logis.

Muhammad bin Idris, siapa yang kenal..??? mungkin agak jarang mendengar namanya, tapi kalau Imam Syafi’i..?? pasti langsung jawab pendiri Mazhab Syafi’i. Nah, jika ilustrasi Nabi Muhammad di atas lebih kearah kuasa Allah, karena Allah lebih bermaksud meng-“Ummi”-kan Rasulullah, dan menjaga ke maksumannya, berbeda dengan Imam Syafi’I, disini kita akan menemukan aspek ikhtiar.

Imam Syafi’I atau Muhammad bin Idris ini memang “be a man” akibat dari rangkaian ikhtiar yang beliau dan ibundanya perjuangkan. Kita tahu Imam Syafi’I ini hafal qur’an di usia 7 tahun, namun beliau tidak serta merta hafal begitu saja. Ibunda Syafi’I kecil adalah seorang hafidzoh, maka bayangkan jika dengan kewajiban sang bunda untuk memelihara hafalannya, misalkan dalam seminggu khatam Al-Qur’an dua kali, artinya di usia 7 tahun, Syafi’I telah mendengar bacaan Al-Qur’an sempurna sebanyak 1176 kali. Di samping memang syafii kecil telah memiliki program tahfidz semenjak kecil.

Logikanya untuk menjadi seorang ilmuwan, belajarlah ke ilmuwan lain. Begitu pun yang dilakukan Imam Syafi’I, agar menjadi seorang pakar fiqih sekaliber imam, beliau menggali ilmu dari seorang yang memiliki predikat sama, yaitu dari Imam Maliki. Tidak hanya sampai disana, ilmu fiqihnya tersebut ia wariskan ke penrus imam selanjutnya, yaitu Imam Hambali.

Nah, sekarang mungkin lebih jelas, ternyata skenario Allah pun bisa berbanding lurus dengan ikhtiar yang kita lakukan. Malah, doa dan ikhtiar pun sebenarnya bagian dari skenario yang telah Allah persiapkan untuk kita. Jadi bagaimana dengan skenario hidupmu..?? sudahkah kamu memahaminya..??

Wallahu a’lam

Minggu, 06 Januari 2013

sedekah 1 milyar..!!

sedekah 1 milyar..!!

jumat siang disebuah mesjid yang tengah melaksanakan renovasi, sayup-sayup terdengar pengeras suara mengumumkan, ada seseorang yang bersedekah 1 milyar, disebutkan namanya dengan sangat jelas.

sampai disini bagaimana menurut kamu..?? oke, sebagian orang memang ada yang mencibir, menuduh riya, sombong, takabur, atau bahkan menuduh uang itu berasal dari uang haram.. halah.. tapi sejujurnya saya tidak pernah menemui fenomena ini, (alhamdulillah..) dan semoga saja memang tidak ada. nah, tapi bagaimana kalau berandai-andai, seandainya kamu mau bersedakah 1 milyar, apa yang akan kamu lakukan..??

"Hai sekalian orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian yang baik-baik dari apa-apa yang engkau semua usahakan dan dari apa-apa yang Kami keluarkan dari bumi dan janganlah engkau semua sengaja memilihkan yang buruk-buruk diantara yang engkau semua nafkahkan itu." (al- Baqarah: 267)
“Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu*, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang faqir maka itu lebih baik bagimu; dan ALLOH akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. ALLOH Maha teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS2:271)

“Orang-orang yang menginfakan hartanya di waktu malam dan siang secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada ketakutan atas mereka dan tiada pula mereka berduka cita.” (QS2:274)

berarti kalau mendengar pengumuman di mesjid ada yang sedekah 1 milyar, semestinya kita gak boleh su'udzon ya..?? lagi pula riya atau nggak itu bukan urusan kita kan..??

beberapa ayat diatas menunjukan landasan bersedekah, dari harta yang terbaik, artinya kita gak boleh berburuk sangka bahwa hartanya berasal dari uang haram, tabayun harus, tapi fitnah jangan..

boleh terang-terangan.. yang penting nggak riya.. dan berniat memotivasi muslim yang lain. pengumuman juga bukan berarti riya, justru ini adalah bukti transparansi pengurus mesjid agar tidak dituduh korupsi. ingat, transparansi itu salah satu syarat organisasi profesional.. jadi "wajib" hukumnya sedekah itu diumumkan.

ini nih yang paling saya suka, kata Ust. Yusuf Mansur, boleh pamrih.. serius.. asal pamrihnya sama Allah. jadi kalau sedekah, terus minta balasan sama Allah gak apa-apa, toh Allah kan tempatnya meminta. :)

Sabtu, 15 Desember 2012

kepepet

malam tadi, tanggal 14 Desember 2012, acara chatting dengan YM bisa jadi acara yang cukup berkesan. salah satu bintang tamunya yaitu, mas Jaya setiabudi, founder YEA, seorang motivator bisnis ternama di kalangan pebisnis pemula. dalam pemaparannya beliau kurang lebih menjelaskan tentang salah satu bukunya yang berjudul TEPOK atau The Power Of Kepepet. sejujurnya saya pribadi belum membaca buku ini, dan hanya mendengar selentingan kabar saja tentang luar biasa nya buku ini, namun kurang lebih ya inilah pemahaman saya.

kepepet, sering kali kita mendengar kata itu sebagai gambaran bahwa situasi dan kondisi kita sudah terdesak, tersudut, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi, percaya atau tidak, tapi disaat seperti itulah kekuatan yang lain dari biasanya akan muncul, entah itu potensi yang "tertidur" atau benar-benar pertolongan Allah. ilustrasinya, ada seseorang yang sangat lambat, jangankan berjalan, berlari pun masih terkejar sama kucing, saking lambatnya. nah suatu ketika, ia bertemu dengan anjing, ternyata gak di sangka-sangka, si anjing mengejarnya, karena takutnya, ia pun berlari sekencang-kencangnya, ternyata saking takut dan saking kencangnya ia berlari, sampai sepeda motor pun kalah cepat dari ia. tidak hanya sampai di sana, ia berpapasan dengan tembok, si anjing masih mengejar, maka terpaksa ia pun meloncati tembok itu, dan siapa sangka, ternyata bisa..!! tapi lagi-lagi ternyata si anjing pun masih bisa meloncati tembok.. (hehe.. gak tahu kenapa si anjing ini begitu nafsu nya sama ini orang..), karena ceritanya kepanjangan, akhirnya si orang ini selamat, dan anjing pun pingsan karena kecapekan.

ya, itu ilustrasinya yang memang agak (atau sangat..) ngawur, tapi kenyataannya hal itu memang sering terjadi. saat kita kepepet entah kenapa tiba-tiba sering datang kekuatan luar biasa yang muncul, yang suka kartun jepang pasti sudah hafal scene yang seperti ini kan..?? saat jagoannya mau kalah, pasti tiba-tiba ia dapet kekuatan luar biasa, dan akhirnya salam sekali tembak.. lawan super kuat pun ambruk. hmmm..

