Tampilkan postingan dengan label Muhasabah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muhasabah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Januari 2023

Duka Cianjur selesai, Kini saatnya Cianjur Pulih



 21 November 2022, Gasol, tepatnya di Laboratorium Komputer SMP IT Baitul Ilmi. Saat itu saya tengah mengajar bagaimana cara mengukur kecepatan internet. Tak terduga, terjadi sebuah gerakan yang membuat konsentrasi kami buyar. Sebuah gempa terjadi.

Dalam sekejap, para siswa berkumpul diluar, dengan berbagai kondisi histeris, menangis, sebagian dipapah dan bahkan sebagian lagi tidak sanggup sekalipun hanya duduk. Sebagian siswa luka-luka, begitupun beberapa guru terluka setelah berusaha menyelamatkan siswa dalam proses evakuasi.

Pemandangan lebih mengerikan sekaligus menyedihkan berada di sekitar lingkungan sekolah. Bagaimana saya melihat orang-orang yang terluka, berlari kesana kemari untuk mencari pertolongan, ambulan yang dengan kecepatan tinggi terus bergerak, sementara akses jembatan dan longsor memutus jalan ke fasilitas kesehatan terdekat.

Cianjur berduka sudah selesai

Saya dan teman-teman relawan merumuskan cara membantu terbaik untuk para warga yang terdampak bencana gempa bumi. Banyak saudara dan teman yang peduli dengan kondisi ini, berhari-hari, minggu demi minggu, hingga kini menginjak 1 bulan. Cianjur beranjak pulih meski masih tertatih.

Saya melihat optimisme bahwa duka ini lambat laun akan hilang, cukup kejadian ini menjadi kisah dan cerita bagian dari hidup kami, namun tidak sampai menimbulkan luka abadi di hati kami. 

Tentu saya dan teman-teman merasakan dampak yang sangat besar dari bantuan berbagai pihak. Kami kini bergerak menuju pemulihan yang lebih baik.

Tidak ada kata-kata yang bisa saya sampaikan lebih panjang lagi, hanya satu harap saja. Semoga duka ini segara selesai. 

Salurkan bantuan anda melalui yayasan kita peduli Cianjur :

Kamis, 17 November 2022

Cristiano Ronaldo, dan ilusi senioritas

 "Saya tidak menghormati manajer (Erik Ten Hag) karena dia tidak menghormati saya", 

Kira-kira itu potongan wawancara yang menjadi pemicu viralnya pemberitaan tentang Cristiano Ronaldo akhir-akhir ini. Meskipun, ketika saya melihat transkrip utuh dari wawancara ini, saya menilai niat Ronaldo ini sebetulnya baik. Hanya saja sebuah kebaikan seringkali disalah artikan jika tidak menggunakan metode yang tepat untuk menyampaikannya.

Lantas apa sebenarnya yang terjadi dengan Ronaldo ? dan bagaimana ini bisa terjadi ? Serta perlu kita sadari apa yang terjadi pada Ronaldo, bisa saja dan atau mungkin pernah terjadi juga pada kita. Lantas bagaimana menyikapi dan mengantisipasinya ? Berikut ulasannya.

Catatan Kisah Sang Legendaris




Apa yang terjadi pada Ronaldo, tidak terlepas dari kisah perjalanan karirnya yang luar biasa. Berawal sejak tahun 2002 dari klub Portugal Sporting Lisbon, beranjak ke klub yang mengantarkan karir Ronaldo ke puncaknya, yaitu Manchester United. 

Kondisi di puncak ini tidak cepat menurun, apalagi di padu padankan dengan rangkaian perjalanan lain seperti ketika di Real Madrid yang fenomenal. Peralihan karir ke Juventus, mungkin adalah titik balik yang merubah perjalanan Ronaldo menjadi agak menurun.

Manchester United menjadi pelabuhan terkini dari sang legendaris, yang apa lagi, di klub ini Ronaldo di elu-elukan bak pahlawan, superhero yang kembali pulang. Kehadiran Ronaldo seperti menjadi sebuah harapan dan cahaya baru yang ditunggu-tunggu oleh para penggemar The Red Devils. Tapi, tanpa disadari kondisi ini memicu "penyakit" yang lebih lanjut akan menjadi momentum kemerosotan karir dari seorang Ronaldo.

