Tampilkan postingan dengan label Muhasabah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muhasabah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Januari 2023

Duka Cianjur selesai, Kini saatnya Cianjur Pulih



 21 November 2022, Gasol, tepatnya di Laboratorium Komputer SMP IT Baitul Ilmi. Saat itu saya tengah mengajar bagaimana cara mengukur kecepatan internet. Tak terduga, terjadi sebuah gerakan yang membuat konsentrasi kami buyar. Sebuah gempa terjadi.

Dalam sekejap, para siswa berkumpul diluar, dengan berbagai kondisi histeris, menangis, sebagian dipapah dan bahkan sebagian lagi tidak sanggup sekalipun hanya duduk. Sebagian siswa luka-luka, begitupun beberapa guru terluka setelah berusaha menyelamatkan siswa dalam proses evakuasi.

Pemandangan lebih mengerikan sekaligus menyedihkan berada di sekitar lingkungan sekolah. Bagaimana saya melihat orang-orang yang terluka, berlari kesana kemari untuk mencari pertolongan, ambulan yang dengan kecepatan tinggi terus bergerak, sementara akses jembatan dan longsor memutus jalan ke fasilitas kesehatan terdekat.

Cianjur berduka sudah selesai

Saya dan teman-teman relawan merumuskan cara membantu terbaik untuk para warga yang terdampak bencana gempa bumi. Banyak saudara dan teman yang peduli dengan kondisi ini, berhari-hari, minggu demi minggu, hingga kini menginjak 1 bulan. Cianjur beranjak pulih meski masih tertatih.

Saya melihat optimisme bahwa duka ini lambat laun akan hilang, cukup kejadian ini menjadi kisah dan cerita bagian dari hidup kami, namun tidak sampai menimbulkan luka abadi di hati kami. 

Tentu saya dan teman-teman merasakan dampak yang sangat besar dari bantuan berbagai pihak. Kami kini bergerak menuju pemulihan yang lebih baik.

Tidak ada kata-kata yang bisa saya sampaikan lebih panjang lagi, hanya satu harap saja. Semoga duka ini segara selesai. 

Salurkan bantuan anda melalui yayasan kita peduli Cianjur :

Kamis, 17 November 2022

Cristiano Ronaldo, dan ilusi senioritas

 "Saya tidak menghormati manajer (Erik Ten Hag) karena dia tidak menghormati saya", 

Kira-kira itu potongan wawancara yang menjadi pemicu viralnya pemberitaan tentang Cristiano Ronaldo akhir-akhir ini. Meskipun, ketika saya melihat transkrip utuh dari wawancara ini, saya menilai niat Ronaldo ini sebetulnya baik. Hanya saja sebuah kebaikan seringkali disalah artikan jika tidak menggunakan metode yang tepat untuk menyampaikannya.

Lantas apa sebenarnya yang terjadi dengan Ronaldo ? dan bagaimana ini bisa terjadi ? Serta perlu kita sadari apa yang terjadi pada Ronaldo, bisa saja dan atau mungkin pernah terjadi juga pada kita. Lantas bagaimana menyikapi dan mengantisipasinya ? Berikut ulasannya.

Catatan Kisah Sang Legendaris




Apa yang terjadi pada Ronaldo, tidak terlepas dari kisah perjalanan karirnya yang luar biasa. Berawal sejak tahun 2002 dari klub Portugal Sporting Lisbon, beranjak ke klub yang mengantarkan karir Ronaldo ke puncaknya, yaitu Manchester United. 

Kondisi di puncak ini tidak cepat menurun, apalagi di padu padankan dengan rangkaian perjalanan lain seperti ketika di Real Madrid yang fenomenal. Peralihan karir ke Juventus, mungkin adalah titik balik yang merubah perjalanan Ronaldo menjadi agak menurun.

Manchester United menjadi pelabuhan terkini dari sang legendaris, yang apa lagi, di klub ini Ronaldo di elu-elukan bak pahlawan, superhero yang kembali pulang. Kehadiran Ronaldo seperti menjadi sebuah harapan dan cahaya baru yang ditunggu-tunggu oleh para penggemar The Red Devils. Tapi, tanpa disadari kondisi ini memicu "penyakit" yang lebih lanjut akan menjadi momentum kemerosotan karir dari seorang Ronaldo.

Saya tidak akan berbicara tentang hal teknis sepakbola, bagaimana manajemen berjalan, kondisi di lapangan, strategi permainan, atau hal-hal taktis lainnya. Saya akan berbicara dengan sudut pandang lain, dengan menyadari bahwa setiap dari kita berpotensi sama seperti Ronaldo, berpotensi menjadi seorang senior yang legendaris, dan tanpa sikap yang bijak, kita seperti sedang memupuk proses kejatuhan yang menyakitkan.

How It's Work ?

Di tempat lain, di tempat teman saya bekerja, saya mendengar cerita bahwa ada salah seorang karyawan senior di sana telah resign, atau saya menduga "di paksa resign". Saya pernah bertemu dengan sosok karyawan senior ini, sejujurnya dia adalah orang baik, orang yang seringkali bekerja dengan totalitas, dan saya sering terlibat dengan diskusi bagaimana idealisme-nya di tempat kerja. 

Tapi bagaimana sosok karyawan, yang terlihat begitu profesional ini, tiba-tiba memutuskan resign ? Sekali lagi ini dugaan, bagaimana seringkali karyawan ini bergumul dengan perasaannya sendiri tatkala menghadapi kebijakan perusahaan yang tidak sesuai dengan isi pikirannya. Lamanya pengalaman kerja, menjadikan karyawan ini merasa bahwa pandangannya adalah yang paling benar, setidaknya berdasarkan catatan di masa lalu dan perbandingan dengan perusahaan lain yang telah ia kenal. Belum lagi, jika pemegang kuasa atas kebijakan ini berusia lebih muda, baik secara harfiah, ataupun memang secara pengalaman yang masih kurang.

Belum lagi, status yang disandang oleh karyawan ini sebagai karyawan senior yang pernah mendapat predikat karyawan terbaik di tahun-tahun sebelumnya, menjadikan kondisi lebih rumit lagi. Para karyawan baru yang berada di posisi lebih muda, menaruh rasa hormat, kagum dan segan terhadap karyawan ini, yang pada akhirnya membuat beliau terasa nyaman. Namun kenyamanan ini tidak ia dapatkan pada sikap atasan yang seakan-akan mengabaikan kondisinya, mengabaikan pandangan-pandangannya dan bahkan seperti tidak menganggapnya ada. 

Maka kita bisa menebak yang terjadi pada adegan-adegan berikutnya, mulai menurunnya profesionalitas, hilangnya kepercayaan pada atasan, hingga tuntutan memperoleh sikap hormat dari atasan dan perusahaan, yang semakin berjalannya waktu, tentu saja itu tidak mungkin terjadi. Di sisi lain, atasan atau manajemen mulai memberikan peringatan, ancaman, atau bahkan tekanan-tekanan yang membuat karyawan ini semakin tidak nyaman. 

Pada akhirnya, saya mendengar informasi bahwa karyawan ini telah resign setelah menghadapi berbagai kondisi ketidaknyamanan yang terus bertambah besar. Kenapa ini bisa terjadi ? Dugaan saya berikutnya adalah karyawan ini berspekulatif kalau di perusahaan ini sudah tidak mungkin lagi memperoleh kenyamanan kerja, atau memang karena disebabkan karakternya yang tidak baik maka perusahaan pun membuat keibjakan yang secara halus "menyingkirkan" karyawan ini.

Ilusi Senioritas

Yang menjadi kesamaan dalam kisah Ronaldo dan karyawan di atas adalah, keduanya terjebak dalam ilusi senioritas. Yaitu ilusi bahwa semakin berumur kita, semakin banyak pengalaman, ilmu dan prestasi yang kita torehkan, maka kita semakin layak untuk di hormati.

Padahal, sebagai manusia kita harus menyadari, bahwa hidup tidak berjalan seperti itu. Seringkali kita berada di posisi di atas, dengan segala prestasi, pujian, capaian dan predikat lainnya, tapi yang harus kita sadari adalah bahwa itu tidak permanen. Suatu hari nanti, kita akan bergerak turun kebawah, sehingga orang-orang lupa dengan berbagai capaian itu, tidak peduli dengan isi pikiran dan berbagai pengalaman kita, dan kita akan di abaikan. Maka kunci keberhasilannya adalah satu : Konsisten dalam kebenaran dan kebaikan.