pertanyaannya, kenapa bisa seperti itu..?? jawaban pastinya, ya entahlah.. tapi, saya yakin bahwa memang setiap manusia ini memiliki potensi yang tersembunyi. tersembunyi akibat belum di asah, atau tersembunyi akibat tidak ada situasi yang mengharuskannya mengeluarkan segenap potensinya itu. namun, tidaklah Allah menciptakan sebuah potensi dengan sia-sia bukan..?? ingat pula, ayat terakhir surat Al-baqoroh, yang menyatakan bahwa setiap ujian itu sesuai dengan kemampuan kita, dan tidak akan melebihinya.. nah, sudah dapat korelasi nya belum...??

jadi begini nih, kita punya potensi, dan belum menggunakannya, maka entah itu kapan, tapi Allah akan mengeluarkan potensi itu dengan caraNya, salah satunya dengan kepepet itu tadi. ada yang terpaksa berpidato, saat atasannya tidak bisa hadir dan menyuruhnya mewakili pidatonya, jadilah ia bisa berpidato. ada yang tercemplung ke laut, karena ia tidak mau mati, akhirnya ia bisa berenang.  ada pula yang di pecat dari pekerjaannya, akhirnya karena lamarannya terus ditolak ia menjadi pengusaha besar.

pada akhirnya, seharusnya kita menyadari bagaimana keadaan kita, bagaimana pun itu. entah mudah, atau sulit, ringan atau berat, lapang atau sempit, itu adalah keadaan yang memang telah Allah kondisikan sesuai dengan kemampuan kita. malah, seharusnya kita harus lebih bersyukur di saat situasi kita sulit, berat, dan sempit, karena pada saat itu lah Allah tengah mengeluarkan potensi tersembunyi kita, dan kekuatan kita yang sebenarnya.

Alhamdulillah.. :)

Kamis, 13 Desember 2012

Pemuda, representasi Indonesia


28 oktober 2012

"bagaimana pun juga pemuda zaman dulu, dengan pemuda sekarang itu beda.." kata seorang kakek ke cucu nya.

ya, kondisi zaman selalu berubah, tantangan, era, lingkungan, bahkan psikologi sosial, entah perubahan terkendali atau bahkan acak. 84 tahun pun merupakan waktu yang lebih dari cukup untuk merubah keadaan suatu bangsa, berikut dengan "isi-isinya". 84 tahun terlalu lama untuk mengendapkan rasa perjuangan persatuan suatu bangsa, mesti ada pembaharuan, tentang konsep visi suatu bangsa yang berusia selama itu.

84 tahun yang lalu para pemuda berkumpul, mengikrarkan sebuah janji, kemudian mewujudkannya dalam perjuangan. terus begitu, fenomena itu terus berulang, para pemuda terus membentuk perkumpulan aksi mana kala mereka memiliki visi yang sama dan serentak, sebutlah tritura, sampai reformasi 1998. Para pemuda, berhendak mengambil andil dalam perkembangan bangsa ini. maka dengan bangga sejarah pun mengatakan, inilah Representasi Indonesia.

menarik saat kita berbicara 84 tahun kemudian setelah peristiwa Sumpah Pemuda, apa representasi Indonesia..?? atau setelah 52 tahun Tritura, dan setelah 14 tahun Reformasi.. perjalanan kita belum selesai, para pemuda pasti menyadari itu. namun, sadarkah  representasi apa yang terbentuk untuk Indonesia saat ini..??

tidak bisa disangkal, kalau opini terbentuk dari media informasi, bagaimana jangkauan informasi kini sudah tidak terbendung menjangkau semua lapisan, kelas, dan menembus semua batas. pembentukan opini hanya butuh belasan menit, pemutar balikan fakta, doktrin, dan opini liar hanya butuh beberapa menit saja. entah itu suatu kesengajaan atau bukan, yang pasti akibat informasi yang tidak terkontrol ini, berakibat negatif bagi representasi Indonesia.

tantangan berubah 180 derajat, semenjak reformasi. tantangan yang dihadapi adalah gempuran informasi dan hiburan yang terkesan tak terkendali, terkadang melenakan, dan mendoktrin liar pikiran dan mindset para pemuda. akibatnya, visi yang semenjak dulu diperjuangkan mulai terkikis. sebuah pekerjaan rumah yang cukup berat, namun lagi-lagi harapan itu selalu masih ada, dan selalu ada.

pertanyaan mengenai representasi ini sama sekali belum terjawab, entah dimana kita harus mencarinya, apa yang kita lihat dan yang kita dengar pun masih terkesan absurd. media informasi tidak lagi mewakili itu semua, apa yang kita lihat dari televisi..?? konser musik hura2.. sinetron.. serial korea.. berita kriminal.. infotaiment.. representasi apa yang kita peroleh dari sana..?? contoh dari televisi di atas, merupakan sebuah bentuk tantangan bagi para pemuda untuk menjaga diri dan visinya.

maka buka lah mata kita, dan lihat dari kaca mata berbeda. harapan itu ada, meski kecil, dan tak nampak, namun ia hanya menunggu waktu yang tepat. kita hanya perlu berubah, mengubah pola fikir, mempertahankan visi, dan yang pasti cita-cita membangun bangsa dengan martabat yang lebih baik. karena harapan itu adalah, kita.

selamat hari Sumpah Pemuda.
brand part 2

brand part 2


melanjut catatan saya sebelumnya tentang brand, iseng coba googling, dan dapat link ini http://inet.detik.com/read/2012/10/03/123542/2053493/398/3/11-brand-paling-mahal-di-jagat-teknologi lihat..!! bagaimana gilanya harga sebuah brand..!! ckckck..

memang brand adalah sebuah aset yang sangat berharga. brand mungkin tak berbentuk, ia hanya sebuah nama, (mungkin berupa seritifikat, atau catatan hukum) namun investasi sebuah brand ini bisa menentukan kesuksesan juga. ya, bagaimana pun juga kesuksesan itu tergantung seberapa terkenal brand yang ia miliki.

mengingat sangat berharga dan mahalnya sebuah brand, maka penyalah gunaannya pun akan dijatuhi hukuman. secara umum, Brand memang dilindungi secara hukum legal yang berlaku di masing-masing negara. di Indonesia sendiri terdapat UU no 15 tahun 2001 tentang Merk. nah, maka bagaimana pun bentuk pelanggaran yang merugikan si pemilik brand bisa dituntut hukuman, paling tidak denda.

ada sebuah kasus unik, kasus ini berasal dari sebuah artikel majalah franchise Indonesia. artikel tersebut mengangkat sebuah brand yang sedang di upayakan legalisasi nya di indonesia, uniknya nama brand tersebut adalah "kopitiam". unik, aneh, dan entahlah, antara cerdas, atau bodoh. apa pasalnya..?? mungkin bagi orang awam ya bukan apa-apa, tapi bagi warga melayu keturunan cina, hal itu sangat mengganggu. ya, karena kopi itu berarti kopi, dan tiam itu berarti warung, berarti kopitiam adalah warung kopi..!! bayangkan jika siapa saja yang menggunakan nama kopitiam tanpa izin si pemilik, maka ia akan dijerat tuntutan, sedangkan nama kopitiam sendiri sudah banyak tersebar disepanjang jalan, terutama di wilayah melayu (sumatera, malaysia, dan pesisir perbatasan kalimantan).