Saya tidak akan berbicara tentang hal teknis sepakbola, bagaimana manajemen berjalan, kondisi di lapangan, strategi permainan, atau hal-hal taktis lainnya. Saya akan berbicara dengan sudut pandang lain, dengan menyadari bahwa setiap dari kita berpotensi sama seperti Ronaldo, berpotensi menjadi seorang senior yang legendaris, dan tanpa sikap yang bijak, kita seperti sedang memupuk proses kejatuhan yang menyakitkan.

How It's Work ?

Di tempat lain, di tempat teman saya bekerja, saya mendengar cerita bahwa ada salah seorang karyawan senior di sana telah resign, atau saya menduga "di paksa resign". Saya pernah bertemu dengan sosok karyawan senior ini, sejujurnya dia adalah orang baik, orang yang seringkali bekerja dengan totalitas, dan saya sering terlibat dengan diskusi bagaimana idealisme-nya di tempat kerja. 

Tapi bagaimana sosok karyawan, yang terlihat begitu profesional ini, tiba-tiba memutuskan resign ? Sekali lagi ini dugaan, bagaimana seringkali karyawan ini bergumul dengan perasaannya sendiri tatkala menghadapi kebijakan perusahaan yang tidak sesuai dengan isi pikirannya. Lamanya pengalaman kerja, menjadikan karyawan ini merasa bahwa pandangannya adalah yang paling benar, setidaknya berdasarkan catatan di masa lalu dan perbandingan dengan perusahaan lain yang telah ia kenal. Belum lagi, jika pemegang kuasa atas kebijakan ini berusia lebih muda, baik secara harfiah, ataupun memang secara pengalaman yang masih kurang.

Belum lagi, status yang disandang oleh karyawan ini sebagai karyawan senior yang pernah mendapat predikat karyawan terbaik di tahun-tahun sebelumnya, menjadikan kondisi lebih rumit lagi. Para karyawan baru yang berada di posisi lebih muda, menaruh rasa hormat, kagum dan segan terhadap karyawan ini, yang pada akhirnya membuat beliau terasa nyaman. Namun kenyamanan ini tidak ia dapatkan pada sikap atasan yang seakan-akan mengabaikan kondisinya, mengabaikan pandangan-pandangannya dan bahkan seperti tidak menganggapnya ada. 

Maka kita bisa menebak yang terjadi pada adegan-adegan berikutnya, mulai menurunnya profesionalitas, hilangnya kepercayaan pada atasan, hingga tuntutan memperoleh sikap hormat dari atasan dan perusahaan, yang semakin berjalannya waktu, tentu saja itu tidak mungkin terjadi. Di sisi lain, atasan atau manajemen mulai memberikan peringatan, ancaman, atau bahkan tekanan-tekanan yang membuat karyawan ini semakin tidak nyaman. 

Pada akhirnya, saya mendengar informasi bahwa karyawan ini telah resign setelah menghadapi berbagai kondisi ketidaknyamanan yang terus bertambah besar. Kenapa ini bisa terjadi ? Dugaan saya berikutnya adalah karyawan ini berspekulatif kalau di perusahaan ini sudah tidak mungkin lagi memperoleh kenyamanan kerja, atau memang karena disebabkan karakternya yang tidak baik maka perusahaan pun membuat keibjakan yang secara halus "menyingkirkan" karyawan ini.

Ilusi Senioritas

Yang menjadi kesamaan dalam kisah Ronaldo dan karyawan di atas adalah, keduanya terjebak dalam ilusi senioritas. Yaitu ilusi bahwa semakin berumur kita, semakin banyak pengalaman, ilmu dan prestasi yang kita torehkan, maka kita semakin layak untuk di hormati.

Padahal, sebagai manusia kita harus menyadari, bahwa hidup tidak berjalan seperti itu. Seringkali kita berada di posisi di atas, dengan segala prestasi, pujian, capaian dan predikat lainnya, tapi yang harus kita sadari adalah bahwa itu tidak permanen. Suatu hari nanti, kita akan bergerak turun kebawah, sehingga orang-orang lupa dengan berbagai capaian itu, tidak peduli dengan isi pikiran dan berbagai pengalaman kita, dan kita akan di abaikan. Maka kunci keberhasilannya adalah satu : Konsisten dalam kebenaran dan kebaikan.