Kembali berbicara tentang Ronaldo, saya rasa sebuah kebetulan yang sangat tepat apabila kita bercerita pula tentang Lionel Messi. Messi adalah seorang pemain yang lebih tepat disebutkan sebagai seorang legenda sejati, bayangkan saja, jika Ronaldo dalam 20 tahun telah berganti 4 klub, Messi sejak awal karirnya hingga puncak kesuksesannya bertahan di satu klub saja, yaitu Barcelona. Bayangkan betapa seniornya posisi Messi di Barcelona pada saat itu. 

Akan tetapi, pada akhirnya karir Messi di Barcelona harus berakhir, dan ia melanjutkan karir di Paris Saint Germain (PSG). Alih-alih bersikap layaknya legenda dan pemain senior, saya melihat di PSG, Messi menjelma menjadi orang yang berbeda. Tidak banyak aksi di dalam atau di luar lapangan, ia berperan seperti "pelayan" bagi pemain-pemain lain seperti Mbappe dan Neymar. Singkatnya, ia tidak bersikap layaknya senior yang ingin di hormati, meskipun ya, dunia mengakui bahwa ia adalah Greatest Of All Time (GOAT) seorang pemain sepak bola.

Jumat, 11 November 2022

Menjadi Guru, Sebuah Pilihan ?

Hari ini secara profesi saya memang dikenal sebagai seorang guru, tapi apakah ini adalah sebuah pilihan ? Atau apakah ini adalah satu-satunya pilihan ? atau kenapa harus muncul pertanyaan-pertanyaan seperti ini ? Ini adalah seutas refleksi saya sebagai seorang guru 6 tahun lamanya.

Guru bukan pilihan

Alih-alih menjadikan guru sebagai profesi, saya ingin kita menyadari bahwa guru adalah bagian yang melekat pada diri. Perhatikan bahwa kita pada dasarnya adalah pendidik, manusia memiliki fitrah untuk saling mendidik dan saling mengajarkan. Sebagaimana fitrah kita untuk berinteraksi satu sama lain sebagai makhluk sosial.

Baik, jika menurut struktur bahasa, dasar hukum, atau dalam berbagai referensi pendidikan, penggunaan kata 'pendidik' dalam penjelasan di atas mungkin kurang tepat. Manusia sekali lagi, secara fitrah selalu dan selalu ingin memberitahu informasi pada orang lain, sementara di sisi lain, manusia selalu merasa penasaran dengan apa yang terjadi disekitarnya.


Dua titik ini kemudian bertemu, dan terciptalah sebuah kondisi yang dinamakan pembelajaran. 

Maka, dengan berdasarkan kondisi ini, kita semua memiliki potensi yang sama untuk menjadi seorang guru. Di sisi lain, kita pun sama-sama memiliki potensi sebagai murid-murid yang selalu penasaran dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita. Maka di sinilah kita akan mulai menyadari bahwa, kita semua adalah guru.

Sebuah bingkai bernama kebenaran dan kebaikan

Peradaban terus berkembang, dan dalam mempertahankan eksistensinya dalam kehidupan, sebuah peradaban membutuhkan para pejuang. Ya, para guru yang konsisten dengan memberikan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan adalah para pejuang yang sedang mempertahankan eksistensi peradaban.

Sebagai pejuang, guru tidak hanya 'bertugas' untuk memberikan informasi dan wawasan seluas-luasnya. Mesti ada nilai-nilai yang turut di pindahkan, di bagi dan menginspirasi para penerus peradaban. Sebuah anjuran pada kebaikan dan teguran yang mencegah terjadinya kejahatan, akan menambah usia peradaban menjadi lebih kekal dan abadi.

Perhatikan bahwa sejarah telah mencatat, bahwa orang-orang hebat dalam peradaban umat manusia, lahir dari didikan guru-guru yang hadir di kehidupannya. Guru-guru ini sebagian diantaranya mungkin bukan ilmuwan, bukan para ahli, bukan profesor atau yang lainnya, terkadang guru-guru ini hadir dalam wujud musuh, anak kecil, rakyat jelata, dan bahkan binatang atau tumbuhan. 

Inilah sosok-sosok yang berhasil menjadi guru di mata manusia yang haus akan ilmu. Menjadi guru yang berkesan dan memberikan inspirasi serta dorongan untuk merubah peradaban menjadi lebih baik. 

Guru bukan sekedar profesi

Maka, bagian akhir dari catatan ini adalah bahwa guru bukan hanya sekedar profesi. Terlalu rendah pemahaman kita jika menganggap guru hanya sekedar pilihan pekerjaan, yang di gaji setiap bulan, dan menanti-nanti masa pensiun dengan segera. 

Guru adalah sebuah amanah dalam diri manusia, yang akan terus hidup dalam hati kita. Hati yang senantiasa berharap bahwa peradaban terus menjadi lebih baik, lebih berkualitas dalam kehidupan kemerdekaan secara nyata. Guru adalah jalan pejuang yang tidak pernah berhenti berjuang sampai tetes darah terakhir kita yang menyentuh tanah, mampu menyubur hijaukannya. 

Ini adalah sebuah misi mulia, yang tidak ada batasan tempat, waktu dan usia. Selama kita hidup, selama kita mampu menarik nafas, selama kita mengharapkan sebuah kehidupan yang lebih baik, maka kita adalah guru yang sedang dinantikan kehadirannya oleh peradaban.

Selamat hari guru, 25 November 2022

Kamis, 29 April 2021

Menjadi Insan yang Bermanfaat



Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama. Sebuah peribahasa yang baiknya pada artikel kali ini kita renungkan bersama. Nama seperti apa yang kelak akan abadi meskipun kita sudah meninggal dunia ? 

Manusia tidak abadi, Tetapi bisa hidup abadi


Manusia sejatinya hanya hidup dalam kurun waktu tertentu saja. Itulah usia biologis, dimana setiap sel dalam tubuh kita secara sistematis akan mengalami kematian. Secara ilmiah, tidak ada yang abadi. Akan tetapi manusia memiliki potensi untuk hidup abadi selamanya. Keabadian ini bukan secara fisik tentunya, tetapi secara makna dan jasa.

Keabadian ini berupa nama yang dikenang, terkenal karena berbagai kebaikan dan jasa. Tentu saja nama yang demikian tidak serta merta diperoleh oleh manusia. Kualitas nama yang demikian adalah akibat dari kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan selama hidupnya.

Kebaikan yang berlapis


Tidak, bukan hanya sekedar berbuat baik saja, akan tetapi berbuat kebaikan yang paling utama. Dan Rasulullah SAW telah mengisyaratkan tentang kebaikan jens ini.

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Artinya: "Dari Jabir, ia berkata,”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Manusia siapapun bisa berbuat baik, akan tetapi Rasulullah SAW menegaskan yang terbaik dari jajaran manusia baik itu adalah yang paling bermanfaat. Berbuat baik yang terbaik adalah dengan menebar kebaikan sekaligus menebar manfaat yang akan membantu banyak orang.

Nilai manfaat ini bisa berupa solusi, informasi, tenaga, jasa dan apapun potensi yang kita miliki. Akan
tetapi sejatinya, nilai manfaat ini adalah ketika berinteraksi dan saling membantu dalam mencegah keburukan dan mendorong dalam kebaikan.

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Sebagian di antara mereka ada orang-orang yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. – (Q.S Ali Imran: 110)

Manusia terbaik dalam umat terbaik adalah manusia yang beriman yang menebar manfaat seluas-luasnya agar saudara-saudaranya selamat. Bayangkan betapa mulia derajat manusia yang satu ini.

Hidupnya fokus untuk berdakwah dan dalam upaya memberi manfaat sebesar-besarnya. Ia akan risih dan tak nyaman tatkala melihat keluarga, saudara, teman atau bahkan orang asing sekalipun hidup dalam kesusahan. Ia akan berupaya dengan segenap potensinya untuk memberi manfaat agar kesusahan itu sirna.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Potensi Kebaikan Yang Spesifik


Setiap manusia memiliki potensinya masing-masing yang kebanyakan berbeda setiap individunya. Mulailah berhenti sejenak dan membaca setiap karunia yang telah Allah berikan pada kita. Karunia dan potensi yang telah Allah titipkan pada kita itu adalah sebuah kesempatan emas untuk berbuat kebaikan yang terbaik demi mewujudkan umat terbaik.

Terakhir, keabadian bukan hanya sekedar nama yang dikenang, akan tetapi bisa berupa nilai pahala yang tak pernah terputus dan mengalir meski kita sudah tiada. Keabadian pahala ini adalah investasi yang berharga yang tentunya akan menyelamatkan kita di akhirat kelak.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Sabtu, 31 Desember 2016

2017, tahun macam apa ini?