faktanya, brand kopitiam sendiri sudah lolos sebagai hak merk, dan entahlah kelanjutan hukum para pemilik warung kopi yang lainnya.

brand


catatan ini terinspirasi sari seminar yang saya ikuti minggu kemarin, tepatnya seminar ELC. nah ada bagian tertentu saat tanya jawab dengan narasumber (Bapak Hendy Santoso, Founder Dunia Fitnes) mengenai brand, atau kurang lebih pertanyaannya seperti ini, "Apa yang harus kita dahulukan, branding produk atau branding perusahaan..??"

apa jawabannya..?? ternyata yang harus didahulukan adalah branding perusahaan. hmmm.. jawabannya memang simple, tapi jawaban ini mendorong saya jauh berfikir tentang pentingnya branding diri sendiri.

ya, alasannya jelas, sama seperti branding perusahaan, ketika kita mendengar kata sepatu, apa yang terlintas di kepala..?? nike, dadung, atau coca cola..?? pasti nike.. mana yang lebih kuat..?? nike, cibaduyut, atau bakiak..?? pasti nike..!! ini yang dimaksud branding.. tak peduli produk itu bagus, atau jelek, saat mendengar kata "nike" pasti asumsinya bagus.

sekarang, bayangkan kalau branding itu terdapat dalam seseorang.. misal ada 3 orang asep, udin, dan jajang.. asep seorang menteri pertahanan, udin seorang petani, dan jajang seorang perampok.. suatu ketika asep bilang A.. udin bilang A.. jajang bilang A juga.. pertanyaannya, siapa yang pasti lebih di dengar..?? pasti asep.. ya, itulah branding, produk mungkin sama, tapi saat keluar, orang2 akan melihat sumbernya dari mana.

branding diri sendiri bisa berarti juga, "apa yang orang bayangkan saat nama kita disebut". nah, sudah tahu kah apa branding kita..?? :)
untuk ikhwan.. (akhwat wajib baca..)

untuk ikhwan.. (akhwat wajib baca..)


warning..!!

catatan hanya untuk mereka yang beragama Islam ya. jika merasa ada keanehan dalam membaca ini segera syukuri, jika ada rasa ingin berubah, segeralah berubah, jika lapar segera makan.. (?????????????)

catatan ini saya kutip dari ustadz felixsiauw, seorang inspirator muslim, mualaf, dan pejuang juga. jadi kalau mau protes jangan sama penulis, sono saja sama ustadz-nya.. hehe (lempar tangan sembunyi batu, lempar udang dibalik batu, apap pun lah..)

cekidot..

ada 2 ciri pacar yang baik 1) yg berani memutuskan atau 2) yang minta putus

ciri lelaki putus asa >> kl kamu mau putus dan berhenti maksiat, dia bilang "ini terakhir deh" | yg begini suruh ngomong sama tembok aja

ciri lelaki lagaknya Islami pdhl miskin ilmu >> bilang "putus itu berarti mutus silaturahmi" | ngarang! silaturahmi ke ibumu bukan pacaran!

ciri lelaki licik >> kl lagi ada maunya, pasang muka sedih, berharap diladenin dan dituruti kemauannya, yg begini suruh nguras laut aja!

ciri lelaki culas >> selalu pake kata "kalo kamu nggak mau, berarti kamu nggak sayang sama aku" >> yg begini setan, gampar aja

ciri lelaki lebay lagi, diputusin trus langsung duduk peluk lutut, melihat matahari terbenam sambil nangis, emangnya komik! =_=

salah satu ciri lelaki lebay >> diputusin, ngancem dgn siksa diri, berharap org kasian ma dia, bisa bayangin yg begini jadi suami? =_=


terakhir.. senyuuummm.. :)

nak, kamu kerja apa..??


“Nak,kamu kerja apa..??”

Deg.. inilah pertanyaan paling sakral bagi seluruh ikhwan di dunia, terutama di Indonesia, (mungkin kalau di luar negeri, pertanyaannya, what are you doing..??? eh.. ). Kenapa sakral..?? karena inilah pertanyaan pertama yang akan keluar dari seorang ayah dari akhwat yang kita cintai, calon mertua.

Ok, mungkin ada sih beberapa calon mertua yang tidak menanyakan itu, dengan asumsi, calon menantunya sudah mapan, dan berpenampilan dewasa. Ya ini pengecualian, tapi saya yakin, orang tua sudah lebih jeli, dan tidak akan tertipu hanya oleh penampilan semata, ya sudah kita abaikan bagian yang ini, sekarang kita bahas lebih jauh tentang pertanyaan di atas.

Kenapa..?? ada apa dengan pertanyaan ini..?? bagi para ikhwan jangan dulu bersuudzon pada calon mertua ya, dengan berfikiran, matre, merendahkan, atau mempersulit. Tidak, calon mertua tidak berfikiran seperti itu, namun ada kewajiban bagi dirinya untuk memastikan putrinya hidup dengan pasangan yang tepat, bagaimana pun juga lamaran itu seperti sebuah pertaruhan akan kehidupan putrinya. Nah disini calon mertua sebagai wali dari sang putri wajib memastikan kelayakan bagi kehidupan putrinya kelak kan..?? Hmmm..

Lebih jauh, sebenarnya di balik pertanyaan ini adalah sebuah kesempatan bagi para ikhwan untuk menjelaskan dirinya sejelas mungkin, karena penulis yakin, calon mertua tidak membutuhkan jawaban “kerja dimana” dan “gaji berapa”, tapi calon mertua membutuhkan jawaban tentang siapa calon menantunya tersebut, yang nantinya akan menilai fighting spirit (ghiroh), attitude(akhlalq), gratitude(syukur), nilai iman, dan mental, sebagai modal mengarungi kehidupan rumah tangga bersama putrinya kelak.

Bisa jadi, calon mertua akan menolak seorang ikhwan yang sudah kerja di perusahaan ternama dengan gaji yang luar biasa, ketika ada seorang ikhwan lain yang melamar dan ia pengangguran. Ya, siapa sangkan kan..?? ternyata ikhwan pengangguran tersebut menjelaskan ia memang tidak bekerja, tapi ia memiliki yayasan anak yatim, 5 buah toko, sebuah bengkel, sebuah pengajian, dan pengurus mesjid, serta pendapatannya perbulan adalah 50 juta.. hehehe

Gambaran di atas menunjukan, sekali lagi, calon mertua justru membutuhkan jawaban, dengan cara apa putri kita akan diberi nafkah..?? halal atau haram..?? ini penting, sebab saat wali tidak tahu dari mana datangnya rizki yang diperoleh putrinya, ia pun turut bertanggung jawab.

