Kamis, 16 Februari 2012

inilah cerita sebuah roda


 “kehidupan berputar layaknya sebuah roda..”

Sebuah pepatah umum saya kira, tentang pemahaman kita tentang kehidupan. Roda ini berputar, jika kita berada di satu titik dalam garis lingkar roda tersebut, maka ada kalanya kita berada diatas, dan sewaktu-waktu di bawah. Tapi yang ingin saya ceritakan disini adalah tentang imajinasi saya, terkait roda kehidupan.

Bayangan pertama yang terdapat di kepala tentang roda adalah, roda yang berputar. Timbul pertanyaan, apakah roda itu berputar pada porosnya, semisal katrol diam, atau roda yang bergerak menggelinding. Saya membayangkan jika roda itu berputar pada poros dan diam, alangkah monotonnya hidup ini, hanya berputar di tempat yang sama, jatuh bangun di tempat yang sama, ah membosankan. Maka jika saya bisa memilih roda kehidupan, saya lebih baik memilih roda menggelinding. J

Bayangan kedua, jika roda itu menggelinding, berarti bergerak dalam sebuah medan, sebuah landasan. Nah, permasalahannya landasan itu tidak akan selamanya mendatar, dan lurus, pasti akan banyak ditemukan belokan, tanjakan, dan turunan, bahkan jurang atau tebing pun pasti menghadang. Hal ini melahirkan, bayangan saya berikutnya, mungkinkah jika kita yang berada di garis lingkar roda itu memiliki kendali, semacam stir ? jawaban saya, bisa saja. Ralat jika salah, mungkin ada korelasinya dengan pepatah arab, man jadda wa jadda..!! berarti kita bisa mengendalikan kehidupan, syaratnya hanya satu sungguh-sungguh.

bentuk sesuai dengan medan dan kebutuhan
Bayangan berikutnya, adalah jenis roda yang kita “tumpangi” dalam perjalanan menggelinding tadi. Apakah roda itu berjenis yang bisa menaiki bukit, atau jenis yang bisa berenang, atau yang standar, atau yang seperti apa ? jenis roda ini akan mempengaruhi perjalanan roda tersebut. Dalam perspektif saya, inilah kemampuan, potensi, sumber daya yang kita miliki untuk menjalani kehidupan, seoptimal mungkin, dan semaksimal mungkin. Permasalahannya, jika kita tidak tahu jenis roda seperti apa yang kita tumpangi, kita memaksanya untuk mendaki bukit, padahal roda kita tidak sanggup, dan sebenarnya ada jalan yang mendatar, hanya saja memutar lebih jauh. Ini terjadi pada orang-orang yang tidak mengetahui potensi yang terdapat pada dirinya, akibatnya, ia hanya bekerja dan berkutat dalam satu hal tanpa memperoleh hasil, padahal jika ia memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya, hasil berupa kesuksesan itu pasti diraih.

Bayangan selanjutnya, dalam bentuk sebuah roda pasti terdapat dua sisi, seperti uang logam. Maka jadilah dua sisi yang selalu hadir dalam kehidupan, panas-dingin, gelap-terang, baik-buruk. Sebuah roda yang baik, adalah roda yang seimbang antara kedua sisinya, sehingga ketika ia berjalan, ia akan tetap stabil tanpa mudah celaka.

Ya, itulah sekilas imajinasi saya tentang roda, roda kehidupan. Sebuah catatan sederhana, yang dikembalikan kembali pada pandangan masing-masing.


Jika ada yang ingin menambah atau memodifikasi “roda”-nya masing-masing, share ya.. J

Artikel Terkait

inilah cerita sebuah roda
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email