Tahun 2017 ? Siapa sangka usia kita sampai hingga saat ini. Banyak cerita, iya kan?

Oke tahan dulu semua ceritamu, karena banyak yang harus kita persiapkan tahun depan. Betul?

Baik, intinya semua yang akan kita jalani di tahun yang baru harus di awali dengan keinginan memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas diri.  Kenapa? Karena tantangan akan menjadi semakin lebih berat, sementara cita-cita akan diuji komitmennya, keseriusannya, dan kekuatannya.

Perbaiki apa saja tahun lalu yang dirasa masih ada kekurangan. Jika kita konsisten dengan perbaikan itu, wow pastilah kesuksesan itu dapat segera diraih.

Oke kita lanjut berbicara teknis, siapkan alat tulisnya anak-anak..!!

Resolusi..!! Apa resolusimu tahun depan?

Catat setiap target dan tentukan skala prioritasnya. Urut dengan skala realistisnya, yang paling mungkin diwujudkan dengan biaya murah, dan yang paling sulit dengan biaya yang lebih mahal.

Setelah dapat datanya, nah kita bisa menyusun strategi terbaik untuk meraihnya. Mulai dari mana yang bisa kita segerakan, sampai mana yang bisa kita tunda. Bahkan mungkin saja ada beberapa resolusi yang harus di hapuskan karena tidak mungkin untuk diwujudkan.

Terakhir, jangan berhenti hanya di pergantian tahun saja. Coba evalusi kembali secara berkala setiap resolusimu dengan rentang waktu tertentu, bisa sebulan sekali atau beberapa bulan sekali.

Dan tidak kalah penting..!! Jangan merayakan pergantian tahun baru.. Jangan pernah..!!

Kenapa..??

Jangan pernah..!!

Jepp..

Sabtu, 05 Maret 2016

Menjadi Sukses ? Ini yang Harus Kita Renungkan

Menjadi Sukses ? Ini yang Harus Kita Renungkan

“Prof. Anu, lulus sekolah tahun 1997, kemudian melanjutkan S1 hingga lulus tahun 2001 dan S2 pada tahun 2004. Mendapat gelar professor di usia yang relatif muda yaitu pada umur 30 tahun. Telah membangun kerjaan bisnis sejak remaja, hingga kini berhasil meraih omzet milyaran rupiah per pekan.”

Sejenak ketika kita melihat biografi orang-orang sukses, mungkin kita akan sedikit menghela nafas. Perjalanan hidup mereka seakan mudah, dan terkonsep hanya untuk kesuksesan, dan terkadang tidak jarang pula berbanding terbalik dengan yang kita alami saat ini.

Perjalanan yang terlihat nampak sederhana itu setidaknya berhasil memukau kita. Yah meski perjalanan hidup yang sebenarnya tidak mampu kita baca secara utuh hanya sekedar dari beberapa kalimat saja bukan.?

No Pain No Gain

Tidak ada kesuksesan tanpa perjuangan, mungkin itu kalimat yang tepat untuk tetap menyadarkan kita bahwa segala sesuatu itu membutuhkan usaha. Entah maksud apa yang ingin di sampaikan oleh banyak orang penulis biografi orang-orang sukses, yang pasti kita nampaknya harus tetap membumi.

Kenyataannya, dan saya yakin 1000% bahwa berbagai kesuksesan yang telah seseorang raih itu pasti didapat setelah melalui berbagai perjuangan dan kendala. Ini adalah sebuah mekanisme kehidupan, sebuah sunnatullah yang pasti terjadi pada setiap diri manusia yang telah Allah tentukan kadarnya.

Dari ilustrasi diatas saja misalnya, kita tidak bisa meraih informasi yang sempurna terkait apa saja hal yang terjadi sepenjang usia mudanya. Pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana kondisi kekayaan keluarganya, kondisi mental atau IQ-nya, berapa kali mengalami kegagalan, depresi dan frustasi, dan berbagai pertanyaan lainnya. Kita akan mengira-ngira berbagai hal yang mungkin saja telah ia alami demi meraih kesuksesannya tersebut.

Katakanlah ini merupakan sebuah prasyarat yang harus kita tempuh demi meraih kesuksesan yang di inginkan. Karena itu, saya pribadi senantiasa menggunakan sebuah teks biografi sederhana itu hanya sebatas motivasi atau bahkan hanya sekilas info saja.

Kesuksesan Berlandaskan Tauhid

kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.
 
Q.S. Surah Ali Imran Ayat 89

Dari penggalan ayat diatas, dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lainnya telah menjelaskan bagaimana kedudukan manusia di hadapan Allah. Bagaimana kedudukan dan hak yang dimiliki oleh makhluk di hadapan Sang Khalik sebagai pencipta dan pengatur dari segala sendi kehidupan.
Maka ketika berbicara terkait aqidah, maka kita mengenal kata-kata seperti Takdir dan Nasib, Lauh Mahfuz, dan ketentuan-ketentuan lain yang sifatnya absolut disisi Allah. Meski ada berbagai variabel kemungkinan yang memungkinkan perubahan yang terjadi, namun hakikatnya kemungkinan itu pun telah menjadi bagian dari yang telah Allah tentukan.

Sebuah ilustrasi sederhana, dari para sahabat rasulullah misalnya, Abdurrahman bin Auf adalah salah seorang sahabat yang terkenal karena kekayaannya. Dalam peristiwa hijrah pun diceritakan bahwa, Abdurrahman bin Auf telah rela meninggalkan semua harta kekayaannya di Mekah. Akan tetapi, apa yang terjadi setibanya di Madinah ? tidak berselang lama, Abdurrahman bin Auf pun berhasil kembali menjadi orang kaya setelah menguasai perekonomian di Madinah. Sebuah hadist mengatakan, seandainya Abdurrahman bin Auf itu berjalan, maka ketika ia menunduk seolah-olah ia dengan mudah menemukan emas sebesar biji kurma. Hal ini adalah perumpamaan bagaimana Allah begitu memudahkan kekayaan itu bagi Abdurrahman bin Auf.

Namun, tentu timbul pertanyaan, lantas apakah sahabat Nabi yang lain yang miskin, hal itu disebabkan kelalaian dan kemalasan ? Sebagai sebuah komunitas yang hidup paling dekat dengan Rasulullah nampaknya hal itu bukanlah sebuah karakter yang ideal. Kita tahu bagaimana beratnya perjuangan Rasulullah dan para sahabatnya dalam menegakan agama ini. Maka satu jawaban yang pasti untuk menjawab ini adalah, hal tersebut adalah takdir dari Allah SWT.

Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
Q.S. Surah Hud Ayat 6

Korelasi antara Takdir dan Ikhtiar

Sebelum lebih jauh saya ingin mengingatkan, bahwa bagi kaum muslimin, duniawi dan segala hal yang bersifat materi bukanlah tolak ukur kesuksesan. Kita memahami jika dunia dan segala hal materi tersebut hanyalah sebuah pencapaian ikhtiar guna melanjutkan ke tahap kesuksesan yang lebih hakiki yaitu Syurga.

Karena itu, setelah kita memahami tentang takdir dan berbagai hal yang telah Allah tentukan dalam kehidupan kita, maka kita akan mengupayakan sebuah pencapaian ikhtiar yang terbaik yang bisa di upayakan. Gelar profesor bukanlah sebuah tolak ukur kesuksesan, akan tetapi bagaimana dengan gelarnya tersebut bisa menjadikannya sebagai manusia terbaik yang bermanfaat bagi umat, atau kekayaan itu bukanlah tolak ukur akan sebuah kesuksesan, akan tetapi bagaimana dengan kekayaannya tersebut bisa menjadikan pribadi yang dermawan dan berkontribusi terhadap berbagai perjuangan islam.

Nah, dengan demikian, seorang muslim akan memahami jika takdir dan ikhtiar yang tengah ia jalani sejatinya adalah sebuah jalan untuk meraih “kesuksesan-kesuksesan kecil” dan akan mengantarkannya ke kesuksesan yang lebih besar.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
Q.S. Al Ankabut ayat 2
 

Wuah ngantuk..
Belum beres.. nanti lanjut lagi...


Sabtu, 06 Februari 2016

Welcome to Pesantren Tahfidz

Welcome to Pesantren Tahfidz

Assalamu'alaikum...

Di artikel sebelumnya, saya sempat bilang kalau akhir-akhir ini tengah menggeluti kembali dunia blog yang terabaikan. Fokus dengan niche review film, selain dengan niat untuk berbagi juga berharap semoga bisa menjadi penghasilan tambahan. Akan tetapi sayangnya, lagi-lagi, blog tersebut kini terbengkalai.