Kenapa..?? ada apa dengan fighting spirit, attitude, gratitude, nilai iman, dan mental..?? nah ternyata ke lima hal ini adalah modal terpenting dalam kehidupan, ok ilustrasinya seperti ini,
Seorang ikhwan sebutlah bernama hadad ( lagi-lagi narsis..), melamar seorang putri dari seorang ayah (definisi gak jelas.. gak jelaaaasss..). nah ketika di Tanya soal pekerjaan ternyata si hadad ini menjawab belum punya, alias pengangguran, tapi si hadad berhasil menjelaskan dirinya dengan ke 5 sifat itu tadi. Dan akhirnya calon mertua menerima lamarannya. Setelah pernikahan apa yang terjadi kemudian..?? ternyata si hadad ini menunjukan
- fighting spirit yang luar biasa, ia berfikir “anak bini gue mau makan apa..?? gue harus kerja cari nafkah terbaik buat mereka, mereka harus makan enak.. dan bla bla bla..”,
- attitude : si hadad senantiasa ber akhlak baik, memperlakukan istri dan keluarganya dengan amat terhormat, sehingga terjalin sakinah, mawadah, warohmah, cieee..
- gratitude : mensyukuri kehidupannya, mensyukuri istrinya, mensyukuri keluarganya, akhirnya… sudah pasti, bahagia..!
- nilai iman : bagaimana pun juga si hadad ini percaya, kehidupannya dalam lindungan dan pemeliharaan Allah. ( nanti kita bahas lebih jauh..)
- mental : dewasa menyelesaikan masalah, dan menjadi pemimpin dalam rumah tangga, ya mental seorang pria dalam rumah tangga itu harus..!! jangan mental banci…!!

Beda lagi jika si hadad mampu menjawab kerja di PT. anu, dengan gaji 100juta perbulan. Tapi ia tidak memiliki 5 sifat tadi, hasilnya,
-          Fighting spirit : ngandelin gaji, kalo libur tiduran. Kalau di PHK, ya sudah bunuh diri. (ekstriiimm..)
-          Attitude : semena2 sama istri, ngerasa dia yang ngasih makan, ngerasa dia yang ngasih pakaian, istri mah nurut aja..!! (dengan  motto istri itu hanya ada di dapur, kasur, sumur.. whats..???? emang kutu..???)
-          Gratitude : alih2 mensyukuri ia justru mencari yang lain, bagus kalau poligami, ini mah selingkuh (rajam.. rajam..)
-          Nilai iman : “ini gaji gue, kerja gue, keringat gue..” ( udah gak perlu di jelasin dimana letak salahnya..)
-          Mental : tahu ah..
Memang sih di atas hanya gambaran ekstrim saja, kenyataannya mungkin hanya 4,3,2, atau 1, atau ada ke 5-nya yang jelas ini lah tugas wali untuk memilih dan memutuskannya.
Khusus, paragraph akhir ini, penulis ingin menjelaskan khusus tentang nilai iman. Kenapa, kembali ke pertanyaan di atas, pertanyaan kerja itu bukan pertanyaan tentang rizki, mau kerja atau pun tidak, rizki mah sudah ada yang ngatur. Coba cek surat annur ayat 32, Allah menjamin (jaminan Allah itu pasti..!!) siapa yang menikah dalam keadaan miskin maka Allah akan mengayakan..!! dan ternyata lawan kata dari kaya itu apa..?? bukan kemiskinan, tapi kecukupan. Subhanallah.  Jadi selama ia bersyukur hampir di pastikan tidak akan pernah miskin, pasti di cukup, dan bahkan di lebihkan.
Nah, apa yang coba penulis jelaskan disini justru aplikasi iman itu tadi, dengan ikhtiar yang optimal, jihad, dan ibadah, dalam kehidupan rumah tangga. Bekerja (karyawan atau pengusaha) itu adalah salah satu bentuk ikhtiar dan jihad, maka meragukan jika seorang mengaku beriman, dengan 2 ayat di atas, akan tetapi ia menganggur dan pemalas, itu bukan iman..!!
Oh iya, terakhir, apa yang harus dilakukan ikhwan, optimalkan ikhtiar, belajar tentang leadership sebanyak mungkin, perkuat iman, dan terus latih 5 hal tadi (fighting spirit, attitude, gratitude, nilai iman, dan mental ), jika yakin sudah siap, segera lamar..!! jangan takut di tolak..!!!

Bagi akhwat, hmmm.. penulis gak tahu, sumpah.. mungkin perbanyak saja ngobrol sama orang tua tentang kriteria menantu yang mereka inginkan, berdoa, dan jika sudah punya pilihan dan yakin, komunikasikan dengan orang tua, jodoh terbaik bagi seorang akhwat adalah jodoh yang dipilihkan orang tuanya, atau yang direstui otang tua. Yakin.
Wallahu a’lam.
*semua gambaran di atas hanya hipotesa, hasil renungan, jadi nggak ada nilai ilmiahnya sama sekali, yang pasti do the best lah.. hehehe

Rabu, 12 Desember 2012

Steve Job - Inspirasi

Steve Job - Inspirasi

Ini Dia Kunci Sukses Steve Jobs
Penulis : Tim AndrieWongso
Rabu, 16-November-2011


Para pesaing menyebut Steve Jobs, pendiri Apple Computer Inc., sebagai pengubah dunia. Tak ketinggalan Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga mengakui kehebatan mendiang yang meninggal 5 Oktober 2011 kemarin. "Steve (Jobs) adalah salah satu inovator terbesar Amerika yang cukup berani berpikir beda, cukup berani untuk percaya bahwa dia bisa mengubah dunia, dan cukup berbakat untuk melakukannya," kata Obama.
Apa sebenarnya rahasia sukses Steve Jobs hingga bisa sukses seperti itu?
Kerjakan Apa yang Dicintai
Ini nasihat lama yang sudah sering kita dengar. Bahkan sudah menjadi kredo bisnis yang harus dipegang setiap orang yang ingin sukses menjadi pengusaha. Tetapi jika itu kembali didengar dari ucapan Steve Jobs, nasihat ini pasti luar biasa.
Jobs menempatkan kecintaannya pada pekerjaan sebagai kunci suksesnya. Ia dipecat oleh eksekutif yang ia angkat di Apple karena dianggap tidak sesuai dengan missi perusahaan. Namun ia tak "ngambek". Ia anggap pemecatan itu sebagai berkah. Dan ketika kesempatan untuk kembali ke Apple datang ia menyambutnya dengan senang hati. "Saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple tidak mengubah sedikit pun. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Dan saya memutuskan untuk memulai kembali," katanya.
Berikan Peran di Dunia
Jobs membuat sesuatu bukan hanya untuk memenuhi pasar di lingkungan yang sempit. Ia melakukannya untuk mengubah dunia. Suatu kali, seperti dituturkan Carmine Gallo, penulis buku The Presentation Secrets of Steve Jobs dan The Innovation Secrets of Steve Jobs, Jobs bertanya pada Presiden Pepsi saat itu, John Sculley. "Apakah Anda hanya ingin menghabiskan hidup Anda menjual air gula atau ingin mengubah dunia?" tanyanya. Seperti kita ketahui, Sculley kemudian direkrut Jobs jadi CEO Apple Computer (1983-1993). Namun justru Sculley-lah yang memecat Jobs.
Tanpa Jobs, Apple gagal meneruskan kiprahnya "mengubah dunia". Namun ketika Jobs kembali tahun 1997, Apple melahirkan produk-produk inovatifnya yang populer mulai dari iMac, iBook, iPod, hingga iPhone dan iPad saat ini.
Menghubungkan Banyak Titik
Dalam pidatonya yang paling berkesan di Stanford University pada tahun 2005 ia mengistilahkan suksesnya dengan "Menghubungkan sejumlah titik". Titik-titik itu bisa berupa kebutuhan orang yang terus berkembang, tantangan yang dihadapi pengembang teknologi, keindahan produk, dan sebagainya. Untuk menghubungkannya memang diperlukan kreativitas dan Jobs sukses melakukannya.