Kembali berbicara tentang Ronaldo, saya rasa sebuah kebetulan yang sangat tepat apabila kita bercerita pula tentang Lionel Messi. Messi adalah seorang pemain yang lebih tepat disebutkan sebagai seorang legenda sejati, bayangkan saja, jika Ronaldo dalam 20 tahun telah berganti 4 klub, Messi sejak awal karirnya hingga puncak kesuksesannya bertahan di satu klub saja, yaitu Barcelona. Bayangkan betapa seniornya posisi Messi di Barcelona pada saat itu. 

Akan tetapi, pada akhirnya karir Messi di Barcelona harus berakhir, dan ia melanjutkan karir di Paris Saint Germain (PSG). Alih-alih bersikap layaknya legenda dan pemain senior, saya melihat di PSG, Messi menjelma menjadi orang yang berbeda. Tidak banyak aksi di dalam atau di luar lapangan, ia berperan seperti "pelayan" bagi pemain-pemain lain seperti Mbappe dan Neymar. Singkatnya, ia tidak bersikap layaknya senior yang ingin di hormati, meskipun ya, dunia mengakui bahwa ia adalah Greatest Of All Time (GOAT) seorang pemain sepak bola.

Jumat, 11 November 2022

Menjadi Guru, Sebuah Pilihan ?

Hari ini secara profesi saya memang dikenal sebagai seorang guru, tapi apakah ini adalah sebuah pilihan ? Atau apakah ini adalah satu-satunya pilihan ? atau kenapa harus muncul pertanyaan-pertanyaan seperti ini ? Ini adalah seutas refleksi saya sebagai seorang guru 6 tahun lamanya.

Guru bukan pilihan

Alih-alih menjadikan guru sebagai profesi, saya ingin kita menyadari bahwa guru adalah bagian yang melekat pada diri. Perhatikan bahwa kita pada dasarnya adalah pendidik, manusia memiliki fitrah untuk saling mendidik dan saling mengajarkan. Sebagaimana fitrah kita untuk berinteraksi satu sama lain sebagai makhluk sosial.

Baik, jika menurut struktur bahasa, dasar hukum, atau dalam berbagai referensi pendidikan, penggunaan kata 'pendidik' dalam penjelasan di atas mungkin kurang tepat. Manusia sekali lagi, secara fitrah selalu dan selalu ingin memberitahu informasi pada orang lain, sementara di sisi lain, manusia selalu merasa penasaran dengan apa yang terjadi disekitarnya.


Dua titik ini kemudian bertemu, dan terciptalah sebuah kondisi yang dinamakan pembelajaran. 

Maka, dengan berdasarkan kondisi ini, kita semua memiliki potensi yang sama untuk menjadi seorang guru. Di sisi lain, kita pun sama-sama memiliki potensi sebagai murid-murid yang selalu penasaran dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita. Maka di sinilah kita akan mulai menyadari bahwa, kita semua adalah guru.

Sebuah bingkai bernama kebenaran dan kebaikan

Peradaban terus berkembang, dan dalam mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan, sebuah peradaban membutuhkan para pejuang. Ya, para guru yang konsisten dengan memberikan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan adalah para pejuang yang sedang mempertahankan eksistensi peradaban.

Sebagai pejuang, guru tidak hanya 'bertugas' untuk memberikan informasi dan wawasan seluas-luasnya. Mesti ada nilai-nilai yang turut di pindahkan, di bagi dan menginspirasi para penerus peradaban. Sebuah anjuran pada kebaikan dan teguran yang mencegah terjadinya kejahatan, akan menambah usia peradaban menjadi lebih kekal dan abadi.

Perhatikan bahwa sejarah telah mencatat, bahwa orang-orang hebat dalam peradaban umat manusia, lahir dari didikan guru-guru yang hadir di kehidupannya. Guru-guru ini sebagian diantaranya mungkin bukan ilmuwan, bukan para ahli, bukan profesor atau yang lainnya, terkadang guru-guru ini hadir dalam wujud musuh, anak kecil, rakyat jelata, dan bahkan binatang atau tumbuhan. 