Sebuah Mimpi

Tahun 2010 silam saya sempat memiliki sebuah impian untuk tinggal disebuah mesjid, sambil kuliah, menjadi marbot, sambil menghafal Al Qur'an. Sebuah mimpi yang sampai saat ini terkadang masih terbayang, meski samar-samar ataupun tercampur dengan mimpi lainnya.

Ya seperti yang sering saya ceritakan, pengalaman 2010 - 2013 adlah pengalaman yang kurang menyenangkan. Mulai dari putus kuliah, sakit keras, hingga motivasi yang drop jatuh berantakan. Ah sebuah perjalanan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Akan tetapi, Allah berkata lain dan sepertinya, Allah masih menyimpan rapi mimpi-mimpi saya itu. Memasuki tahun 2016, saya ditawari oleh murobbi untuk mengabdikan diri di sebuah pesantren tahfidz.

Pesantren tahfidz ini sebenarnya sudah saya dengar sejak lama, sejak pembangunan yang dilakukan tahun 2015 silam. Yang tidak saya perhitungkan adalah adanya kemungkinan saya untuk bergabung disana. Bagaimana tidak, notabene tim asatidz  adalah para hafidz - hafidzoh dan para sarjana bergelar Lc, baik itu dari Mesir atau pun Yaman. Sementara saya sendiri hanya seorang muslim dengan ilmu ala kadarnya saja.

Meraih Hikmah

Tepat 1 Februari, saya mulai tinggal di pesantren dengan jobdesk yang sangat sederhana, hanya menemani santri. Meski tugas yang saya emban terbilang sangat sederhana, akan tetapi saya sangat mensyukuri kesempatan yang telah Allah berikan ini.

Saya tidak melihat ini sebagai pekerjaan, bahkan dari awal pun saya tidak mencari tahu tentang apapun terkait keuntungan secara materi, entah itu gaji atau apa pun lah. Cukup diperbolehkn tinggal di Mesjid pun sudah sangat bahagia.

Alhasil, dengan Job yang sederhana, banyak waktu luang yang saya miliki, dan waktu luang itu saya pergunakan sebaik mungkin untuk menghafal Al Qur'an.

Mungkin artikel ini terlalu cepat untuk di "curhatkan" karena saya sendiri baru tinggal 6 harii di pesantren ini, dan kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi sebelumnya.

Terakhir, saya hanya berharap do'a bagi siapapun yang membaca artikel ini, semoga Allah mengkaruniakan rahmat untuk kita semua.

Tambahan :

Artikel ini kesannya serius ya ? itu sebabnya karena lagi seneng....






Tambahan 2 :

Disamping aktivitas baru ini, saya masih menyimpan passion di blog. Meski tidak sering, secepatnya saya akan segera kembali nge blog, baik itu disini, ataupun di filmadiktif.blogspot.com

curhat tambahan ;

saya tidak lagi adiktif sama film lagi, semoga sekarang adiktifnya sama Al Qur'an saja.





Tambahan Terakhir, Serius :

Sebaiknya saya jangan dulu menyebutkan nama pesantrennya ya. Kenapa? Gak enak aja.












Udah gak ada tambahan lagi.


Jumat, 12 September 2014

"numpang hidup"

Suatu Saat Pada Sesi
Tanya Jawab Kajian Ilmiah
Penanya :
Wahai Syeikh, ibuku tinggal menumpang bersamaku dirumahku. Dan terjadi masalah antara beliau dengan istriku.
Syeikh :
Ulangi pertanyaanmu !

Penanya :
Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku...
Syeikh :
Ulangi pertanyaanmu !
Penanya :
Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku...
Syeikh :
Ulangi lagi pertanyaanmu !
Penanya :
Ibuku tinggal menumpang bersamaku...
Syeikh :
Ulangi lagi pertanyaanmu !!!
Penanya :
Wahai Syeikh, tolong biarkan aku menyelesaikan dulu pertanyaanku jangan anda potong...
Syeikh :
Pertanyaanmu salah, yang benar engkaulah yang hidup menumpang pada ibumu, meski rumah itu milikmu, atas namamu.
Penanya :
Iya Syeikh, kalau demikian selesai sudah permasalahannya.
Syeikh :
Jangan durhaka wahai anak, jangan durhaka wahai menantu ! Kamu dengan seluruh hartamu adalah milik ibumu. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Engkau dan semua hartamu adalah milik Ayah Ibumu".
[HR. Ibnu Majah, no. 2291]


grup ODOJ

Kamis, 11 September 2014

BUAT PARA LELAKI SEJATI

BUAT PARA LELAKI SEJATI


( copas ustadz Rahmat Idris )
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
sebab banyak orang kaya raya tidak sanggup mengerjakannya.
jangankan sehari lima waktu,
bahkan banyak pula yang seminggu sekali pun terlupa.
tidak jarang pula seumur hidup tidak pernah singgah kesana.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
karena orang pintar dan pandai pun sering tidak mampu menemukannya.
walaupun mereka mampu mencari ilmu hingga ke universitas Eropa
juga Amerika....
dapat melangkahkan kaki ke Jepang, Australia dan Korea dengan semangat yang membara.
namun ke mesjid tetap saja perjalanan yang tidak mampu mereka tempuh walau telah bertitel S3.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
karena para pemuda kuat dan bertubuh sehat yang mampu menaklukkan puncak gunung Bromo dan Merapi pun sering mengeluh ketika diajak ke mesjid.
alasan mereka pun beragam, ada yang berkata sebentar lagi, ada yang berucap tidak nyaman dicap alim.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke mesjid.
maka berbahagialah dirimu hai anakku....
bila dari kecil engkau telah terbiasa melangkahkan kaki di mesjid.
karena bagi kami, sejauh manapun engkau melangkahkan kaki,
tidak ada perjalanan yang paling kami banggakan
selain perjalananmu ke mesjid.
Biar kuberi tahu rahasia kepadamu,
sejatinya perjalananmu ke mesjid adalah perjalanan untuk menjumpai Rabbmu.
dan itulah perjalanan yang diajarkan oleh Nabi, serta perjalanan yang akan membedakanmu dengan orang-orang yang lupa akan Rabbnya.
Perjalanan terjauh dan terberat itu adalah perjalanan ke mesjid.
maka lakukanlah walau engkau harus merangkak dalam gelap shubuh demi mengenal Rabbmu....
------------------------------------------
tambahan bukan dari ustadz Rahmat "Impian seorang muslimah adalah mendambakan seorang lelaki yang akan mengajak anak lelakinya sholat berjamaah subuh di msjid. Semoga bermanfaat


copas dari grup ODOJ
agar jangan sampai dikatakan

agar jangan sampai dikatakan

Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Dsekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.

Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata, "Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!" "Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini!".

Umar segera bangkit dan berkata, "Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?" Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, "Benar, wahai Amirul Mukminin." "Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu memulai ceritanya, "Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku, kuikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia.

Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera kucabut pedangku dan kubunuh ia. Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."

"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.

Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh. "Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat', ujarnya.

"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat atas kematian ayahmu", lanjut Umar.

"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, "kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".

Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur dan bertanggung jawab.

Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata,"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah" ujarnya dengan tegas, "Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".

"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda.

"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?" tanya Umar.

"Sayangnya tidak ada Amirul Mukminin, bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?" pemuda lusuh balik bertanya.

"Baik, aku akan meberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.

"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.

Tiba-tiba dari belakang hadirin terdengar suara lantang, "Jadikan aku penjaminnya wahai Amirul Mukminin".Ternyata Salman al Farisi yang berkata..

"Salman?" hardik Umar marah, "Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".

"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.

Akhirnya dengan berat hati Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.

Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.

Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman. Salah satu sahabat Rasulullah saw yang paling
utama. Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh.

Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.

Akhirnya tiba waktunya penqishashan, Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.

"Itu dia!" teriak Umar, "Dia datang menepati janjinya!".

Dengan tubuh bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.

"Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku.." ujarnya dengan susah payah, "Tak kukira.. urusan kaumku.. menyita..banyak.. waktu..".

"Kupacu.. tungganganku.. tanpa henti, hingga.. ia sekarat di gurun.. terpaksa.. kutinggalkan.. lalu aku berlari dari sana.."

"Demi Allah", ujar Umar menenanginya dan memberinya minum, "Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?"

"Agar.. jangan sampai ada yang mengatakan.. di kalangan Muslimin.. tak ada lagi ksatria.. tepat janji.." jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.

Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya, "Lalu kau Salman, mengapa mau-maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya", Salman menjawab dengan mantap.

Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.

"Allahu Akbar!" tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak,

"Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu". Semua orang tersentak kaget.

"Kalian.." ujar Umar, "Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?" Umar semakin haru.

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya" ujar kedua pemuda membahana.

"Allahu Akbar!" teriak hadirin.

Pecahlah tangis bahagia, haru dan bangga oleh semua orang.

Begitupun kita disini, di saat ini.. sambil menyisipkan sebersit rasa iri karena tak bisa merasakannya langsung bersama saudara-saudara kita pada saat itu..

"Allahu Akbar..."


copas dari grup ODOJ

Minggu, 27 Oktober 2013

Ilmu dan Iman

Ilmu dan Iman

sebelum subuh tadi, saya menyempatkan lihat-lihat thread kaskus, maklum udah agak lama gak maen kesana, meskipun sekedar jadi silent reader hehe (maap.. maap..). Kaskus ini memang unik, banyak hal bisa kita temui disana, nah pada saat itu pun saya menemukan sebuah thread yang lumayan bagus.

singkatnya begini, di thread itu dibahas soal kenapa bumi ini berrotasi pada porosnya. setelah pemaparan panjang ala kaskuser, tiba di kesimpulan bahwa perputaran bumi terpengaruh akibat "perputaran" Umat Islam saat mengelilingi ka'bah, yang dijelaskan lebih lanjut bahwa rotasi bumi ini akibat konduktor yang bernama Hajar Aswad, dan demikian seterusnya.

apa yang ingin saya ceritakan disini, bukan terkait hal ini sebenarnya (tapi sengaja saya angkat wacana di atas, agar menjadi bahan diskusi bagi teman-teman muslim yang lebih berkompeten, dan semoga dikemudian hari kita mampu menggali jauh lebih dalam terkait hal ini). apa yang ingin saya ceritakan adalah berbagai macam respon yang komentar yang ada di bawahnya.

"terus, bagaimana di zaman Nabi Adam, kan itu baru satu orang, terus apa itu berpengaruh pada rotasi juga..??"

"apa bukti TS (si pembuat thread) jika rotasi bumi terpengaruhi Umat Islam..?? sebutkan karya ilmiahnya dong.."

dan komentar lainnya..

Ilmu dan Iman

sebuah pertanyaan menggelitik saya, "sebenarnya bagaimana hubungan ilmu dan iman ini..?? apakah mereka benar-benar saling menjelaskan atau bagaimana..??"

pertanyaan ini muncul seketika disaat ada beberapa kejadian iman yang sulit dicerna oleh ilmu. Beberapa kejadian ilmu yang belum terbaca iman. tapi disaat mengingat Allah, saat semua ilmu bersumber dari Allah, mestinya tidak ada kerancuan akan hal ini, yang berakibat pada keraguan dan penjungkalan hujjah atas iman kita.

baik, sederhananya begini, ini semua tergantung dimana kita menempatkan ilmu dan iman sesuai dengan prioritasnya. saat melihat bunga, awan, hewan, kucing, dan semua hal yang ada disekitar kita, sebagai mukmin yang pertama terfikir mestinya iman, seperti
"subhanallah, cantik sekali bunga ini." atau "kucing aja bisa hidup dengan rizkiNya, masa kita nggak.."
berbeda saat prioritas ilmu dan logika yang terdepan, mungkin refleks lisan akan berucap seperti ini,
"bunga ini indah sekali, gimana fotosintesis-nya ya..??"

ilmu yang kita miliki amat sangat terbatas, pada saatnya kita akan terbentur dengan pertanyaan kenapa, kenapa, dan kenapa, tanpa bisa menjawab lebih lanjut akan pertanyaan itu. sementara dengan iman..?? apa pun bisa kita jawab, apa pun bisa kita raih.

jika seperti ini kenyataannya, iman sejatinya lebih luas, dan lebih bertenaga dari pada ilmu, maka pantas jika kita merefleksikan pada sejarah, Islam terutama, melihat para ilmuwan muslim mengedepankan penguatan Islam terlebih dahulu, seperti hafiz di umur relatif muda. karena di masa yang akan datang mereka akan menghadapi banyak kajian ilmu yang banyak ber-konfrontasi dengan iman.

Sami'na Wa atho'na..

namun ilmu tetap penting, untuk mengiplementasikan iman, diperlukan ilmu yang sepadan. jika seperti itu, mestinya ilmu dan iman itu akan saling melengkapi, tapi tetap saat mendapati cacat di satu bidang ilmu, lupakanlah, dan penuhi bagian itu dengan iman.

kembali ke masalah hajar aswad dan rotasi bumi, apa pendapat saya..?? Wallahu a'lam.. saya tidak tahu, yang pasti rotasi bumi telah termaktub dalam Al-Qur'an, apa yang mesti kita lakukan adalah pelajari seperlunya, sisanya cukup beriman dan mengambil hikmah sebesar-besarnya akan kejadian ini.

saat dihantui banyak pertanyaan kenapa berhentilah, dan beristighfarlah..

Wallahu a'lam

Minggu, 20 Oktober 2013

Kontemplasi

Kontemplasi

sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad SAW sering melakukan uzlah di gua Hira. Beliau mengasingkan diri, menyendiri, dan merenungi keadaan umat Quraisy Mekkah yang pada waktu itu sedang berada dalam keadaan jahiliyyah, pada saat itulah, wahyu pertama turun.

Kontemplasi atau merenungi sebuah keadaan dengan perhatian yang khusus dan terfokus, adalah salah satu alternatif dalam menyelesaikan masalah. diam, menarik nafas, kemudian berfikir tentang solusi-solusi yang ada.

Kontemplasi biasanya adalah keniscayaan bagi laki-laki. Para laki-laki, umumnya, senang dengan cara ini, menyendiri untuk memecahkan masalah. Jarang laki-laki men-curhat-kan kegalauannya, atau menangis tersedu-sedu di depan seseorang hanya demi meratapi permasalahannya (mungkin, kalau sama istri ya beda, tapi gak tahu juga sih... maklum.. jomblo... *jebret..!!)

Berbicara mengenai kontemplasi, ada dua hal penting yang saya catat dan perlu diperhatikan jika memilih cara kontemplasi sebagai pemecahan masalah. pertama, kontemplasi mesti terus menerus dilatih agar fokus pada pencarian solusi. ini penting, karena mungkin pada awalnya, berdiam disaat menghadapi masalah, yang terjadi adalah penumpukan alasan, atau meratapi keadaan. ini berbahaya, meratapi masalah, menumpuk alasan, tanpa berusaha menyelesaikannya, bisa saja menjadi depresi, stress, atau bahkan bunuh diri.

maka melatih kontemplasi dengan cara melatih berfikir solusi amatlah penting, pada akhirnya, kontemplasi kita akan bermanfaat untuk diri sendiri, juga untuk orang lain. kita bisa menjadi sumber solusi, dan saya yakin Mario Teguh pun melakukan hal yang sama untuk memecahkan masalah para audien nya :p . oh iya, ngomong-ngomong soal Mario Teguh dan kontemplasi, perhatikan, orang yang sudah expert dan ahli, memecahkan masalah bisa saja dalam hitungan detik, yang awam mungkin butuh berhari-hari.

kedua, bagi muslim, kontemplasi pada akhirnya bukan menjadi egosentris. bukan melatih diri menjadi orang egois, bukan. Justru, kontemplasi (atau bagi muslim lebih tepat disebut uzlah) adalah cara mendekatkan diri dengan Allah. puncaknya, dalam kesendirian inilah, kita meminta pertolongan Allah, meminta bimbinganNya, dalam keadaan berduaan dengan Allah inilah, hijab antara kita dengan Dia (khalwat) mesti dikikis dengan cara khusyuk dan menghadirkan hati total untukNya.

Wallahu a'lam

Kamis, 17 Oktober 2013

Jumat, 06 September 2013

Antara heroisme dan hukum

Antara heroisme dan hukum


Pagi ini, saya disuguhi kabar terkini dari kasus penembakan di lapas cebongan yang dilakukan oleh anggota TNI. Kembali ke belakang, kasus ini memang terkesan seperti adegan-adegan film aksi, heroic, yang manimbulkan decak kagum, layaknya seorang pahlawan, yang tanpa kenal ampun membunuh penjahat-penjahat dengan tangan dingin, tapi tidak kenyataannya di dunia nyata. Meski warga jogja menyebut anggota TNI yang melakukan penembakan pada tahanan (yang juga preman) sebagai pahlawan, tapi tidak dimata hukum dan HAM.