Tak Membatasi Diri
Berapa banyak ide yang disodorkan untuk dicoba diwujudkannya? Jangan tanya Jobs, karena ia pasti akan membawa begitu banyak ide. Ketika ia kembali ke Apple pada tahun 1997 ia tidak membawa satu-dua ide produk. Ia membawa 350 macam ide produk. Dari ide sebanyak itu, setelah diseleksi tim, hanya 10 yang harus diwujudkan dalam dua tahun ke depan. Jadi, ia tak membatasi diri untuk membuat idenya.
Stay Hungry, Stay Foolish
Di pengujung pidatonya di Stanford University itu, Jobs mengucapkan dua kalimat pendek-pendek: Stay Hungry, Stay Foolish. Tetaplah lapar, tetaplah bodoh. Sebenarnya ini kata-kata motivasional dari Steve Jobs untuk mengajak mahasiswa Stanford University yang dikaguminya untuk tetap belajar dan tetap kreatif. Hanya orang lapar akan ilmu pengetahuan yang akan terus belajar, dan hanya orang yang merasa bodoh yang akan terus memperbaiki kemampuannya.
Menjual Mimpi Bukan Produk
Amati produk-produk keluaran Apple. Produk-produknya sangat simpel. Dan makin lama makin sederhana. Karena begitu sederhana, konsumen sampai tak memikirkan cara mengoperasikannya (karena gampangnya). Begitu iPad di tangan, misalnya, mereka segera membayangkan apa yang akan dilakukannya. Dari sanalah lahir mimpi-mimpi penggunanya.
Ancaman Kematian
Steve Jobs mengakui bahwa ketika ia berusia 17 tahun ia menemukan satu kutipan yang sangat berkesan mengenai kematian. Jika setiap hari merupakan hari terakhirmu, apa yang akan dilakukan? Setelah itu, setiap kali bercermin di pagi hari ia bertanya pada dirinya sendiri. "Jika ini hari terakhir saya, apakah saya akan melakukan apa yang saat ini saya lakukan?" Jika jawabannya tidak, ia akan mengubah sesuatu agar yang dilakukannya jauh lebih bermakna.
Prinsip-prinsip Steve Jobs itu sebenarnya sederhana dan bisa diterapkan oleh siapa saja. Prinsip yang sangat manusiawi, menggambarkan etos kerja yang luar biasa, menyenangkan karena berdasarkan kecintaan dan kesenangan. Namun tak gampang menerapkannya tanpa dibarengi komitmen.

Kamis, 04 Oktober 2012

loncat atau diam...???


Saatnya telah tiba, bagi burung kecil itu untuk pergi meninggalkan sarangnya yang hangat dan nyaman, ia harus segera terbang untuk mulai hidup sebagai burung, bukan lagi sebagai makhluk setengah burung yang hanya bisa merangkak, dan meminta belas kasihan kepada orang tuanya untuk disuapi.

Namun hal itu bukanlah persoalan yang mudah, bagi burung kecil itu, terbang sangatlah menakutkan, tidak jarang ia melihat burung-burung lain yang baru belajar terbang jatuh ke dasar jurang, ada yang terluka, lumpuh, bahkan sampai tewas seketika. Berbagai pemandangan itu sempat mengeclkan hatinya untuk bisa terbang.

Disisi lain, ia melihat saudara-saudaranya yang lain tengah asyik menari-nari menghiasi angkasa, sambil sesekali hinggap untuk mencari makan, tanpa harus susah payah kelaparan menunggu induknya untuk datang. Ia sangat tertarik dan ingin untuk bisa terbang seperti itu, akan tetapi ketakutannya terlampau besar untuk terbang.

Namun hari ini, tidak ada pilihan lain bagi burung itu kecuali ia harus bisa terbang dan mencari makan sendiri. Sudah beberapa hari ini induknya tidak datang mengantarkan makanan. Hal itu semakin memaksanya untuk bisa terbang.

Perlahan ia berdiri di tepi jurang, sungguh ini adalah pengalaman pertama bagi burung itu merasakan ketinggian yang amat dalam, semula ia menggigil ketakutan mengingat pemandangan mengerikan yang pernah ia lihat dahulu. Namun, dalam keadaan yang begitu memilukan itu tiba-tiba terdengar suara lembut yang begitu kenal, dan begitu sangat ia rindukan, induknya.
“ayo nak, kamu bisa, loncat dan kepakanlah sayapmu….” Sayu-sayu suara induknya menyemangati.

Burung kecil itu hanya menunduk, persaannya sudah tidak karuan lagi, ia tidak mampu berkata apa-apa, perlahan air matanya menetes, nafasnya sudah begitu sesak, sayap dan kakinya begitu lemas.
Kemudian ia menarik nafas, merentangkan sayapnya selebar mungkin, mengangkat dadanya, membuka mata, tatapannya begitu tajam namun penuih harapan…dengan satu hentakan ia meloncat….dan berteriak….

“ aku akan membelah angkasa……..!!!!!!!!”

Seperti itulah sahabat, hidup ini pasti akan dihadapkan pada pilihan yang begitu menyulitkan, pilihan yang terkadang menyebabkan kita sakit, lemah, atau menangis. Namun tanpa kita sadari, justru itu adalah batu loncatan untuk kita supaya menjadi lebih matang dan dewasa. Seperti hari ini, mungkin kita telah hidup nyaman, banyak teman, saudara, tempat yang kita cintai, namun kita dihadapkan pada pilihan sulit, yaitu kita harus meninggalkan semuanya. Tapi itulah satu-satunya pilihan, agar kita menjadi dewasa dan menjadi lebih kuat….

Sekarang….MELONCAT ATAU DIAM…????? ITU PILHAN KITA KAWAN…

Kamis, 16 Februari 2012

inilah cerita sebuah roda


 “kehidupan berputar layaknya sebuah roda..”

Sebuah pepatah umum saya kira, tentang pemahaman kita tentang kehidupan. Roda ini berputar, jika kita berada di satu titik dalam garis lingkar roda tersebut, maka ada kalanya kita berada diatas, dan sewaktu-waktu di bawah. Tapi yang ingin saya ceritakan disini adalah tentang imajinasi saya, terkait roda kehidupan.