Inilah sosok-sosok yang berhasil menjadi guru di mata manusia yang haus akan ilmu. Menjadi guru yang berkesan dan memberikan inspirasi serta dorongan untuk merubah peradaban menjadi lebih baik. 

Guru bukan sekedar profesi

Maka, bagian akhir dari catatan ini adalah bahwa guru bukan hanya sekedar profesi. Terlalu rendah pemahaman kita jika menganggap guru hanya sekedar pilihan pekerjaan, yang di gaji setiap bulan, dan menanti-nanti masa pensiun dengan segera. 

Guru adalah sebuah amanah dalam diri manusia, yang akan terus hidup dalam hati kita. Hati yang senantiasa berharap bahwa peradaban terus menjadi lebih baik, lebih berkualitas dalam kehidupan kemerdekaan secara nyata. Guru adalah jalan pejuang yang tidak pernah berhenti berjuang sampai tetes darah terakhir kita yang menyentuh tanah, mampu menyubur hijaukannya. 

Ini adalah sebuah misi mulia, yang tidak ada batasan tempat, waktu dan usia. Selama kita hidup, selama kita mampu menarik nafas, selama kita mengharapkan sebuah kehidupan yang lebih baik, maka kita adalah guru yang sedang dinantikan kehadirannya oleh peradaban.

Selamat hari guru, 25 November 2022

Kamis, 29 April 2021

Menjadi Insan yang Bermanfaat



Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama. Sebuah peribahasa yang baiknya pada artikel kali ini kita renungkan bersama. Nama seperti apa yang kelak akan abadi meskipun kita sudah meninggal dunia ? 

Manusia tidak abadi, Tetapi bisa hidup abadi


Manusia sejatinya hanya hidup dalam kurun waktu tertentu saja. Itulah usia biologis, dimana setiap sel dalam tubuh kita secara sistematis akan mengalami kematian. Secara ilmiah, tidak ada yang abadi. Akan tetapi manusia memiliki potensi untuk hidup abadi selamanya. Keabadian ini bukan secara fisik tentunya, tetapi secara makna dan jasa.

Keabadian ini berupa nama yang dikenang, terkenal karena berbagai kebaikan dan jasa. Tentu saja nama yang demikian tidak serta merta diperoleh oleh manusia. Kualitas nama yang demikian adalah akibat dari kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan selama hidupnya.

Kebaikan yang berlapis


Tidak, bukan hanya sekedar berbuat baik saja, akan tetapi berbuat kebaikan yang paling utama. Dan Rasulullah SAW telah mengisyaratkan tentang kebaikan jens ini.

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Artinya: "Dari Jabir, ia berkata,”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Manusia siapapun bisa berbuat baik, akan tetapi Rasulullah SAW menegaskan yang terbaik dari jajaran manusia baik itu adalah yang paling bermanfaat. Berbuat baik yang terbaik adalah dengan menebar kebaikan sekaligus menebar manfaat yang akan membantu banyak orang.

Nilai manfaat ini bisa berupa solusi, informasi, tenaga, jasa dan apapun potensi yang kita miliki. Akan
tetapi sejatinya, nilai manfaat ini adalah ketika berinteraksi dan saling membantu dalam mencegah keburukan dan mendorong dalam kebaikan.

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Sebagian di antara mereka ada orang-orang yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. – (Q.S Ali Imran: 110)

Manusia terbaik dalam umat terbaik adalah manusia yang beriman yang menebar manfaat seluas-luasnya agar saudara-saudaranya selamat. Bayangkan betapa mulia derajat manusia yang satu ini.

Hidupnya fokus untuk berdakwah dan dalam upaya memberi manfaat sebesar-besarnya. Ia akan risih dan tak nyaman tatkala melihat keluarga, saudara, teman atau bahkan orang asing sekalipun hidup dalam kesusahan. Ia akan berupaya dengan segenap potensinya untuk memberi manfaat agar kesusahan itu sirna.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Potensi Kebaikan Yang Spesifik


Setiap manusia memiliki potensinya masing-masing yang kebanyakan berbeda setiap individunya. Mulailah berhenti sejenak dan membaca setiap karunia yang telah Allah berikan pada kita. Karunia dan potensi yang telah Allah titipkan pada kita itu adalah sebuah kesempatan emas untuk berbuat kebaikan yang terbaik demi mewujudkan umat terbaik.