Pagi ini adalah pembacaan vonis atas anggota TNI yang terlibat tindakan penembakan itu. Vonis yang dijatuhkan bervariasi sesuai peran dari masing-masing terdakwa, dengan hukuman paling tinggi 11 tahun. Saya sendiri kurang paham dengan hukuman 11 tahun ini, karena yang saya tahu pembunuhan berencana itu bisa didakwa dengan hukuman maksimal mati.

Kembali ke judul di atas, heroism memang tidak berlaku di dunia nyata seperti ini. Jangan bermimpi bakal ada superman atau batman, atau pun iron man, yang pasti semua akan terjerat hukum. Idelaisme manusia melalui hukum mesti dibayar “agak” mahal dengan hilangnya sosok-sosok heroism di dalam kehidupan. Karena toh bahkan sekalipun ada sosok “hero” yang berjalan dalam koridor hukum, tetap saja, tak terlihat.

Bagaimana pun juga, seperti pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, pertanyaannya, kenapa mereka diberi gelar pahlawan..??? karena mereka melawan hukum-hukum yang menindas dari para penjajah. “hukum-hukum yang menindas” itu lahir dari pandang kita sebagai negeri terjajah, sedangkan bagi penjajah pada saat itu, mungkin saja adalah hukum ter-ideal yang bisa diterapkan. pun dibelahan dunia lain, kebanyakan pahlawan atau “mitos-mitos” pahlawan, berasal dari wilayah-wilayah non hukum, yang dimana saat hukum di wilayah itu tegak, maka kiprah para pahlwan ini habis tak bersisa. Apakah ini cukup untuk disimpulkan, bahwa kebanyakan pahlawan itu adalah orang-orang yang berhasil melawan hukum..?? ah saya ragu…

Menjadi pahlawan atau melahirkan pahlawan sejatinya, memang berasal dari kondisi tak nyaman, sebutlah peperangan, kejahatan, dan kondisi tak normal lainnya. Sebagian warga Jogja menganggap pelaku penembakan di lapas cebongan ini pahlwan, saat yang menjadi korban adalah preman dan pelaku kejahatan yang terlampau meresahkan. Maka, bisa jadi saat kita merindukan sosok pahlawan karena, kondisi negeri kita yang memang tidak normal.

Wallahu a’lam

Sabtu, 31 Agustus 2013

Tolak Miss World

Tolak Miss World


Seorang wanita berlenggak-lenggok di atas catwalk, dengan pakaian berwarna-warni, indah, dan wajah yang ditutupi make up sempurna. Ia diperhatikan oleh puluhan juri, dan disaksikan oleh jutaan pasang mata di belahan dunia lainnya. Sebagian laki-laki berdecak kagum dengan otak mesum, sebagian perempuan memuji sambil memegang perutnya masing-masing,”bisa kayak gitu nggak ya..??”.

Ajang miss world kali ini akan di gelar di Indonesia, dengan malam puncak di sentul, Bogor, Jawa Barat. Ajang pencarian bakat dengan standar kecantikan ini sudah sekian kali digelar dengan berbagai kontroversinya, dengan dalih kebebasan berekspresi, ajang ini tetap berlangsung ditengah kontroversi.

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Q.S. Al-Ahzab : 59)

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: …Ingatlah sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya dan sesungguhnya Tuhanmu 'Azzawajalla semua itu tidaklah buta sebelah mata seperti Dajjal. Di antara kedua matanya itu tertulislah huruf-huruf kaf, fa', ra' -yakni kafir." (Muttafaq 'alaih)

Ayat 59 dari Surat Al-Ahzab, dan ayat-ayat yang lain yang serupa, sudah sangat jelas kalau ajang Miss World ini menentang hukum Allah, menentang apa yang sudah diperintahkan Allah. Hadist riwayat mutafaq ‘alaih menunjukan setiap mukmin (dalam tafsirnya, bahkan yang lemah sekalipun) mampu membaca kata “kafir” di wajah dajjal, pun termasuk dalam sistemnya dajjal. Melalui hadits ini tak perlu lah kita berdebat, setiap mukmin tahu ajang ini adalah ajang kufur.

Persoalan yang lebih krusial adalah penyelenggaraan ajang ini di Indonesia, di negara dengan penduduk mayoritas Muslim, kok bisa..?? di sebuah acara talkshow di TV swasta, panitianya mengatakan, “saya juga muslim, tapi ini negara demokrasi, bukan negara Islam.. demokrasi membolehkan kami untuk menyelenggarakan acara ini..”

Jika ini adalah dalih terkuat yang dipakai penyelenggara, maka masalah menjadi lebih kronis. Demokrasi lagi-lagi menjadi biang kerok keruntuhan moral, dan pengebirian syariat. Kita pun tahu, demokrasi mesti bertanggung jawab atas sistem korup di negeri ini, belum lagi isu “HAM” dan liberalisasi yang pun menjadi buah demokrasi, lalu apa lagi ini..??? ajang miss world..??

Saat Mesir, tengah berjuang bersimbah darah memperjuangkan hak kemerdekaannya, anak-anak Suriah yang tengah meregang nyawa akibat bom kimia, saudara-saudara kami di Rohingya yang setiap hari hidup dibawah terror, dan pembantaian, dan…

kita malah memfasilitasi ajang zina akbar dunia..??

Wallahu a’lam

Selasa, 21 Mei 2013

About Mazhab

About Mazhab


Mazhab, apa yang kamu pikirkan saat mendengar kata ini..?? entah di negara lain, tapi di Indonesia kata ini selalu menjadi buah bibir ditengah umat. Memang berbicara soal mazhab ini kita akan dihadapkan pada perbedaan-perbedaan soal pandangan fiqih, hal ini tentu berdasarkan ushul fiqh yang di terapkan oleh masing-masing mazhab.

Baik, mengawali artikel ini kita pahami dulu apa itu mazhab..?? sederhananya, mazhab adalah pandangan fiqih dari seorang imam yang kemudian diikuti oleh umat. Mazhab berbeda dengan manhaj, mohon koreksi kalau salah ya, manhaj adalah pemahaman aqidah yang pada akhirnya melandasi segala aspek dalam ber-Islam, dan termasuk didalamnya bermazhab, manhaj ada banyak jenisnya, Mu’tazilah, Wahabi, Syiah, Khawarij, dan lain-lain.

Didalam Manhaj Ahlu Sunnah Waljamaah sendiri terdapat banyak mazhab, menurut Sayid Sabiq, dari sekian banyak mazhab itu hanya 4 yang pada akhirnya bertahan dengan pengikut terbesar, sisanya punah atau menciut menjadi mazhab minoritas di komunitas tertentu. 4 Mazhab itu berdasarkan 4 imam mujtahid, yaitu Imam Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali. Dari ke-4 mazhab ini, hanya Imam Hanafi saja yang catatan historisnya agak jauh, sementara 3 Imam yang lain notabene lahir didalam kurun waktu yang sama, serta memiliki catatan historis yang berhubungan ( Imam Hambali adalah murid dari Imam Syafi’I, Imam Syafi’I, pun adalah murid dari Imam Malik )

Sebelum lebih jauh, catatan kehidupan dari 4 orang Mazhab ini sangat luar biasa, mereka terkenal sangat tawadhu, menghindari perdebatan, penuh dengan ilmu, dan amat berakhlak karimah. Hal ini merupakan konsekuensi dari status mereka sebagai imam Mujtahid yang mempertanggung jawabkan atas ilmu, dan pandangan mereka (lebih jauh silahkan dikaji lagi biografi beliau-beliau ini, InsyaAllah sangat menginspirasi..)

Mungkin pertanyaan mendasar, dari 4 mazhab ini mana yang harus kita ikuti..?? mayoritas di Indonesia memang mengikuti Mazhab Imam Syafi’I, dan bahkan beberapa peraturan Pemerintahan pun menginduk kepada Imam Syafi’I, namun meskipun begitu sebenarnya kita berhak memilih Mazhab mana pun yang disukai. Namun untuk menghindari kerancuan ada baiknya bermazhab seperti mayoritas, ya kalau di Indonesia berarti Mazhab Syafi’I, bukan kenapa-kenapa, bayangkan saja bila anda bermazhab maliki, tapi saat konsultasi di KUA dilayani oleh petugas atau ustadz bermazhab Syafi’I, kan repot.