Bayangan pertama yang terdapat di kepala tentang roda adalah, roda yang berputar. Timbul pertanyaan, apakah roda itu berputar pada porosnya, semisal katrol diam, atau roda yang bergerak menggelinding. Saya membayangkan jika roda itu berputar pada poros dan diam, alangkah monotonnya hidup ini, hanya berputar di tempat yang sama, jatuh bangun di tempat yang sama, ah membosankan. Maka jika saya bisa memilih roda kehidupan, saya lebih baik memilih roda menggelinding. J

Bayangan kedua, jika roda itu menggelinding, berarti bergerak dalam sebuah medan, sebuah landasan. Nah, permasalahannya landasan itu tidak akan selamanya mendatar, dan lurus, pasti akan banyak ditemukan belokan, tanjakan, dan turunan, bahkan jurang atau tebing pun pasti menghadang. Hal ini melahirkan, bayangan saya berikutnya, mungkinkah jika kita yang berada di garis lingkar roda itu memiliki kendali, semacam stir ? jawaban saya, bisa saja. Ralat jika salah, mungkin ada korelasinya dengan pepatah arab, man jadda wa jadda..!! berarti kita bisa mengendalikan kehidupan, syaratnya hanya satu sungguh-sungguh.

bentuk sesuai dengan medan dan kebutuhan
Bayangan berikutnya, adalah jenis roda yang kita “tumpangi” dalam perjalanan menggelinding tadi. Apakah roda itu berjenis yang bisa menaiki bukit, atau jenis yang bisa berenang, atau yang standar, atau yang seperti apa ? jenis roda ini akan mempengaruhi perjalanan roda tersebut. Dalam perspektif saya, inilah kemampuan, potensi, sumber daya yang kita miliki untuk menjalani kehidupan, seoptimal mungkin, dan semaksimal mungkin. Permasalahannya, jika kita tidak tahu jenis roda seperti apa yang kita tumpangi, kita memaksanya untuk mendaki bukit, padahal roda kita tidak sanggup, dan sebenarnya ada jalan yang mendatar, hanya saja memutar lebih jauh. Ini terjadi pada orang-orang yang tidak mengetahui potensi yang terdapat pada dirinya, akibatnya, ia hanya bekerja dan berkutat dalam satu hal tanpa memperoleh hasil, padahal jika ia memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya, hasil berupa kesuksesan itu pasti diraih.

Bayangan selanjutnya, dalam bentuk sebuah roda pasti terdapat dua sisi, seperti uang logam. Maka jadilah dua sisi yang selalu hadir dalam kehidupan, panas-dingin, gelap-terang, baik-buruk. Sebuah roda yang baik, adalah roda yang seimbang antara kedua sisinya, sehingga ketika ia berjalan, ia akan tetap stabil tanpa mudah celaka.

Ya, itulah sekilas imajinasi saya tentang roda, roda kehidupan. Sebuah catatan sederhana, yang dikembalikan kembali pada pandangan masing-masing.


Jika ada yang ingin menambah atau memodifikasi “roda”-nya masing-masing, share ya.. J

Jumat, 10 Februari 2012

Humor Sufi: Miskin dan Sepi

Humor Sufi: Miskin dan Sepi

seperti biasa, republika selalu memberikan inspirasi dan pencerahan tentang kehidupan. satu lagi, sebuah cerita sederhana yang berhikmah.

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang pemuda baru saja mewarisi kekayaan orang tuanya. Ia langsung terkenal sebagai orang kaya, dan banyak orang yang menjadi kawannya.

Namun, karena ia tidak cakap mengelola, tidak lama seluruh uangnya habis. Satu per satu kawan-kawannya pun menjauhinya.

Ketika ia benar-benar miskin dan sebatang kara, ia mendatangi Nasrudin. Bahkan pada masa itu pun, kaum wali sudah sering (hanya) dijadikan perantara untuk memohon berkah.

"Uang saya sudah habis, dan kawan-kawan saya meninggalkan saya. Apa yang harus saya lakukan?" keluh pemuda itu.

"Jangan khawatir," jawab Nasrudin, "Segalanya akan normal kembali. Tunggu saja beberapa hari ini. Kau akan kembali tenang dan bahagia."

Pemuda itu gembira bukan main. "Jadi, saya akan segera kembali kaya?"

"Bukan begitu maksudku. Kalu salah tafsir. Maksudku, dalam waktu yang tidak terlalu lama, kau akan terbiasa menjadi orang yang miskin dan tidak mempunyai teman."

Senin, 06 Februari 2012

kotak infak

pagi-pagi seperti biasa, melihat-lihat situs berita online. (biar update nh otak..). aku menemukan sebuah artikel menarik. hikmah dan pembelajarannya semoga bisa kita ikuti dan amalkan. simak ya..


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof Dr Yunahar Ilyas

Sudah menjadi tradisi di Tanah Air kita, umumnya masjid-masjid dan mushala menyediakan kotak infak. Sebuah kotak infak berukuran besar di letakkan secara permanen di bagian yang dianggap strategis, bisa di teras sebelum pintu masuk, atau di bagian dalam langsung setelah pintu masuk.

Jika ada pengajian, kotak infak diedarkan keliling. Begitu juga waktu penyelenggaraan shalat Jumat, tidak lupa beberapa kotak infak diedarkan dari shaf depan hingga paling belakang. Biasanya jumlah infak pada hari Jumat lebih banyak dibanding dengan infak waktu pengajian.

Begitu jugalah yang terjadi pada sebuah masjid di salah satu kota/kabupaten di Jawa Tengah. Setiap selesai rangkaian ibadah Jumat, beberapa orang takmir, kadang-kadang dibantu oleh jamaah mulai membuka kotak infak dan menghitungnya. Isi kotak infak didominasi uang recehan Rp 500, Rp 1.000, dan Rp 2.000. Sesekali terdapat uang Rp 50 ribu, Rp 20 ribu, dan Rp 10 ribu.

Tetapi yang menarik perhatian, pada setiap Jumat selalu ada satu lembar uang Rp 50 ribu. Lembaran uang tersebut selalu tampil sendirian, kesepian, tidak ada temannya. Berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun selalu ada uang lembaran Rp 50 ribu sendirian. Siapa dermawan itu, tak seorang pun tahu.

Sang dermawan tidak pernah sekalipun memperlihatkan uang Rp 50 ribuan tersebut, baik sengaja ataupun tidak kepada jamaah di sampingnya. Barangkali uang itu memang sudah disiapkannya sedemikian rupa dari rumah, dilipat kecil-kecil, di letakkan di kantong baju, sehingga tidak terlihat orang lain. Begitu kotak infak lewat di depannya, maka tangan kanannya langsung memasukkan uang tersebut ke dalam kotak sambil ditutup dengan tangan kirinya.

Bukan berarti menutupi tangan itu karena yang disumbangkan lebih kecil, lebih besar atau malu karena terlihat orang di sampingnya. Ia berinfak ikhlas karena Allah. Orang yang berinfak dan tidak diketahui oleh yang lain, maka dia akan mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat nanti. (Shahih Muslim No 1712).

Alhasil, selama bertahun-tahun tidak ada seorang pun yang tahu siapa dermawan itu. Pada suatu Jumat, tiba-tiba petugas infak tak menemukan lagi uang Rp 50 ribu itu. Para penghitung saling berpandangan dan bertanya-tanya. Pada Jumat berikutnya mereka tak menemukan uang serupa. Begitu seterusnya. Para penghitung, termasuk takmir masjid jadi penasaran. Mulailah pengurus serius menyelidikinya. Akhirnya pertanyaan itu terjawab.

