Dengan gusar aku segera turun dari angkot jurusan parung-depok. jam
menunjukan pukul 11.30 WIB, artinya waktu shalat jumat kian dekat.
pertigaan jalan sebelum jl. nusantara raya, sebuah mesjid berdiri tegak anggun, Nurul Islam, atau cahaya Islam.
sehabis
berwudhu, seperti biasa aku mengincar shaf terdepan, meski akhirnya
hanya shaf ke-2 yang kuperoleh. aku nampak sungkan mengisi shaf
terdepan, kenapa..?? isinya semua kakek-kakek..!! semua nampak seumur,
sekitar 60-70 tahun. di baris ke2 pun tidak jauh berbeda, hanya aku dan
seorang yang nampak masih muda, ya hanya berdua, sisanya masih dikuasai
kakek-kakek. hmm, aku mulai berfikir, ada yang salah..
seorang kakek berdiri dan mengumumkan beberapa pengumuman, dilanjutkan dengan adzan.. kembali saya berfikir, ini mana anak mudanya sih..?? aku
mulai menengok kebelakang, memang disanalah anak-anak dan para remaja
"ditempatkan" ada yang acuh tak acuh, main-main, ngobrol, hmm..ya sudahlah aku pun mulai tak memperhatikan suasana ni mesjid kakek-kakek semua, khutbahnya juga pasti gak bakalan seru pikirku sambil mengalihkan pandangan keluar.
sebuah
suara mengagetkan lamunanku, suaranya tegas, mengalun dan bijak, memang
sepintas terdengar monoton khas retorika pidato, namun menghentak.
"Assalamu'alaikum
warrahmatullahi wabarakatuh.." nampak di mimbar berdiri seorang kakek,
berkacamata cokelat, penuh keriput, badan sudah tak tegap lagi,
kuperhatikan bibirnya bergetar setiap kali berucap, terlihat kondisi
fisiknya yang tak lagi sanggup menahan getaran rahang bawahnya itu,
matanya pun tak terlihat fokus. namun ada yang berbeda, suaranya.. amat
berwibawa, jelas, dan tegas. kuperhatikan dengan seksama setiap
rangkaian khutbah yang meluncur darinya, getaran bibirnya, dan
pandangannya.
***
"alhamdulillah,
kita masih diberi izin untuk beribadah dibulan yang suci ini. namun
bulan ini, Ramadhan, tahun ini, adalah sebuah Ramadhan yang teramat
spesial, bagaimana tidak..?? ini adalah sebuah pengulangan waktu 67
tahun silam. 17 agustus 1945, jatuh pula di bulan Ramadhan. AlQuran pun
diturunkan dibulan Ramadhan, maka ini lah sebuah momen yang tepat untuk
kita mengenang kembali, mengkaji kembali, hakikat perjuangan kemerdekaan
67 tahun dan 1450 tahun yang silam.
jika diperhatikan,
Ramadhan yang bertepatan dengan agustus nampaknya bukan sebuah
kebetulan, tapi sesuatu yang telah di atur oleh suatu ketentuan Maha
Tinggi. maka mari kita lihat kembali, relevansi yang terjadi antara
bulan Ramadhan dengan agustus, relevansi antara diturunkan wahyu pertama
dengan proklamasi bangsa ini, setidaknya ada 2 hal relevansi
1. sebuah awal momentum
proklamasi
dibacakan tepat di tanggal 17 agustus 1945, dan bertepatan dengan
ramadhan, sebuah momentum, sebuah gebrakan langkah awal untuk
tercapainya kemerdekaan sejati, momentum terlepasnya bangsa ini dari
penjajah, momentum awal berdirinya bangsa ini dengan mandiri.
begitupun
1450 tahun silam, Ramadhan adalah momentum lahirnya Islam. Gua Hira
menjadi saksi saat turun wahyu pertama dari kekuatan alam lain,
"Iqra'..!!"
2. perjuangan mengisi momentum
mari
kita perhatikan, salah satu paragraf dalam pembukaan UUD 1945, "Dengan
Rahmat Allah Yang Maha Esa.." inilah sebuah pengakuan bahwa kemerdekaan
ini, kemerdekaan bangsa ini adalah kehendak Allah SWT. kita bayangkan,
67 tahun yang lalu, kita merdeka tidak mudah, kita merdeka setelah
melawan kekuatan internasional, bukan lagi melawan jepang, bukan melawan
belanda, tetapi melawan kekuatan dunia internasional. jepang pada saat
itu telah kalah telak dari Amerika Serikat, Jerman kalah, maka
terjadilah perjanjian-perjanjian perdamaian di seluruh dunia. salah satu
isi perjanjian itu adalah merubah peta dunia, dikembalikan ke sebelum
perang dunia ke-2 meledak, artinya jepang yang menguasai asia timur raya
(cina,india,vietnam,malaysia,singapura,filipina,indonesia) harus
menyerahkan semua wilayah ke "pemilik" asalnya dahulu, dan jepang
kembali menempati negaranya di ujung timur asia. artinya, india dan
malaysia, dikembalikan ke Inggris, Filipina dan timor timur dikembalikan
ke portugis, vietnam dikembalikan ke Amerika, namun tidak dengan
Indonesia. kita menolak di kembalikan ke belanda, kita melawan
pengibaran bendera merah-putih-biru di tanah air, kita mengibarkan
bendera merah-putih tanpa biru, dan artinya kita sedang menantang hukum
internasional, menentang hukum perjanjian, dan kita tengah menantang
kekuatan-kekuatan pemenang perang dunia ke-2 seperti Inggris, Belanda,
Amerika. sejarah mencatat, 5 tahun kita di agresi, 5 tahun kita diporak
porandakan, rakyat dipaksa melawan tentara profesional sekaliber perang
dunia ke-2 milik Inggris, mereka bersenjata lengkap, kita hanya bambu
runcing..!! tapi apa yang terjadi, "Dengan Rahmat Allah Yang Maha Esa.."