Terakhir, keabadian bukan hanya sekedar nama yang dikenang, akan tetapi bisa berupa nilai pahala yang tak pernah terputus dan mengalir meski kita sudah tiada. Keabadian pahala ini adalah investasi yang berharga yang tentunya akan menyelamatkan kita di akhirat kelak.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Sabtu, 31 Desember 2016

2017, tahun macam apa ini?

Tahun 2017 ? Siapa sangka usia kita sampai hingga saat ini. Banyak cerita, iya kan?

Oke tahan dulu semua ceritamu, karena banyak yang harus kita persiapkan tahun depan. Betul?

Baik, intinya semua yang akan kita jalani di tahun yang baru harus di awali dengan keinginan memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas diri.  Kenapa? Karena tantangan akan menjadi semakin lebih berat, sementara cita-cita akan diuji komitmennya, keseriusannya, dan kekuatannya.

Perbaiki apa saja tahun lalu yang dirasa masih ada kekurangan. Jika kita konsisten dengan perbaikan itu, wow pastilah kesuksesan itu dapat segera diraih.

Oke kita lanjut berbicara teknis, siapkan alat tulisnya anak-anak..!!

Resolusi..!! Apa resolusimu tahun depan?

Catat setiap target dan tentukan skala prioritasnya. Urut dengan skala realistisnya, yang paling mungkin diwujudkan dengan biaya murah, dan yang paling sulit dengan biaya yang lebih mahal.

Setelah dapat datanya, nah kita bisa menyusun strategi terbaik untuk meraihnya. Mulai dari mana yang bisa kita segerakan, sampai mana yang bisa kita tunda. Bahkan mungkin saja ada beberapa resolusi yang harus di hapuskan karena tidak mungkin untuk diwujudkan.

Terakhir, jangan berhenti hanya di pergantian tahun saja. Coba evalusi kembali secara berkala setiap resolusimu dengan rentang waktu tertentu, bisa sebulan sekali atau beberapa bulan sekali.

Dan tidak kalah penting..!! Jangan merayakan pergantian tahun baru.. Jangan pernah..!!

Kenapa..??

Jangan pernah..!!

Jepp..

Sabtu, 05 Maret 2016

Menjadi Sukses ? Ini yang Harus Kita Renungkan

Menjadi Sukses ? Ini yang Harus Kita Renungkan

“Prof. Anu, lulus sekolah tahun 1997, kemudian melanjutkan S1 hingga lulus tahun 2001 dan S2 pada tahun 2004. Mendapat gelar professor di usia yang relatif muda yaitu pada umur 30 tahun. Telah membangun kerjaan bisnis sejak remaja, hingga kini berhasil meraih omzet milyaran rupiah per pekan.”

Sejenak ketika kita melihat biografi orang-orang sukses, mungkin kita akan sedikit menghela nafas. Perjalanan hidup mereka seakan mudah, dan terkonsep hanya untuk kesuksesan, dan terkadang tidak jarang pula berbanding terbalik dengan yang kita alami saat ini.

Perjalanan yang terlihat nampak sederhana itu setidaknya berhasil memukau kita. Yah meski perjalanan hidup yang sebenarnya tidak mampu kita baca secara utuh hanya sekedar dari beberapa kalimat saja bukan.?

No Pain No Gain

Tidak ada kesuksesan tanpa perjuangan, mungkin itu kalimat yang tepat untuk tetap menyadarkan kita bahwa segala sesuatu itu membutuhkan usaha. Entah maksud apa yang ingin di sampaikan oleh banyak orang penulis biografi orang-orang sukses, yang pasti kita nampaknya harus tetap membumi.

Kenyataannya, dan saya yakin 1000% bahwa berbagai kesuksesan yang telah seseorang raih itu pasti didapat setelah melalui berbagai perjuangan dan kendala. Ini adalah sebuah mekanisme kehidupan, sebuah sunnatullah yang pasti terjadi pada setiap diri manusia yang telah Allah tentukan kadarnya.

