Sabtu, 02 Februari 2013

Dasa Darma poin ke 10


Bagaimana pun juga saya telah menghabiskan 8 tahun aktif di kepramukaan, meski sekarang menjadi anggota pasif. Dalam rentang waktu 8 tahun tersebut, banyak sekali momen yang berhasil membuka, dan menjadi pencerahan bagi saya, saat-saat menjadi junior atau pun menjadi senior.

Salah satu momen yang berkesan di penghujung ke aktifan saya di Pramuka, terjadi di PTA (Penerimaan Tamu Ambalan) tahun 2011. Saat itu, saya diminta membantu kegiatan dengan menjadi salah satu dari tim pengujian, saat itu saya berinisiatif mengambil tentang dasa darma, terutama poin ke-10.

10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Begitulah kira-kira bunyi nya, sejujurnya poin dasa darma yang satu ini selalu menjadi momok bagi setiap anggota pramuka, karena isinya yang agak berat (atau sangat berat). Nah, dalam kesempatan PTA itu saya mencoba menggali arti dari poin ke-10 ini, mungkin agak lupa, tapi kurang lebih dialognya seperti ini
Saya       :Apa itu suci..??
Peserta :Bersih, tidak kotor

Saya       :Bagaimana maksud dari suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan..??
Peserta :Selalu berkata berfikir, berkata, dan berbuat dengan “bersih”

Saya       :Bagaimana agar kita tahu, sedangakan kita tidak mungkin membaca pikirannya, memantau setiap yang dibicarakannya, dan memperhatikan gerak geriknya setiap hari..??
Peserta : “terdiam”

Saya       :Oke, tahu najis..??
Peserta :Tahu, kotor, kebalikan dari suci

Saya       :Bagaimana karakteristik najis mutawasithoh..??
Peserta :Berwujud (terlihat), berbau, dan berwarna

Saya       :Bagaimana cara mensucikannya..??
Peserta :Membersihkannya sampai, najis yang terlihat, baunya, dan warnanya, hilang..

Saya       : Sudah yakin dengan itu sudah suci..??
Peserta : “terdiam”

Saya       : Dalam kaidah fikih, itu sudah suci.. meskipun sejatinya kita sendiri tidak tahu sudah suci atau belum, bayangkan dengan kondisi umat nabi musa, pada waktu itu kalau terkena najis, maka bagian yang kotornya itu harus dipotong, untk memastikan kebersihannya, bagaimana kalau yang terkena najis itu adalah tubuh kita..??? makanya Allah tidak memberatkan umat kita ini. Kita kembali ke poin 10 dasa darma, sudah bisa di ambil kesimpulan..??

-          Kesimpulannya, kita manusia dengan segala keterbatasannya, memang di haruskan untuk senantiasa suci, senantiasa berbuat baik, bukankah manusia itu diciptakan dalam bentuk sempurna..?? maka kita punya kewajiban untuk menjaga kesempurnaan itu. Namun, saat dihadapkan dengan orang lain, Allah menganugerahkan kita indera, dan cukup lah penilaian itu hanya berdasarkan indera yang kita miliki. Saat saya sendiri menguji poin 10 dasa darma, saya menilai hanya cukup dari perkataan, dan tingkah laku di saat pengujian ini, karena selebihnya saya tidak akan bisa menilai karena keterbatasan itu tadi. Disamping itu, saya sendiri pun memiliki kewajiban untuk mengamalkan dasa darma poin ke 10 ini ke kalian, apa itu..?? suci dalam pikiran, sebagai anggota pramuka, kita memiliki kewajiban untuk senantiasa berfikir baik terhadap orang lain, dengan kata lain kita harus senantiasa husnuzhon.

-          Lantas, jika saya sebagai penguji, tidak bisa menilai “kesucian” kalian, lalu siapa yang bisa..??

-          Hanya Allah dan diri kalian sendiri.


Wallahu a’lam

Artikel Terkait

Dasa Darma poin ke 10
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email