kita menang, kita merdeka, kita mengalahkan negara-negara pemenang
perang dunia ke-2, apakah bisa dengan hanya sekedar bambu runcing..??
tidak, tapi "Dengan Rahmat Allah Yang Maha Esa.."
dan
jauh sebelum itu, jauh sebelum kemerdekaan, di tanah arab telah terjadi
hal yang serupa. 1450 tahun yang silam, seorang Al-Amin di datangi
sebuah kekuatan dari alam lain, "Iqra..!!" ia menjawab, "ma ana
biqori..??" dialog berlanjut, "Iqra..!!," kembali menjawab "ma ana
biqari..??" sampai tujuh kali terjadi dialog serupa, sampa ia "dipeluk"
dan terjadilah sebuah transfer ilmu, kekuatan, hikmah, "Iqra
bismirobbikalladzi kholaq. Kholaqol insana min 'alaq. Iqra' warobbukal
akrom... (al-alaq : 1-5). bayangkan, seorang Al-Amin yang ummi (tidak
bisa baca tulis) disuruh membaca..!! bukan sekedar membaca teks, tapi
membaca kalam, ayat, pertanda dari Maha Pencipta. Ummi diberi amanah
yang luar biasa, beban yang teramat berat, amanah yang amat besar,
mendakwahkan Islam. melihat semua keterbatasan itu, sosok seorang ummi,
ia berhasil mengemban tugasnya, amanahnya, bebannya, menjadikan Islam
mendunia, Rahmat bagi semesta, apalagi kalau bukan "Dengan Rahmat Allah
Yang Maha Esa.."
maka, jika kita perhatikan ummi bukan
hanya berarti tidak bisa baca tulis, tetapi ummi berarti tidak pernah
berguru kepada manusia. berguru kepada manusia itu amatlah lemah,
setinggi apapun gelar, titel, tetapi diperoleh dari guru manusia,
semuanya dangkal, tak berarti apa-apa. seorang einstein pernah berkata,"
semua orang menganggapku pintar, cerdas, penemu, fisikawan, peraih
nobel, tetapi aku sebenarnya bodoh.. i am stupid..!!" einstein kembali
berkata,"aku mungkin tahu bahwa semua benda di angkasa raya ini
melayang, terikat, bergerak memutar melintasi orbit dengan kecepatan
yang khas, arah yang serupa, teratur dan tak pernah saling bertubrukan,
dan aku pun tahu.. aku pun tahu kalau di balik debu pun ada benda-benda
kecil, molekul, atom, neutron, elektron, yang semuanya pun berputar,
melayang saling terikat dan bergerak serupa dengan pergerakan angkasa
raya.. aku tahu.. tapi aku bodoh.. aku bodoh karena aku tak pernah
menemukan siapa yang mengendalikan semua ini, kekuatan apa mengatur
semua ini, siapa..?? aku ingin berguru kepadaNya..namun aku tak pernah
menemukanNya.."
seorang Rasulullah, yang ummi sekalipun,
ia berguru kepada Maha Guru, Rabb-nya, dengan 6236 ayatNya. beliau
berhasil mengemban amanah mendakwahkan Islam ke penjuru dunia. menguak
semua misteri alam semesta yang ada, padahal beliau adalah ummi, inilah
Rahmat..
getaran bibirnya menjadi amat kuat.
terlihat tubuhnya, masih tetap agak membungkuk, namun di mataku ia
sperti menjelma gagah perkasa, sampai ia mengakhiri khutbahnya. perlahan
ia mundur dan memposisikan dirinya sebagai makmum. kini berganti
seorang pria yang juga sudah tua berdiri di depan jamah sebagai imam, ia
tersenyum lembut, sambil merapikan barisan.
takbir mulai membahana.. namun entah kenapa.. sesak..
nb : isi khutbah yang saya ketik hanya sebagian yang saya ingat, dirubah seperlunya.
Wallahu a'lam