Dari ilustrasi diatas saja misalnya, kita tidak bisa meraih informasi yang sempurna terkait apa saja hal yang terjadi sepenjang usia mudanya. Pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana kondisi kekayaan keluarganya, kondisi mental atau IQ-nya, berapa kali mengalami kegagalan, depresi dan frustasi, dan berbagai pertanyaan lainnya. Kita akan mengira-ngira berbagai hal yang mungkin saja telah ia alami demi meraih kesuksesannya tersebut.

Katakanlah ini merupakan sebuah prasyarat yang harus kita tempuh demi meraih kesuksesan yang di inginkan. Karena itu, saya pribadi senantiasa menggunakan sebuah teks biografi sederhana itu hanya sebatas motivasi atau bahkan hanya sekilas info saja.

Kesuksesan Berlandaskan Tauhid

kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.
 
Q.S. Surah Ali Imran Ayat 89

Dari penggalan ayat diatas, dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lainnya telah menjelaskan bagaimana kedudukan manusia di hadapan Allah. Bagaimana kedudukan dan hak yang dimiliki oleh makhluk di hadapan Sang Khalik sebagai pencipta dan pengatur dari segala sendi kehidupan.
Maka ketika berbicara terkait aqidah, maka kita mengenal kata-kata seperti Takdir dan Nasib, Lauh Mahfuz, dan ketentuan-ketentuan lain yang sifatnya absolut disisi Allah. Meski ada berbagai variabel kemungkinan yang memungkinkan perubahan yang terjadi, namun hakikatnya kemungkinan itu pun telah menjadi bagian dari yang telah Allah tentukan.

Sebuah ilustrasi sederhana, dari para sahabat rasulullah misalnya, Abdurrahman bin Auf adalah salah seorang sahabat yang terkenal karena kekayaannya. Dalam peristiwa hijrah pun diceritakan bahwa, Abdurrahman bin Auf telah rela meninggalkan semua harta kekayaannya di Mekah. Akan tetapi, apa yang terjadi setibanya di Madinah ? tidak berselang lama, Abdurrahman bin Auf pun berhasil kembali menjadi orang kaya setelah menguasai perekonomian di Madinah. Sebuah hadist mengatakan, seandainya Abdurrahman bin Auf itu berjalan, maka ketika ia menunduk seolah-olah ia dengan mudah menemukan emas sebesar biji kurma. Hal ini adalah perumpamaan bagaimana Allah begitu memudahkan kekayaan itu bagi Abdurrahman bin Auf.

Namun, tentu timbul pertanyaan, lantas apakah sahabat Nabi yang lain yang miskin, hal itu disebabkan kelalaian dan kemalasan ? Sebagai sebuah komunitas yang hidup paling dekat dengan Rasulullah nampaknya hal itu bukanlah sebuah karakter yang ideal. Kita tahu bagaimana beratnya perjuangan Rasulullah dan para sahabatnya dalam menegakan agama ini. Maka satu jawaban yang pasti untuk menjawab ini adalah, hal tersebut adalah takdir dari Allah SWT.

Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
Q.S. Surah Hud Ayat 6

Korelasi antara Takdir dan Ikhtiar

Sebelum lebih jauh saya ingin mengingatkan, bahwa bagi kaum muslimin, duniawi dan segala hal yang bersifat materi bukanlah tolak ukur kesuksesan. Kita memahami jika dunia dan segala hal materi tersebut hanyalah sebuah pencapaian ikhtiar guna melanjutkan ke tahap kesuksesan yang lebih hakiki yaitu Syurga.

Karena itu, setelah kita memahami tentang takdir dan berbagai hal yang telah Allah tentukan dalam kehidupan kita, maka kita akan mengupayakan sebuah pencapaian ikhtiar yang terbaik yang bisa di upayakan. Gelar profesor bukanlah sebuah tolak ukur kesuksesan, akan tetapi bagaimana dengan gelarnya tersebut bisa menjadikannya sebagai manusia terbaik yang bermanfaat bagi umat, atau kekayaan itu bukanlah tolak ukur akan sebuah kesuksesan, akan tetapi bagaimana dengan kekayaannya tersebut bisa menjadikan pribadi yang dermawan dan berkontribusi terhadap berbagai perjuangan islam.