Seringkali ada segelintir orang yang mengatakan kalau bermazhab itu bid’ah, dan berpotensi memecah belah umat, maka diwacanakanlah paham anti-mazhab. Hmmm, mengutip dari Sayid Sabiq, dan KH. Sirajuddin Abbas, pandangan ini amat menyesatkan (silahkan dibaca di pembukaan Fiqh Sunnah dan 40 masalah agama jilid 2). Ingat mazhab itu hanya pandangan untuk mempermudah memahami dalam melasanakan hukum fiqih, pada dasarnya tidak akan ada perseteruan jika antara pengikut Mazhab saling menghormati. Mazhab ini adalah pengertian praktis dari penafsiran atas kaidah Fiqh dari sumbernya yaitu Qur’an dan Hadits, dan serta Ijma’ ulama. Tidak bermazhab..?? rasanya umat belum sanggup untuk menerimanya.

Nah, yang menjadi masalah adalah saat adanya komunitas-komunitas yang taqlid buta, atau bahkan fanatic buta. Padahal semua Imam Mazhab tidak menghendaki hal ini, bahkan ada yang berkata,” tidak berhak seseorang mengikutiku sebelum ia tahu dalil naqli yang menyertainya.” Artinya bagaimana pun juga kita mesti memahami Qur’an, dan Sunnah, sebagai dasar mazhab dan pola yang diterapkan oleh Imam tersebut, (Ijma’ dan Qiyas). 

Wallahu a'lam 

Jumat, 10 Mei 2013

Tuuuu Gaasss

Tuuuu Gaasss

apa yang kamu rasakan saat mendengar kata "tugas.."..?? mungkin ada yang bete, kesel, sebal, tapi mestinya kita harus bahagia dan bersyukur. iya.. iya... idealis..

saya pernah menjadi mahasiswa, dan jangan dikira mahasiswa itu kayak di sinetron yah.. yang tiap adegan cuma datang ke kampus, gaya-gayaan, makan-makan, pacaran, pulang, atau kayak di pemberitaan televisi, mahasiswa itu demooo terus, debaaatt terus, padahal aslinya mahasiswa itu sodaraan erat sama yang namanya tugas. Nah, selama itu pula ada sebagian orang yang ikhlas dengan tugasnya (mengerjakan, laporin ke dosen, dan dapat nilai A), dan ada juga yang gak ikhlas (nggak dikerjakan, diumpetin, bohong, dapat nilai E- dari dosen), pilihannya antara dua ikhlas dan nggak ikhlas, pertanyaannya kalo nggak ikhlas, ngapain kuliah mahal-mahal cuma buat numpukin tugas..???

atau, saya pun pernah menjadi karyawan, dan tepatnya lagi bagian marketing. Kamu pasti tahu kan, yang namanya marketing itu tugasnya bagaimana..?? udah makanan sehari-hari berantem dengan yang namanya target. keoptimalan kinerja kita dinilai dari sejauh mana kita memenuhi, atau setidaknya mendekati target, lagi-lagi kita ketemu hal ini, ada yang ikhlas (dikerjakan sungguh-sungguh, penuhi target, dapat promosi jabatan, plus bonus gaji) dan ada juga yang nggak ikhlas (malas, banyak alesan, gak sampai target, dimaki atasan, dipecat).

hari ini, saya memproklamirkan diri sebagai seorang entrepreneur (gayanya, padahal aslinya pedagang.. :P) dengan maksud meminimalisir tugas itu tadi, eeeehh ternyata di bidang ini pun tetap saja ada tugas. Tugas seorang entrepreneur itu memang nggak ada yang menilai langsung, tapi tetap saja pelanggan, konsumen, dan relasi menuntut keprofesionalan kita sebagai pengusaha, belum lagi strategi marketing, pembukuan, pengeluaran.

The Real of Task, name is Life.

Ya, ilustrasi diatas hanya terjadi dalam sebuah sistem yang sengaja didesain oleh manusia, dunia pendidikan, pekerjaan, dan perdagangan, memang memiliki karakteristik sistem yang menghadirkan serangkaian tugas demi tugas untuk diselesaikan, akhirnya ada punishment dan ada reward, ini hukum baku yang saya yakin disemua sistem ada, tak terkecuali dalam sistem kehidupan.

Semenjak kita terlahir kedunia, kita sudah disuguhi tugas-tugas yang tidak bisa dihindari, baru lahir kita diminta untuk membuka mata, di ajak ngobrol, berdiri, berjalan, berlari, memegang, dan sebagainya, hasilnya..?? ada yang jadi atlet, tentara, pemain bola, penari, dari modal hanya latihan berjalan saat bayi. Bayangkan jika ada orang tua yang bilang," Ya udah nak gak apa-apa, tidur saja gak usah jalan.. susah.." mungkin anak yang sedari bayinya seperti itu, ia akan cacat disaat dewasa kelak.

terus menerus terjadi perkembangan, seiring penambahan usia, pola fikir, dan ilmu, setiap tugas akan bergerak meningkat dinamis. Tugas SD tidak mungkin sama dengan tugas di SMA, tugas seorang guru tidak akan pernah sama dengan tugas tentara, tugas OB tidak akan sama dengan tugas direktur, semua ada porsinya, semua ada tingkatannya, begitu pun dengan "bonus" dan "hukuman" nya, ada bagian-bagiannya tersendiri.

maka bersyukur buat kamu yang hari ini sedang dihajar terus-menerus oleh berbagai tugas, dari mana pun itu, karena itu berarti kamu sedang diuji, di upayakan kebaikannya oleh Allah untuk bersegera menjadi pribadi yang baik hatinya.

Sahabat saya yang baik hatinya, izinkan saya untuk berkata dan mengajak mari kita bersyukur, mensyukuri segala tugas yang ada dihadapan, ikhlaskan diri, dan pantas diri atas reward yang telah disiapkan Tuhan.

Supeerr sekali.. :P

Wallahu A'lam

Minggu, 28 April 2013

Mukjizat Part 2

Mukjizat Part 2


Dulu sekali, di sebuah stasiun radio swasta, saya sering mendengar kisah inspirasi Islam, sebuah kisah yang dibacakan oleh seorang ustadz.. kurang lebih ceritanya seperti ini,

“ Ustadz, saya punya seorang teman, beliau itu seorang yang rajin tahajud, Qiyamulail, shaum sunnah, pokoknya amalannya luar biasa, bahkan setiap kali shalat malam ia mendapati sekelilingnya, hening, syahdu, seakan-akan alam ikut bersujud, pohon-pohon ruku’, dan angin pun terdengar bertasbih. Saya sendiri pun mencoba beribadah seperti itu, tapi tidak dengan saya, saya tidak mendapati keheningan alam, saya tidak mendapati pohon-pohon ruku’, saya juga tidak mendapati bisikan-bisikan tasbih dari angina, apa yang salah ustadz, apakah Allah tidak menerima amalan saya..

Subhanallah, seringkali kita beribadah dengan berharap karomah-karomah, keajaiban-keajaiban yang diluar nalar kita, berharap ada sebuah mukjizat dihadapan kita. Padahal, kita seringkali mengabaikan mukjizat yang sebenarnya. Saya ingin Tanya, apakah tangan anda lengkap..?? apakah anda sehat..?? istri, anak anda sehat..?? lalu kurang apa lagi..?? kita berharap bisa terbang, bisa kebal, bisa melihat hal-hal ghaib, tapi kita tidak mensyukuri setiap tarikan nafas, setiap perputaran dan pergantian oksigen yang terjadi didalam paru-paru kita, bukankah itu pun mukjizat..?? sekarang saya Tanya sekali lagi, apakah anda masih bisa berjalan..?? sementara saudara-saudara memiliki keterbatasan, tak memiliki kaki, ingin sekali merasakan berjalan normal.. lantas kita berharap bisa terbang, tanpa mensyukuri kemampuan berjalan. Apakah anda bisa melihat..?? sementara saudara-saudara kita ada yang di ambil oleh Allah penglihatannya, anda malah mengharap lebih dengan mampu melihat hal-hal ghaib. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan..??

Sudahlah, perbanyak bersyukur, perbanyak amalan dengan ikhlas, urusan diterima atau tidaknya itu adalah hak Allah, yang penting kita sudah berupaya maksimal dan optimal. Apakah karomah-karomah, keajaiban-keajaiban irrasional datang atau tidak, itu tidak penting. “

Memang, terkadang untuk sekedar beriman saja kita masih menantang Allah, menantang mukjizat, menantang datangnya karomah, lalu apa bedanya kita dengan Bani Israil..?? kadang kita baru sadar, kalau sudah ada lafaz Allah di langit, kita baru iman kalau ada buah yang bertulis lafaz arab, kita baru bertaubat, kalau ada penampakan-penampakan irrasional dihadapan kita.

“nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan…??”