Pada suatu hari sehabis mengisi pengajian di masjid tersebut, saya diajak oleh pengurus masjid makan di sebuah rumah makan tidak jauh dari masjid. Sewaktu makan-makan itulah seorang pengurus menceritakan kisah uang tersebut. “Ustaz tahu, siapa dermawan itu?” tanya seorang pengurus dengan serius. Dengan antusias saya menunggu jawabannya. Pengurus itu meneruskan ucapannya: “Dermawan itu adalah Pak Haji pemilik rumah makan ini.” Saya menyelidik, “Dari mana Anda tahu?”

“Sebab, uang Rp 50 ribu itu menghilang persis dua hari setelah Pak Haji pemilik rumah makan ini meninggal dunia. Sejak itulah, uang tersebut tak pernah lagi ditemukan.” Semoga Allah SWT memberi ganjaran berlipat ganda akan kedermawanan dan keikhlasan Pak Haji tersebut.

subhanallah..

Jumat, 05 Agustus 2011

saatnya berubah..!!

saatnya berubah..!!

assalaamu’alaikum wr. wb.

Sejak menggarap makalah pada tahun 2007 dan tesis pada tahun 2009 tentang Buya Hamka, saya menjadi akrab dengan karya-karya beliau yang kini sudah dikategorikan ‘klasik’ dan langka. Bersamaan dengan usaha saya untuk memahami karya-karya klasik tersebut, saya pun bertemu dengan karya-karya klasik lainnya seperti buku-buku Moh. Natsir, Prof. Rasjidi, dan biografi para tokoh seperti Moh. Natsir, Kasman Singodimedjo dan Anwar Harjono. Menyelami bacaan-bacaan semacam ini menjadi semacam petualangan yang tersendiri. Selain gaya bahasanya yang berbeda dengan bahasa orang sekarang, juga karena kedalamannya yang begitu mengejutkan.

Kita memang cenderung berpikiran bahwa peradaban manusia selalu maju; orang sekarang dianggap lebih pintar daripada nenek moyangnya. Akan tetapi jika kita selidiki secara seksama melalui karya-karya para ulama Indonesia dahulu, kemudian diperbandingkan dengan karya-karya yang kita jumpai sekarang, maka akan kita temui fakta yang berkebalikan dari asumsi tadi. Moh. Natsir sudah mendebat habis Soekarno dan pandangan ‘sekuler setengah matangnya’ yang sekedar ingin mengikut jejak Turki namun – sebagaimana ditekankan oleh Natsir – sangat minim referensinya. Prof. Rasjidi sudah menelusuri dunia ghazwul fikriy (perang pemikiran), mulai dari bahasan-bahasan tentang Syi’ah, kristenisasi, ateisme, hingga infiltrasi pemikiran sekuler ke kampus-kampus IAIN. Jika Natsir dan Rasjidi adalah tokoh yang sudah digembleng oleh pendidikan tinggi, maka Buya Hamka adalah tokoh yang sangat kuat dalam tradisi otodidaknya. Karya-karyanya menggunakan referensi yang sangat luas, mulai dari pemikiran kaum filsuf Yunani kuno, Eropa abad pertengahan, hingga kaum Teosofi, aliran kebatinan, dan tentu saja dari karya-karya para ulama sebelumnya.

Ketika berkesempatan menyantap makan siang dalam sebuah acara santai bersama ust. Ahmad Sarwat, saya menyampaikan kegundahan saya tentang langkanya sosok da’i yang intelek kini. Natsir dan Hamka bagaikan jauh di awang-awang; begitu sulit untuk dibayangkan oleh saya yang hidup di jaman sekarang. Puluhan tahun yang lalu Natsir telah membicarakan bagaimana agama Islam mampu mengarahkan kebudayaan manusia bahkan kemudian membangun peradabannya sendiri, sedangkan para da’i sekarang masih saja berkutat menjawab pertanyaan jamaahnya seputar hukum bergosip, sah-tidaknya shaum orang yang muntah dan semacamnya. Hal-hal yang sudah dijelaskan dalam ratusan judul buku, bahkan seharusnya sudah diajarkan di sekolah-sekolah, masih saja menjadi bahan pembicaraan di ceramah-ceramah. Apakah ini gejala umat yang tak maju-maju atau da’i-nya yang memang tidak pernah naik level?

Ust. Ahmad Sarwat kemudian menjelaskan bahwa apa yang saya tanyakan itu juga pernah jadi bahan pemikiran ust. Rahmat Abdullah rahimahullaah dahulu. Kalau kita membaca debat-debat Natsir dan Soekarno, maka jelas Natsir berada pada level intelektualitas yang jauh lebih tinggi. Hanya saja masalahnya, Natsir bukanlah orator, melainkan konseptor. Kelihaiannya adalah dalam soal berpikir, menyusun rencana dan menulis, bukan berpidato. Sebaliknya Soekarno adalah seorang orator yang sulit dicari tandingannya, bahkan di dunia internasional sekalipun. Jika ia berpidato, jangankan diplomat dan pejabat, tukang becak pun berhenti untuk mendengarkan. Kebetulan memang rakyat Indonesia secara umum tidak memiliki tradisi membaca yang kuat. Alhasil, hanya sebagian kecil yang sangat intelek sajalah yang tahu pemikiran-pemikiran Natsir, karena hanya merekalah yang membaca buku-bukunya.

Pada kenyataannya, sampai sekarang pun tradisi membaca masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Sastrawan Taufiq Ismail beberapa kali mengeluhkan kurangnya dorongan kurikulum pendidikan di Indonesia untuk menumbuhkan kecintaan siswa akan buku. Kalau ada buku tebal yang ‘dilahap’ oleh remaja, kemungkinan besar masuk dalam kategori novel.

Jika analisa ust. Rahmat Abdullah tadi menyentuh kasus ini dari sisi umat, maka ust. Suhairy Ilyas (kakak dari ust. Yunahar Ilyas, salah satu anggota Komisi Fatwa MUI Pusat yang juga pembimbing tesis saya) melihat adanya masalah dari sisi para da’i itu sendiri. Beliau menceritakan pengalamannya beberapa kali berjumpa dengan para ustadz yang sudah cukup kondang dan diundang ke mana-mana. Menurut ust. Suhairy, kebanyakan mereka hanya punya sedikit ilmu, kemudian mengemasnya dengan cara yang menarik, lalu ceramahnya laris di mana-mana, lantas tiba-tiba berhentilah perkembangan intelektualnya. Yang dibicarakan itu-itu saja, dengan polesan yang berbeda di sana-sini, dipermanis dengan lelucon di sana-sini. Ketika dinasihati untuk menambah ilmunya dengan banyak membaca, mereka justru berkilah, “Untuk membaca, kami tidak ada waktu.” Dengan sedikit ketus, ust. Suhairy beranalogi, “Da’i yang tidak sempat belajar itu sama dengan supir angkot yang tidak sempat mengisi bensin. Suatu hari pasti mogok.” Memang ‘mogoknya’ dakwah dan angkot itu berbeda. Jika kendaraan tak diisi bensin, pasti lama-lama tidak bisa bergerak lagi. Tapi da’i yang tidak menambah ilmu bisa saja tetap laris dipanggil ceramah, hanya saja intelektualitas dirinya dan jamaahnya tidak berkembang lagi.