Nah, dengan demikian, seorang muslim akan memahami jika takdir dan ikhtiar yang tengah ia jalani sejatinya adalah sebuah jalan untuk meraih “kesuksesan-kesuksesan kecil” dan akan mengantarkannya ke kesuksesan yang lebih besar.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Q.S. Al Ankabut ayat 2
 

Wuah ngantuk..
Belum beres.. nanti lanjut lagi...


Sabtu, 06 Februari 2016

Welcome to Pesantren Tahfidz

Welcome to Pesantren Tahfidz

Assalamu'alaikum...

Di artikel sebelumnya, saya sempat bilang kalau akhir-akhir ini tengah menggeluti kembali dunia blog yang terabaikan. Fokus dengan niche review film, selain dengan niat untuk berbagi juga berharap semoga bisa menjadi penghasilan tambahan. Akan tetapi sayangnya, lagi-lagi, blog tersebut kini terbengkalai.

Sebuah Mimpi

Tahun 2010 silam saya sempat memiliki sebuah impian untuk tinggal disebuah mesjid, sambil kuliah, menjadi marbot, sambil menghafal Al Qur'an. Sebuah mimpi yang sampai saat ini terkadang masih terbayang, meski samar-samar ataupun tercampur dengan mimpi lainnya.

Ya seperti yang sering saya ceritakan, pengalaman 2010 - 2013 adlah pengalaman yang kurang menyenangkan. Mulai dari putus kuliah, sakit keras, hingga motivasi yang drop jatuh berantakan. Ah sebuah perjalanan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Akan tetapi, Allah berkata lain dan sepertinya, Allah masih menyimpan rapi mimpi-mimpi saya itu. Memasuki tahun 2016, saya ditawari oleh murobbi untuk mengabdikan diri di sebuah pesantren tahfidz.

Pesantren tahfidz ini sebenarnya sudah saya dengar sejak lama, sejak pembangunan yang dilakukan tahun 2015 silam. Yang tidak saya perhitungkan adalah adanya kemungkinan saya untuk bergabung disana. Bagaimana tidak, notabene tim asatidz  adalah para hafidz - hafidzoh dan para sarjana bergelar Lc, baik itu dari Mesir atau pun Yaman. Sementara saya sendiri hanya seorang muslim dengan ilmu ala kadarnya saja.

Meraih Hikmah

Tepat 1 Februari, saya mulai tinggal di pesantren dengan jobdesk yang sangat sederhana, hanya menemani santri. Meski tugas yang saya emban terbilang sangat sederhana, akan tetapi saya sangat mensyukuri kesempatan yang telah Allah berikan ini.

Saya tidak melihat ini sebagai pekerjaan, bahkan dari awal pun saya tidak mencari tahu tentang apapun terkait keuntungan secara materi, entah itu gaji atau apa pun lah. Cukup diperbolehkn tinggal di Mesjid pun sudah sangat bahagia.

Alhasil, dengan Job yang sederhana, banyak waktu luang yang saya miliki, dan waktu luang itu saya pergunakan sebaik mungkin untuk menghafal Al Qur'an.

Mungkin artikel ini terlalu cepat untuk di "curhatkan" karena saya sendiri baru tinggal 6 harii di pesantren ini, dan kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi sebelumnya.

Terakhir, saya hanya berharap do'a bagi siapapun yang membaca artikel ini, semoga Allah mengkaruniakan rahmat untuk kita semua.

Tambahan :

Artikel ini kesannya serius ya ? itu sebabnya karena lagi seneng....






Tambahan 2 :

Disamping aktivitas baru ini, saya masih menyimpan passion di blog. Meski tidak sering, secepatnya saya akan segera kembali nge blog, baik itu disini, ataupun di filmadiktif.blogspot.com

curhat tambahan ;

saya tidak lagi adiktif sama film lagi, semoga sekarang adiktifnya sama Al Qur'an saja.





Tambahan Terakhir, Serius :

Sebaiknya saya jangan dulu menyebutkan nama pesantrennya ya. Kenapa? Gak enak aja.












Udah gak ada tambahan lagi.