Padahal mukjizat-mukjizat Allah tersebar luas, berserakan di alam raya, bagaimana bintang bercahaya, bumi berputar, tanah menyubur, hujan, angin, air, semua adalah keajaiban yang mestinya cukup untuk menyadarkan.

Wallahu a’lam
Mukjizat

Mukjizat

Sempat ramai kemarin di hari kematian Ustdaz Jefri, ada hoax tentang bahkan awan pun berdoa. Ya, ini hanya satu dari sekian banyak berita-berita yang sebelumnya pun sempat ramai, bukan kenapa-kenapa, karena masyarakat kita memang menyenangi hal ini.

Keajaiban-keajaiban mistis seringkali dikaitkan dengan keyakinan spiritual, bagi muslim, kita lebih mengenalnya dengan mukjizat, karomah, dan sebagainya. Namun, yakinlah bahwa umat tidak dibangun atas hal-hal seperti itu.

Masyarakat Indonesia mungkin hampir sama dengan umat Bani Israil zaman Nabi Musa dulu, ya sama-sama menyenangi hal-hal yang berbau “ajaib”. Lihatlah Bani Israil, mereka adalah ahli sihir, ahli nujum, tabir mimpi, dan mereka kalah oleh, Nabi Yusuf seorang ahli mimpi terhebat, Nabi Musa seorang yang mengalahkan ahli sihir dan pemilik Mukjizat terhebat, dan Nabi Sulaiman seorang yang pemimpin yang memiliki prajurit-prajurit yang sakti, bahkan Nabi Isa seorang yang mampu menghidupkan kembali yang telah mati, (semua dengan izin Allah). Kesimpulannya, mukjizat sebenarnya adalah sebuah bahasa tertentu yang dikaruniakan Allah untuk umat.

Bagaimana dengan Nabi Muhammad..?? Hadis riwayat Anas ra.: Bahwa penduduk Mekah meminta kepada Rasulullah saw. untuk diperlihatkan kepada mereka satu mukjizat (tanda kenabian), maka Rasulullah saw. memperlihatkan kepada mereka mukjizat terbelahnya bulan sebanyak dua kali. (Shahih Muslim No.5013)

Namun apa yang terjadi..?? kamu musyrikin mekkah tetap saja kafir, mereka mengatakan itu adalah sihir yang menipu mata, intinya seberapa pun hebat mukjizat yang ditunjukan Rasulullah dengan Izin Allah, itu tidak akan berpengaruh banyak sebab tingkat peradaban mekkah saat itu yang sudah mulai lebih tinggi, dengan mulai mengutamakan hal-hal yang lebih rasional. Maka dakwah Nabi Muhammad pun lebih focus ke ranah rasional, seperti akhlak dan penegakan syariat, misalnya.
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)

Begitu pun halnya karomah, saat SD saya seringkali di beri tahu oleh guru tentang definisi karomah, mungkin berikut ilustrasinya..
“keajaiban yang ada pada diri Rasul..??? (anak-anak serentak menjawab) Mukjizat..!!”
“keajaiban yang ada pada wali Allah..?? Karomah..!!”
Apakah salah..?? tidak juga karena memang karomah itu kebanyakan (atau mungkin yang kita tahu) ya berbentuk keajaiban. Tapi hal ini pun mesti diluruskan, karomah yang berbentuk keajaiban bukan pra-syarat untuk memperoleh derajat ke-wali-an.

Sering saya pun mendengar komentar orang fanatic seperti ini,” kalau ngaku wali, mana karomahnya..???” hmmm, sulit juga kalau ketemu yang seperti ini, ini mungkin akibat terlalu sering mendengar cerita Wali songo, yang salahnya, malah mengkaji tentang keajaiban-keajaiban mereka, bukan metode dakwah, akhlak, dan ilmunya yang mestinya lebih bisa kita tiru, dibanding keajaiban-keajaiban semisal terbang atau kebal akan senjata.

Ya, Wali Songo adalah wali Allah, pengemban dakwah, tapi jangan salah juga kita percaya mereka wali kalau sudah dengar cerita ke karomahan nya, kurang tepat juga.

Yang perlu diluruskan adalah, adanya beberapa lembaga pendidikan (biasanya tradisional) yang membuka majlis Ilmu, tapi dengan hasil akhir keajaiban-keajaiban itu tadi. Setelah menghapal anu akan kebal senjata, setelah tamat kitab anu akan bisa melihat ghaib, setelah mengamalkan amalan anu akan mampu meringankan segala hal.

InsyaAllah akan berlanjut ke bagian 2, kesimpulannya, Mukjizat, Karomah adalah kebesaran Allah, hal tersebut adalah bahasa untuk kita agar lebih memahami tentang Islam. Mereka adalah metode bukan hasil akhir.

Wallahu a'lam

lanjut ke part 2
Belajar Rendah Hati

Belajar Rendah Hati

Sebenarnya sudah beberapa minggu ini kepikiran untuk menyusun artikel ini, tapi karena banyak pertimbangan, akhirnya terus molor.. bukan kenapa-kenapa ini termasuk isu yang sensitive. Tertarik untuk membahas hal ini adalah disaat mendengar kajian Ma’rifatullah yang setiap malam jumat (kamis malam) dilaksanakan di masjid DT, pimpinan Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym.

Nah, di suatu kesempatan, Aa Gym berkesempatan menerima tamu, Syeikh Rajab namanya. Ya namanya juga syeikh pasti seorang yang terpercaya ilmu dan kapasitas ucapannya. Tipikal Syeikh, dan tipikal orang-orang berilmu lainnya juga saya kira, beliau orang yang sangat thawadhu, sangat rendah hati.
Kali ini Aa memulai kajian dengan memanjatkan do’a serta pujian, belum apa-apa isak tangis sudah mulai terdengar, Subhanallah, Air mata yang bagi sebagian orang sangat mahal. Beruntung bagi Aa Gym yang amat mudah meneteskan air mata, dalam penyebutannya akan nama Allah, ini bukan sebuah air mata yang sia-sia Insya Allah.

Nah, disaat mulai kajian ma’rifatulloh tersebut terjadi dialog antara Aa dan Syeikh Rajab. Dialog antara syeikh dan Aa yang sangat terkesan dan memoriable, dalam bahasa arab tentu nya..
“Silahkan Syeikh,anda tausiyah..”
“jangan saya.. anda saja.. saya kesini sengaja untuk belajar dari anda..” mendengar kalimat ini saya, hati saya bergetar.. Ya Allah betapa rendah hatinya beliau.
“jangan begitu syeikh.. siapa saya.. nggak pantas saya tausiyah dihadapan anda..” Ucapan Aa mulai bergetar, saya turut merasakan getaran itu, siapa juga orang yang mampu berceramah dihadapan orang sekaliber syeikh, ini seperti disuruh presentasi kajian ilmiah dihadapan professor, hanya lebih berat.
“jangan.. jangan.. anda yang lebih berhak.. saya adalah murid anda kali ini..” lagi-lagi syeikh Rajab menggambarkan kerendah hatiannya yang luar biasa.

Aa terdiam, dan mulai tausiyah tapi hanya 10 menit, setelah itu Aa berhenti, dan tidak sanggup melanjutkan. Terjadi keadaan seperti itu, menyadari aa yang sudah mulai tak sanggup berkata-kata, Syeikh Rajab mengambil suara,

“Subhanallah, inilah yang saya kagumi dari Aa Gym, beliau amat rendah hati, kelembutan hatinya mencerminkan betapa dia amat mengenal Allah, amat menyadari bahwa diri ini tidak ada apa-apanya dihadapan Allah, maka pantas jika sebut beliau sebagai Wali Allah…” terdiam sejenak.
“banyak orang menyangka apa yang saya katakan ini hanya basa-basi, memuji tanpa arti, tidak..!! seumur hidup saya, saya tidak pernah memuji seseorang pun langsung dihadapannya.. seumur hidup saya baru kali ini saya memuji orang langsung dihadapannya.. Aa Gym memang pantas..”

Saya sendiri mendengar pernyataan ini terdiam sejenak, Subhanallah, sebuah pelajaran tentang kerendahan hati dari dua orang sosok besar.. dua orang yang telah berjasa dalam perjuangan penegakan Syiar dakwah di dunia. Membandingkan diri ini yang begtu hina, kerdil, dan lemah, ah bodoh sekali jika masih ada rasa sombong dalam hati.

Kajian tersebut selesai 15 menit lebih cepat dari biasanya, sampai akhir kajian Aa Masih terdengar speechless, terasa sekali thawadu-nya, semoga Allah memuliakan mereka berdua.

Wallahu a’lam