‘Macetnya’ intelektualitas da’i ini dapat kita lihat di mana-mana, dari khutbah Jum’at hingga  ceramah-ceramah di stasiun televisi. Sekarang, semuanya berusaha jadi orator semata. Yang dilatih hanya intonasi dan lelucon, agar ceramahnya selalu segar. Kalau semua orang tertawa, artinya mereka puas. Semakin banyak tertawa, semakin puas. Tidak cukup sampai di situ, acara dibuat seinteraktif mungkin. Jika dulu Zainuddin MZ rahimahullaah dan Aa Gym sesekali menyapa jamaahnya, maka kini semua ustadz/ustadzah di televisi sudah mengatur jamaahnya untuk punya yel-yel tersendiri. Namun sehebat apa pun persiapan ceramahnya, seseru apa pun pembicaraannya, dan seinteraktif apa pun ustadz-nya, dari Ramadhan ke Ramadhan tetap saja muncul pertanyaan: bagaimana hukumnya kalau muntah saat shaum? Jamaah berkumpul, ustadz datang, semua tertawa bersama, dan akhirnya nyaris tak ada yang dibawa pulang.

Kalau kita berpikir agak radikal sedikit, mungkin ada perlunya sesekali disusupkan ‘anak-anak nakal’ ke dalam jamaah-jamaah yang malang itu. Kalau ada kesempatan, bolehlah mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sedikit menantang. Bagaimana pengajaran sains di sekolah-sekolah telah secara sistematis menjauhkan siswa dari agama? Mengapa pengajaran agama di sekolah belum memberikan hasil yang memuaskan? Bagaimana Islam memformulasikan konsep ilmunya sendiri? Bagaimana Islam merespon pemikiran-pemikiran filsafat ala Barat? Bagaimana peradaban Islam yang gemilang dahulu bisa menemukan antiklimaksnya? Bagaimana para fuqaha menyikapi perbedaan pendapat di antara mereka? Bagaimana metode Imam Bukhari dalam menetapkan keshahihan suatu hadits? Apa yang bisa kita gali dari karya-karya Ibn Khaldun? Seperti apa keunggulan dan kekurangan karya-karya Imam al-Ghazali?

Kita perlu ‘anak-anak nakal’ yang berteriak lantang, “Sudah saatnya kita berhenti puas pada urusan-urusan yang sepele dan beralih pada masalah-masalah yang lebih besar!”

wassalaamu’alaikum wr. wb.

sumber : http://akmal.multiply.com/journal/item/836

Kamis, 30 Juni 2011

cicak vs nyamuk

Apa yang terbayang ketika mendengar nama cicak..??ya, mungkin dalam bayangan kita hanya seekor kadal kecil yang suka merayap di dinding, suka bersuara aneh. Tapi pernahkah kita memperhatikan bagaimana ia makan..?? apa yang ia makan..?? ya ! nyamuk.
Cicak adalah binatang reptil, dan tentunya ia berjalan merangkak dan merayap, jangankan terbang untuk berdiri pun adalah hal yang mustahil bagi sang cicak, tapi justru makanan utamanya adalah nyamuk..!! nah lalu apa masalahnya..?? jelas ini masalah besar bagi cicak, karena nyamuk adalah serangga kecil yang mampu terbang dengan cepat dan gesit, jangankan cicak, kita aja manusia belum tentu dapat menangkap nyamuk, gak percaya..?? silahkan buktikan sendiri.. hehe, tapi Allah memiliki cara yang luar biasa, dengan segala keterbatasannya, toh ternyata cicak masih bias hidup, masih bias makan nyamuk, dan masih bias merayap didinding-dinding rumah kita.
Dari kilasan sederhana di atas, mari kita ambil hikmahnya
1. Allah Yang Maha Pemberi Rizki
Manusia, cicak, tumbuhan, hewan, semua mendapat rizki yang tepat dari Allah, tidak terkecuali. Setidaknya ada 3 jenis rizki dari Allah.
a. rizki yang di jamin adalah rizki yang pasti akan turun kepada semua makhluknya, yaitu berupa makanan, entah itu kepada manusia, hewan, tumbuhan, bekerja, pengangguran, miskin, kaya, cakep, jelek, semua pasti dapat makan, asal dengan satu syarat, ia masih hidup.. hehe.. nah rizki inilah yang dimainkan perannya oleh cicak, yaitu hanya sekedar untuk makan sekenyangnya, dan bertahan hidup ( emang ada gitu cicak pelihara nyamuk..??? setahu saya belum ada.. :D ), kalau manusia bekerja dan berikhtiar hanya dengan tujuan mencari makan, lalu apa bedanya manusia sama cicak, kucing, pohon kelapa, atau tikus ( ehm bukan yang di senayan lho.. he )
b. rizki yang dijemput dan digantung nah ini baru yang membedakan manusia dan hewan serta tumbuhan, manusia memiliki kemampuan untuk menjemput rizki, rizki untuk apa..?? sekali lagi bukan untuk makan atau untuk hidup..!! tapi untuk jauh lebih besar, bagi orang-orang sukses ya untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka ( insya Allah ini dibahas di lain kesempatan.. soalnya panjaaaanng banget.. ). Lalu apa perbedaan dijemput sama di gantung..?? dijemput berarti rizki yang diperoleh sebanding dengan usaha yang dilakukannya, pendapatan seorang supir pasti gak bakalan sama dengan presiden, begitu… kalo di gantung artinya percepatan, rizki yang berkali-kali lipat, caranya dengan do’a, sedekah, dan ibadah yang lainnya, dengan kata lain dalam soal rizki ia “berbisnis” langsung dengan Allah.. yang pasti dijamin tokcer dah.. hehe
2. seberapa besar iman kita..??
nah ini yang paling penting, diantara kita pasti banyak yang sering baca AlQur’an kan..?? sering khatham..?? lalu sudahkah kita beriman kepadaNya…??? Cicak yang bagi kita seperti makhluk tidak berdaya, hanya merayap, dengan ke Maha Luar Biasaan Allah, mampu hidup dari makanan yang kayaknya bagi cicak adalah makhluk super tangguh.. intinya gak ada yang gak mungkin bagi Allah, jangankan hal seperti itu lebih dari itu pun nggak mustahil bagi Allah. Coba seberapa banyak dari kita yang sering mengeluh tentang kehidupannya, entah itu tentang pekerjaan, pendapatan, kesehatan, keluarga, lalu dimana keimanannya pada waktu itu..?? apakah ia gak percaya kalo Allah yang telah mengaturnya pasti memiliki hikmah dibelakangnya, atau saat ia sejahtera, ia malah boros, lalai, sombong, ujub.. lalu kapan ia beriman kepada Allah..??? masa iman kita kalah sama cicak..??

wallahu a’lam